Oleh: Drs. Muhammad Bardansyah Ch.Cht .
Mudanews.com OPINI | Meningkatnya eskalasi geopolitik global dan regional memicu spekulasi tentang potensi pecahnya Perang Dunia III (WWIII).
Meskipun harapan terbesar umat manusia adalah menghindari skenario tersebut, analisis pergerakan militer negara-negara adidaya khususnya jaringan pangkalan militer AS dan Rusia menjadi krusial untuk memahami dinamika kekuatan global.
Kedua negara ini mempertahankan pangkalan di lokasi-lokasi strategis yang sering kali saling berhadapan, menciptakan ketegangan yang memengaruhi stabilitas regional dan keamanan internasional.
Artikel ini memperluas analisis posisi pangkalan militer AS-Rusia, peran strategis Indonesia, serta implikasinya terhadap tatanan global,
𝗔𝘀𝗶𝗮 𝗧𝗲𝗻𝗴𝗴𝗮𝗿𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗣𝗼𝘀𝗶𝘀𝗶 𝗦𝘁𝗿𝗮𝘁𝗲𝗴𝗶𝘀 𝗜𝗻𝗱𝗼𝗻𝗲𝘀𝗶𝗮
𝐀𝐦𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚𝐭 (𝐀𝐒):
AS tidak memiliki pangkalan militer permanen di Indonesia, tetapi membangun pengaruh melalui:
– Latihan Militer Bersama: Program 𝘎𝘢𝘳𝘶𝘥𝘢 𝘚𝘩𝘪𝘦𝘭𝘥 (latihan tahunan dengan TNI) dan 𝘊𝘰𝘣𝘳𝘢 𝘎𝘰𝘭𝘥 (melibatkan Thailand, Singapura).
– Transfer Teknologi: Penyediaan sistem radar canggih dan kapal patroli untuk pengawasan di Selat Malaka dan Laut Natuna.
– Strategi Indo-Pasifik: Indonesia dipandang sebagai mitra kunci dalam mengimbangi pengaruh China, sekaligus menjaga keamanan jalur pelayaran senilai $5 triliun per tahun.
𝐑𝐮𝐬𝐢𝐚:
Rusia memperkuat hubungan dengan Indonesia melalui:
– Penjualan Senjata: Kontrak 𝘚𝘶𝘬𝘩𝘰𝘪 𝘚𝘶-35 (2018) dan rencana pengadaan sistem pertahanan udara 𝘚-400.
– Kerja Sama Industri Pertahanan: Pembangunan pabrik amunisi PT Pindad- 𝘙𝘰𝘴𝘰𝘣𝘰𝘳𝘰𝘯𝘦𝘹𝘱𝘰𝘳𝘵 di Jawa Timur.
– Pintu Gerbang Asia-Pasifik: Rusia memanfaatkan Indonesia untuk menyeimbangkan dominasi AS, sambil mengincar pasar alutsista Asia Tenggara yang bernilai $40 miliar.
𝐀𝐧𝐭𝐢𝐬𝐢𝐩𝐚𝐬𝐢 𝐈𝐧𝐝𝐨𝐧𝐞𝐬𝐢𝐚:
Posisi strategis serta kekayaan sumber daya alam Indonesia serta kepemimpinan Indonesia dalam komunitas Asia tenggara tentu menjadi incaran negara-negara adidaya untuk menanamkan pengaruhnya di Indonesia.
Hal ini mengharuskan Indonesia untuk melakukan Langkah-langkah strategis antara lain :
1. Kebijakan Bebas Aktif: Netralitas dengan memperkuat hubungan bilateral tanpa ikut aliansi militer (misal: menolak tawaran AS untuk bergabung dalam Quad_).
2. Modernisasi Multidimensi: Pembelian kapal selam Scorpène (Prancis), pesawat tempur Rafale (Prancis), dan rudal BrahMos (India-Rusia) untuk menghindari ketergantungan.
3. Diplomasi Maritim Progresif: Membangun 𝘔𝘢𝘳𝘪𝘵𝘪𝘮𝘦 𝘚𝘦𝘤𝘶𝘳𝘪𝘵𝘺 𝘈𝘨𝘦𝘯𝘤𝘺 dan memperkuat patroli di Laut Natuna, termasuk menolak klaim sepihak China atas ZEE Indonesia (2020).
