𝐏𝐨𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧𝐚𝐚𝐧 𝐄𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 𝐍𝐮𝐤𝐥𝐢𝐫 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐦𝐩𝐞𝐫𝐤𝐮𝐚𝐭 𝐊𝐞𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐄𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 𝐍𝐚𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥

Breaking News
- Advertisement -

𝐈𝐧𝐝𝐨𝐧𝐞𝐬𝐢𝐚: 𝐍𝐞𝐠𝐞𝐫𝐢 𝐊𝐞𝐩𝐮𝐥𝐚𝐮𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐞𝐧𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐧 𝐏𝐨𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐄𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 𝐍𝐮𝐤𝐥𝐢𝐫 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐌𝐞𝐧𝐣𝐚𝐠𝐚𝐧𝐲𝐚  

Drs. Muhammad Bardansyah Ch.Cht  

Mudanews.com-OPINI | Indonesia bukan sekadar negara, ia adalah mosaik alam yang luar biasa. Dengan 17.024 pulau (16.671 telah bernama dan terdaftar di PBB), negeri ini membentang sepanjang 5.193.250 km² (gabungan daratan dan perairan), menjadikannya negara kepulauan terbesar di dunia.

Daratannya seluas 1.913.578 km² dikelilingi oleh perairan seluas 3.273.810 km², termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Garis pantainya yang 104.000 km, terpanjang kedua setelah Kanada menjadi benteng alam yang harus dijaga oleh armada laut dan udara. Namun, dengan 280 juta penduduk yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, serta kebutuhan industri dan pertahanan, Indonesia seperti raksasa yang haus energi.

𝐆𝐞𝐨𝐠𝐫𝐚𝐟𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐞𝐧𝐮𝐧𝐭𝐮𝐭 𝐒𝐨𝐥𝐮𝐬𝐢 𝐄𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 𝐊𝐫𝐞𝐚𝐭𝐢𝐟

Bayangkan harus mengawasi wilayah sebesar ini:

Armada Laut : Setiap hari, kapal perang dan patroli harus berlayar ribuan kilometer untuk mencegah illegal fishing, penyelundupan, atau pelanggaran kedaulatan.

Armada Udara : Pesawat tempur dan patroli seperti Sukhoi atau CN-235 harus terbang dari Pulau Jawa ke Papua atau Natuna—jarak yang bisa mencapai 4.000 km sekali jalan.

Logistik Terpencil : Pulau-pulau kecil seperti Miangas atau Rote butuh pasokan listrik dan BBM yang mahal karena lokasinya yang terisolasi.

Semua ini menguras BBM fosil. Menurut Kementerian ESDM (2022), sektor pertahanan menghabiskan 15-20% anggaran energi nasional hanya untuk operasional armada. Padahal, cadangan minyak Indonesia terus menyusut, hanya 3,7 miliar barel pada 2023, yang diperkirakan habis dalam 10 tahun jika tidak ada penemuan baru.

𝐄𝐧𝐞𝐫𝐠𝐢 𝐍𝐮𝐤𝐥𝐢𝐫: 𝐁𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐇𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐋𝐢𝐬𝐭𝐫𝐢𝐤, 𝐓𝐚𝐩𝐢 𝐉𝐮𝐠𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐏𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧𝐚𝐧

Di sinilah energi nuklir bisa menjadi “game changer”. Berikut potensinya:

𝟏. 𝐁𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐤𝐚𝐫 𝐊𝐚𝐩𝐚𝐥 𝐏𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐍𝐮𝐤𝐥𝐢𝐫

Kapal induk dan kapal selam nuklir seperti milik AS (USS Gerald Ford) atau Rusia (K-329 Belgorod) bisa beroperasi 25 tahun tanpa pengisian bahan bakar. Ini efisien untuk menjaga laut Indonesia yang luas. Dengan reaktor kecil di kapal, armada Indonesia bisa patroli berbulan-bulan tanpa pulang ke pangkalan, menghemat waktu dan biaya logistik.

