Mudanews.com OPINI | Rekam jejak Roy “panci” Suryo di dunia Politik memang oportunis opportunity. Dengan gayanya yang berapi-api pernah masuk dalam lingkaran elite di era SBY. Beberapa kesalahan juga pernah diperbuat, yang paling “nyleneh” saat dia divonis 9 bulan penjara atas kasus penyebaran meme stupa Borobudur mirip Jokowi.
Belakangan ini dia bermanuver lagi saat menganalisa keaslian ijazah Jokowi dengan segala keriuhan cengegesannya.
Bagi pendukung Jokowi, Roy dituduh menghasut publik untuk mempersoalkan hal privacy milik Presiden Terbaik Joko Widodo usai pensiun. Namun sebagian kita berhak meragukan keaslian sebuah dokumen ketika menemukan banyak keganjilan.
Roy cs sedang membuka logika empiris, sesuatu yang didasarkan pada bukti, temuan, analisa dan pengamatan sebuah dokumen. 280 juta penghuni Indonesia Raya dipaksa percaya dan meyakini ijazah Jokowi asli tanpa harus melihat wujud fisiknya itu kebodohan yang tersembunyi
Sebagian kita sepakat, Roy cs tidak sedang menghasut, dia sekedar membuka sekat ruang logika pemahaman material.
Celakanya yang dilawan Roy cs notabene bekas penguasa dengan segudang post power syndrom-nya. Kebetulan juga gerbong di belakang Roy cs samar-samar terbaca jelas dari kelompok “kanan”
Ahmad Khozinudin sosok pejuang Khilafah eks aktifis HTI yang menjadi kuasa hukum Roy cs. Maka satu kubu lawan Jokowi terbaca.
Roy dulu dan Ros cs sekarang tentunya berbeda, mendukung logika analisanya tidak harus memaksakan ikut gerbong di belakangnya. Itu butuh kecerdasan, bukan emosional.
Begitu pula dengan Jokowi.
Dulu sebagian kita mendukungnya karena tak ada pilihan lain dari hanya 2 sosok stok pemimpin yang tersedia di kertas suara. Memilih Jokowi juga bukan semata karena gerbong politik Nasionalis di belakangnya. Toh endingnya dia sudah terbuang setelah terbaca perselingkuhannya dengan beringin?
Giliran sekarang Jokowi sudah tidak di jalan lurus, mengapa juga masih didukung? Itulah akal sehatnya bukan melankolis cinta platonik setengah modyar***
@Dahono Prasetyo