4. ASEAN sebagai 𝘉𝘶𝘧𝘧𝘦𝘳: Memimpin inisiatif 𝘈𝘚𝘌𝘈𝘕 𝘖𝘶𝘵𝘭𝘰𝘰𝘬 𝘰𝘯 𝘐𝘯𝘥𝘰-𝘗𝘢𝘤𝘪𝘧𝘪𝘤 (AOIP) untuk mencegah polarisasi AS-China-Rusia.
𝐏𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐌𝐢𝐥𝐢𝐭𝐞𝐫 𝐀𝐒 𝐝𝐚𝐧 𝐑𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐬𝐞𝐫𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐦𝐩𝐚𝐤𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐠𝐢 𝐤𝐞𝐚𝐦𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐫𝐞𝐠𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥.
𝐄𝐫𝐨𝐩𝐚 𝐓𝐢𝐦𝐮𝐫 𝐝𝐚𝐧 𝐋𝐚𝐮𝐭 𝐇𝐢𝐭𝐚𝐦: 𝐌𝐞𝐝𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐏𝐫𝐨𝐤𝐬𝐢 𝐓𝐞𝐫𝐤𝐢𝐧𝐢.
𝗔𝗦/𝗡𝗔𝗧𝗢:
– Pangkalan Utama: 𝘙𝘢𝘮𝘴𝘵𝘦𝘪𝘯 𝘈𝘪𝘳 𝘉𝘢𝘴𝘦 (𝘑𝘦𝘳𝘮𝘢𝘯), 𝘙𝘦𝘥𝘻𝘪𝘬𝘰𝘸𝘰 (Polandia) dengan sistem pertahanan rudal 𝘈𝘦𝘨𝘪𝘴 𝘈𝘴𝘩𝘰𝘳𝘦, dan pangkalan drone di Romania.
– Respons Terhadap Invasi Ukraina 2022: Pengiriman 20.000 pasukan tambahan ke Eropa Timur dan latihan militer 𝘋𝘦𝘧𝘦𝘯𝘥𝘦𝘳 𝘌𝘶𝘳𝘰𝘱𝘦 2023.
𝐑𝐮𝐬𝐢𝐚:
– 𝘒𝘳𝘪𝘮𝘦𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘒𝘢𝘭𝘪𝘯𝘪𝘯𝘨𝘳𝘢𝘥: Pangkalan nuklir di 𝘒𝘢𝘭𝘪𝘯𝘪𝘯𝘨𝘳𝘢𝘥, Armada Laut Hitam di 𝘚𝘦𝘷𝘢𝘴𝘵𝘰𝘱𝘰𝘭,serta sistem rudasi Iskander-M yang mengancam ibukota NATO.
– Zona A2/AD (𝘈𝘯𝘵𝘪-𝘈𝘤𝘤𝘦𝘴𝘴/𝘈𝘳𝘦𝘢 𝘋𝘦𝘯𝘪𝘢𝘭): Jaringan pertahanan S-400 dan rudasi hipersonik Kinzhal di enclave strategis.
𝐃𝐚𝐦𝐩𝐚𝐤 𝐆𝐞𝐨𝐩𝐨𝐥𝐢𝐭𝐢𝐤:
– NATO mengadopsi strategi 𝘍𝘰𝘳𝘸𝘢𝘳𝘥 𝘋𝘦𝘧𝘦𝘯𝘴𝘦 dengan peningkatan anggaran pertahanan negara anggota sebesar 10-15%.
– Rusia merespons dengan uji coba rudal Zircon (Mach 9) di Laut Hitam, memperparah ketegangan di Laut Azov dan Selat Kerch.
𝐓𝐢𝐦𝐮𝐫 𝐓𝐞𝐧𝐠𝐚𝐡: 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐚𝐢𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐫𝐮𝐡 𝐝𝐢 𝐒𝐮𝐫𝐢𝐚𝐡 𝐝𝐚𝐧 𝐌𝐞𝐝𝐢𝐭𝐞𝐫𝐚𝐧𝐢𝐚
𝗔𝗦:
– Pangkalan Al-Tanf (Suriah): Basis operasi melawan ISIS sekaligus menghambat akses Rusia-Iran ke koridor Baghdad-Damaskus.