𝟐. 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐤𝐢𝐭 𝐋𝐢𝐬𝐭𝐫𝐢𝐤 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐏𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐌𝐢𝐥𝐢𝐭𝐞𝐫 𝐓𝐞𝐫𝐩𝐞𝐧𝐜𝐢𝐥

Pangkalan militer di perbatasan seperti Pulau Natuna atau Biak bisa menggunakan Small Modular Reactors (SMR) berdaya 50–300 MW. SMR tidak perlu lahan luas dan bisa menyuplai energi 24/7 untuk radar, sistem komunikasi, dan fasilitas pendukung tanpa ketergantungan pada solar yang rentan gangguan pasokan.

𝟑. 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐠𝐞𝐫𝐚𝐤𝐤𝐚𝐧 𝐈𝐧𝐝𝐮𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐏𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧𝐚𝐧

Energi nuklir bisa mendukung produksi amunisi, kapal, atau pesawat dalam negeri. Contoh: Korea Selatan memanfaatkan PLTN untuk menekan biaya listrik di industri baja dan manufaktur, sehingga produknya lebih kompetitif di pasar global (World Nuclear Association, 2023).

𝟒. 𝐏𝐞𝐧𝐲𝐞𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐋𝐢𝐬𝐭𝐫𝐢𝐤 𝐍𝐚𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐒𝐭𝐚𝐛𝐢𝐥 𝐝𝐚𝐧 𝐑𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐄𝐦𝐢𝐬𝐢

PLTN berkapasitas besar (1.000–1.600 MW) mampu menggantikan 60% ketergantungan pada batubara (Kementerian ESDM, 2023).

Contoh: Prancis mengurangi emisi karbon hingga 70% dengan 56 reaktor nuklir (IAEA, 2021).

𝟓. 𝐃𝐮𝐤𝐮𝐧𝐠 𝐈𝐧𝐝𝐮𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐌𝐚𝐧𝐮𝐟𝐚𝐤𝐭𝐮𝐫 𝐁𝐞𝐫𝐛𝐚𝐬𝐢𝐬 𝐓𝐞𝐤𝐧𝐨𝐥𝐨𝐠𝐢 𝐓𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢

Listrik murah dari PLTN mendukung kawasan industri seperti Batang dan Morowali.

Korea Selatan sukses menggerakkan industri baja di Ulsan dengan PLTN (𝘞𝘰𝘳𝘭𝘥 𝘕𝘶𝘤𝘭𝘦𝘢𝘳 𝘈𝘴𝘴𝘰𝘤𝘪𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯, 2023).

𝟔. 𝐈𝐧𝐨𝐯𝐚𝐬𝐢 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐒𝐞𝐤𝐭𝐨𝐫 𝐏𝐞𝐫𝐭𝐚𝐧𝐢𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧

Iradiasi Benih: BATAN telah menguji benih padi tahan kekeringan.

Pengawetan Makanan : Teknik iradiasi gamma mengurangi limbah pangan hingga 30% (OECD, 2020).

𝟕. 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐈𝐧𝐟𝐫𝐚𝐬𝐭𝐫𝐮𝐤𝐭𝐮𝐫 𝐃𝐚𝐞𝐫𝐚𝐡 𝐓𝐞𝐫𝐩𝐞𝐧𝐜𝐢𝐥

SMR di pulau terpencil menyediakan listrik untuk pelabuhan, UMKM, dan rumah sakit.

𝐓𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐇𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐃𝐢𝐣𝐚𝐰𝐚𝐛

1. Teknologi dan SDM: Indonesia belum punya reaktor komersial. Pelatihan ahli nuklir harus jadi prioritas, misalnya lewat kerja sama dengan Rusia atau Perancis yang sudah berpengalaman.

2. Regulasi: UU Ketenaganukliran No. 10/1997 perlu direvisi untuk mengakomodasi pemanfaatan nuklir di sektor pertahanan.

3. Mitigasi Risiko Gempa : Reaktor Generasi IV seperti 𝘛𝘳𝘢𝘷𝘦𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘞𝘢𝘷𝘦 𝘙𝘦𝘢𝘤𝘵𝘰𝘳 (TWR) dirancang tahan gempa dan bisa “mematikan diri” otomatis jika terjadi gangguan.