– Armada ke-6 AS di Mediterania: Kapal induk 𝘜𝘚𝘚 𝘎𝘦𝘳𝘢𝘭𝘥 𝘙. 𝘍𝘰𝘳𝘥 ditempatkan untuk mengawasi aktivitas Rusia.
𝐑𝐮𝐬𝐢𝐚:
– Pangkalan 𝘛𝘢𝘳𝘵𝘶𝘴 dan 𝘏𝘮𝘦𝘪𝘮𝘪𝘮: Satu-satunya pangkalan angkatan laut Rusia di luar bekas Uni Soviet, mendukung rezim Assad dengan serangan udara sejak 2015.
– Aliansi dengan Iran: Penggunaan drone 𝘚𝘩𝘢𝘩𝘦𝘥-136 dan sistem pertahanan udara 𝘗𝘢𝘯𝘵𝘴𝘪𝘳-𝘚1 di Suriah.
𝐃𝐚𝐦𝐩𝐚𝐤 𝐆𝐞𝐨𝐩𝐨𝐥𝐢𝐭𝐢𝐤:
– Proxy war memperdalam fragmentasi kawasan: AS-Turki vs Rusia-Iran.
– Krisis energi Eropa: Rusia memanfaatkan krisis gas sebagai alat tekanan politik, sementara AS meningkatkan ekspor LNG ke Eropa melalui proyek Venture Global LNG_.
𝐀𝐬𝐢𝐚-𝐏𝐚𝐬𝐢𝐟𝐢𝐤: 𝐏𝐮𝐥𝐚𝐮-𝐏𝐮𝐥𝐚𝐮 𝐒𝐞𝐧𝐬𝐢𝐭𝐢𝐟 𝐝𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐜𝐚𝐦𝐚𝐧 𝐇𝐢𝐩𝐞𝐫𝐬𝐨𝐧𝐢𝐤
𝐀𝐒:
– 𝘐𝘴𝘭𝘢𝘯𝘥 𝘊𝘩𝘢𝘪𝘯 𝘚𝘵𝘳𝘢𝘵𝘦𝘨𝘺: Rantai pangkalan dari Jepang (Okinawa) hingga Guam, didukung aliansi AUKUS (AS-UK-Australia) dan Quad (AS-Jepang-India-Australia).
– Pertahanan Taiwan: Latihan militer bersama dengan 200 kapal perang di Selat Taiwan (2023).
𝐑𝐮𝐬𝐢𝐚:
– 𝘝𝘭𝘢𝘥𝘪𝘷𝘰𝘴𝘵𝘰𝘬 dan Pasifik Utara: Kapal selam nuklir kelas Borei dengan rudasi Bulava (jarak 8.000 km).
– Kemitraan dengan China: Latihan militer bersama _Vostok-2022_ di Laut Jepang.
𝐃𝐚𝐦𝐩𝐚𝐤 𝐆𝐞𝐨𝐩𝐨𝐥𝐢𝐭𝐢𝐤:
– AS mengembangkan senjata 𝘩𝘪𝘱𝘦𝘳𝘴𝘰𝘯𝘪𝘬 𝘈𝘎𝘔-183𝘈 untuk menandingi rudal Rusia (𝘈𝘷𝘢𝘯𝘨𝘢𝘳𝘥) dan China (𝘋𝘍-17).
– Indonesia meningkatkan patroli udara di Natuna dengan pesawat F-15EX dan drone _Elang Hitam_ buatan lokal.
𝐊𝐚𝐰𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐀𝐫𝐤𝐭𝐢𝐤: 𝐏𝐞𝐫𝐞𝐛𝐮𝐭𝐚𝐧 𝐒𝐮𝐦𝐛𝐞𝐫 𝐃𝐚𝐲𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐉𝐚𝐥𝐮𝐫 𝐏𝐞𝐥𝐚𝐲𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐁𝐚𝐫𝐮
𝐀𝐒:
– Pangkalan 𝘛𝘩𝘶𝘭𝘦 (𝘎𝘳𝘦𝘦𝘯𝘭𝘢𝘯𝘥): Sistem radar early warning dan kerja sama dengan Norwegia di 𝘚𝘷𝘢𝘭𝘣𝘢𝘳𝘥.
– Anggaran Arktik 2024: $3,2 miliar untuk pengembangan kapal pemecah es nuklir.
𝐑𝐮𝐬𝐢𝐚:
– 𝘈𝘳𝘬𝘵𝘪𝘬 𝘉𝘳𝘪𝘨𝘢𝘥𝘦: 45.000 personel, pangkalan Nagurskoye, dan pelabuhan nuklir 𝘔𝘶𝘳𝘮𝘢𝘯𝘴𝘬.
– 𝘕𝘰𝘳𝘵𝘩𝘦𝘳𝘯 𝘚𝘦𝘢 𝘙𝘰𝘶𝘵𝘦 (𝘕𝘚𝘙) : Mengontrol 80% rute pelayaran Arktik dengan 40 kapal pemecah es.
𝐃𝐚𝐦𝐩𝐚𝐤 𝐆𝐞𝐨𝐩𝐨𝐥𝐢𝐭𝐢𝐤:
– Pencairan es membuka akses ke 13% minyak dan 30% gas dunia, memicu klaim teritorial oleh Kanada, Denmark, dan Rusia.
– Latihan militer 𝘐𝘤𝘦 𝘊𝘢𝘮𝘱 2023_ AS-Rusia di Arktik meningkatkan risiko insiden bersenjata.
𝐀𝐦𝐞𝐫𝐢𝐤𝐚 𝐋𝐚𝐭𝐢𝐧: 𝐒𝐢𝐦𝐛𝐨𝐥 𝐏𝐞𝐫𝐥𝐚𝐰𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐑𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐡𝐚𝐝𝐚𝐩 𝐀𝐒
𝗔𝗦:
– 𝘚𝘰𝘶𝘵𝘩𝘦𝘳𝘯 𝘊𝘰𝘮𝘮𝘢𝘯𝘥 (𝘍𝘭𝘰𝘳𝘪𝘥𝘢): Operasi kontra-narkotika sebagai kedok untuk membatasi pengaruh Rusia.
– Sanksi Ekonomi: Embargo minyak terhadap Venezuela dan tekanan terhadap rezim Ortega di Nikaragua.
𝐑𝐮𝐬𝐢𝐚:
– Latihan Militer di Venezuela: Pengiriman pesawat Tu-160 (2018) dan sistem pertahanan udara S-300.
– Dukungan untuk Kuba: Modernisasi pangkalan Lourdes sebagai pusat intelijen elektronik.
𝐃𝐚𝐦𝐩𝐚𝐤 𝐆𝐞𝐨𝐩𝐨𝐥𝐢𝐭𝐢𝐤:
– Rusia memanfaatkan krisis migran Amerika Tengah untuk melemahkan citra AS.
– AS merespons dengan revitalisasi Doktrin Monroe melalui investasi infrastruktur di Honduras dan El Salvador.
𝐃𝐚𝐦𝐩𝐚𝐤 𝐆𝐥𝐨𝐛𝐚𝐥 𝐊𝐨𝐧𝐟𝐫𝐨𝐧𝐭𝐚𝐬𝐢 𝐀𝐒-𝐑𝐮𝐬𝐢𝐚
1. Perlombaan Senjata Generasi Keenam:
– AS: 𝘕𝘦𝘹𝘵-𝘎𝘦𝘯𝘦𝘳𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯 𝘈𝘪𝘳 𝘋𝘰𝘮𝘪𝘯𝘢𝘯𝘤𝘦_ (𝘕𝘎𝘈𝘋) dengan pesawat tempur AI.
– Rusia: Pengembangan _𝘚𝘶𝘬𝘩𝘰𝘪 𝘚-70 𝘖𝘬𝘩𝘰𝘵𝘯𝘪𝘬_ (drone tempur siluman).