4. Limbah Radioaktif : Metode 𝘥𝘦𝘦𝘱 𝘨𝘦𝘰𝘭𝘰𝘨𝘪𝘤𝘢𝘭 𝘳𝘦𝘱𝘰𝘴𝘪𝘵𝘰𝘳𝘺 (penyimpanan limbah di batuan bawah tanah) seperti di Finlandia bisa diadopsi (OECD, 2020).

𝐏𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐍𝐞𝐠𝐚𝐫𝐚 𝐋𝐚𝐢𝐧

1. AS : Kapal induk nuklirnya bisa berlayar 1 juta mil laut tanpa isi ulang bahan bakar.

2. Prancis : 70% listriknya berasal dari nuklir, termasuk untuk industri pertahanan.

3. India : Mengembangkan kapal selam nuklir 𝘈𝘳𝘪𝘩𝘢𝘯𝘵 untuk menjaga wilayah laut strategis.

𝐏𝐨𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐀𝐰𝐚𝐥 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐈𝐧𝐝𝐨𝐧𝐞𝐬𝐢𝐚 𝐌𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢?

Sejauh ini Indonesia sebenarnya telah memiliki beberapa universitas yang memiliki jurusan terkait teknologi nuklir, antara lain:

UGM Jurusan Teknik Nuklir

Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia: D-IV Teknokimia Nuklir (akreditasi Baik Sekali).

ITB: S3 Rekayasa Nuklir (akreditasi Baik Sekali).

Unpad: Spesialis Ilmu Kedokteran Nuklir (akreditasi Unggul).

𝐀𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐢𝐬𝐚 𝐏𝐞𝐦𝐞𝐫𝐢𝐧𝐭𝐚𝐡 𝐋𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐌𝐞𝐦𝐚𝐤𝐬𝐢𝐦𝐚𝐥𝐤𝐚𝐧 𝐏𝐨𝐭𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐈𝐧𝐢?

1. Tingkatkan Anggaran Riset dan Fasilitas : Alokasikan dana khusus untuk laboratorium nuklir di universitas, seperti simulator reaktor.

2. Buat Program Beasiswa dan Pelatihan : Kolaborasi dengan Prancis (Orano) atau Korea Selatan (KEPCO) untuk magang.

3. Integrasikan Kurikulum dengan Kebutuhan Industri : Libatkan BATAN dan PT PAL dalam penyusunan kurikulum.

𝐏𝐞𝐧𝐮𝐭𝐮𝐩: 𝐌𝐢𝐦𝐩𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐢𝐬𝐚 𝐃𝐢𝐰𝐮𝐣𝐮𝐝𝐤𝐚𝐧

Energi nuklir bukan hanya tentang listrik, ia adalah kunci untuk menjaga kedaulatan di laut dan udara. Dengan geografi sekompleks Indonesia, hanya teknologi tinggi seperti nuklir yang bisa menjawab tantangan energi sekaligus pertahanan. BATAN (2021) menyatakan, “Indonesia punya semua syarat untuk PLTN, tinggal kemauan politik dan dukungan publik.”

Tentu diperlukan kajian untuk mewujudkan pemanfaatan teknologi Nuklir di Indonesia terutama kajian keamanan lingkungan dan Ekonomi guna mendukung kemajuan Indonesia sebagai bangsa yang mandiri. Indonesia sudah punya BRIN dan Lembaga Nuklir seperti BATAN dan BUMN PT Industri Nuklir Indonesia (Persero) atau Inuki, beri mereka tugas untuk mengkaji pemanfaatan teknologi nuklir untuk kemajuan bangsa ini.**()

 

𝐑𝐞𝐟𝐞𝐫𝐞𝐧𝐬𝐢

1. 𝘉𝘗𝘚 𝘋𝘢𝘵𝘢 𝘎𝘦𝘰𝘨𝘳𝘢𝘧𝘪𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘋𝘦𝘮𝘰𝘨𝘳𝘢𝘧𝘪 𝘐𝘯𝘥𝘰𝘯𝘦𝘴𝘪𝘢 (2023).

2. 𝘒𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘦𝘳𝘪𝘢𝘯 𝘌𝘚𝘋𝘔  𝘙𝘦𝘯𝘤𝘢𝘯𝘢 𝘜𝘮𝘶𝘮 𝘌𝘯𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘕𝘢𝘴𝘪𝘰𝘯𝘢𝘭 (2022).

3. 𝘞𝘰𝘳𝘭𝘥 𝘕𝘶𝘤𝘭𝘦𝘢𝘳 𝘈𝘴𝘴𝘰𝘤𝘪𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯 𝘕𝘶𝘤𝘭𝘦𝘢𝘳 𝘗𝘰𝘸𝘦𝘳 𝘪𝘯 𝘚𝘰𝘶𝘵𝘩 𝘒𝘰𝘳𝘦𝘢 (2023).

4. 𝘖𝘌𝘊𝘋 𝘚𝘮𝘢𝘭𝘭 𝘔𝘰𝘥𝘶𝘭𝘢𝘳 𝘙𝘦𝘢𝘤𝘵𝘰𝘳𝘴: 𝘊𝘩𝘢𝘭𝘭𝘦𝘯𝘨𝘦𝘴 𝘢𝘯𝘥 𝘖𝘱𝘱𝘰𝘳𝘵𝘶𝘯𝘪𝘵𝘪𝘦𝘴 (2020).

5. 𝘐𝘈𝘌𝘈  𝘔𝘢𝘳𝘪𝘵𝘪𝘮𝘦 𝘈𝘱𝘱𝘭𝘪𝘤𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯𝘴 𝘰𝘧 𝘕𝘶𝘤𝘭𝘦𝘢𝘳 𝘗𝘰𝘸𝘦𝘳 (2021).

6. 𝘉𝘈𝘛𝘈𝘕  𝘒𝘢𝘫𝘪𝘢𝘯 𝘗𝘓𝘛𝘕 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘗𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯𝘢𝘯 𝘕𝘢𝘴𝘪𝘰𝘯𝘢𝘭 (2021).

7. 𝘖𝘌𝘊𝘋  𝘕𝘶𝘤𝘭𝘦𝘢𝘳 𝘌𝘯𝘦𝘳𝘨𝘺 𝘍𝘪𝘯𝘢𝘯𝘤𝘪𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘥 𝘗𝘰𝘭𝘪𝘤𝘺 (2022).

8. 𝘐𝘈𝘌𝘈 𝘕𝘶𝘤𝘭𝘦𝘢𝘳 𝘗𝘰𝘸𝘦𝘳 𝘢𝘯𝘥 𝘊𝘭𝘪𝘮𝘢𝘵𝘦 𝘊𝘩𝘢𝘯𝘨𝘦 𝘔𝘪𝘵𝘪𝘨𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯 (2021).

9. 𝘉𝘈𝘛𝘈𝘕  𝘈𝘱𝘭𝘪𝘬𝘢𝘴𝘪 𝘛𝘦𝘬𝘯𝘰𝘭𝘰𝘨𝘪 𝘕𝘶𝘬𝘭𝘪𝘳 𝘥𝘪 𝘉𝘪𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘗𝘦𝘳𝘵𝘢𝘯𝘪𝘢𝘯 (2022).

10. 𝘖𝘌𝘊𝘋  𝘚𝘶𝘴𝘵𝘢𝘪𝘯𝘢𝘣𝘭𝘦 𝘐𝘯𝘥𝘶𝘴𝘵𝘳𝘪𝘢𝘭 𝘋𝘦𝘷𝘦𝘭𝘰𝘱𝘮𝘦𝘯𝘵 𝘵𝘩𝘳𝘰𝘶𝘨𝘩 𝘕𝘶𝘤𝘭𝘦𝘢𝘳 𝘌𝘯𝘦𝘳𝘨𝘺 (2023).

 

Berita Terkini