2. Perang Siber dan Satelit:
– Serangan 𝘳𝘢𝘯𝘴𝘰𝘮𝘸𝘢𝘳𝘦 𝘙𝘶𝘴𝘪𝘢 (𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪 𝘎𝘳𝘰𝘶𝘱) 𝘷𝘴 𝘈𝘚 𝘊𝘺𝘣𝘦𝘳 𝘊𝘰𝘮𝘮𝘢𝘯𝘥.
– Persaingan satelit militer 𝘚𝘵𝘢𝘳𝘭𝘪𝘯𝘬 (𝘈𝘚) 𝘷𝘴 𝘎𝘓𝘖𝘕𝘈𝘚𝘚 (𝘙𝘶𝘴𝘪𝘢).
3. Fragmentasi Sistem Internasional:
– NATO vs CSTO, sementara BRICS (termasuk Indonesia) menjadi alternatif tatanan global.
4. Krisis Energi dan Pangan:
– Rusia menguasai 40% pasar gandum Eropa, sementara AS mendominasi ekspor LNG.
𝐊𝐞𝐬𝐢𝐦𝐩𝐮𝐥𝐚𝐧: 𝐈𝐧𝐝𝐨𝐧𝐞𝐬𝐢𝐚 𝐝𝐢 𝐓𝐞𝐧𝐠𝐚𝐡 𝐂𝐚𝐭𝐮𝐫 𝐆𝐞𝐨𝐩𝐨𝐥𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐀𝐝𝐢𝐝𝐚𝐲𝐚
Posisi strategis Indonesia sebagai poros maritim Indo-Pasifik menjadikannya incaran pengaruh AS dan Rusia.
Kebijakan 𝘧𝘳𝘦𝘦 𝘢𝘯𝘥 𝘢𝘤𝘵𝘪𝘷𝘦 harus diperkuat dengan:
– Diplomasi Kuantum: Memanfaatkan kerja sama dengan semua pihak tanpa terikat blok.
– Kemandirian Pertahanan: Mempercepat proyek Merah Putih Defense Industry_ (pesawat N-219, kapal perang KCR-60).
– ASEAN sebagai Katalisator: Mengadvokasi _Code of Conduct_ di Laut China Selatan dan Arktik.
Dunia harus waspada: persaingan AS-Rusia bukan hanya perang senjata, tetapi juga perang teknologi, energi, dan norma.
Indonesia, dengan segala kerentanannya, bisa menjadi contoh bagaimana negara kecil-namun-strategis bertahan di tengah badai geopolitik.
𝐃𝐚𝐟𝐭𝐚𝐫 𝐑𝐞𝐟𝐞𝐫𝐞𝐧𝐬𝐢
1. 𝘉𝘭𝘢𝘯𝘬, 𝘚. (2021). 𝘙𝘶𝘴𝘴𝘪𝘢𝘯 𝘔𝘪𝘭𝘪𝘵𝘢𝘳𝘺 𝘔𝘰𝘥𝘦𝘳𝘯𝘪𝘻𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯 𝘢𝘯𝘥 𝘵𝘩𝘦 𝘊𝘳𝘪𝘴𝘪𝘴 𝘪𝘯 𝘜𝘬𝘳𝘢𝘪𝘯𝘦. 𝘙𝘰𝘶𝘵𝘭𝘦𝘥𝘨𝘦.
2. 𝘒𝘰𝘧𝘮𝘢𝘯, 𝘔., & 𝘍𝘪𝘯𝘬, 𝘈. (2022). 𝘙𝘶𝘴𝘴𝘪𝘢𝘯 𝘚𝘵𝘳𝘢𝘵𝘦𝘨𝘺 𝘪𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘈𝘳𝘤𝘵𝘪𝘤: 𝘊𝘰𝘰𝘱𝘦𝘳𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯 𝘰𝘳 𝘊𝘰𝘯𝘧𝘳𝘰𝘯𝘵𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯? 𝘞𝘢𝘳 𝘰𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘙𝘰𝘤𝘬𝘴.
3. 𝘓𝘢𝘳𝘵𝘦𝘳, 𝘋. 𝘉. (2023). 𝘜.𝘚. 𝘔𝘪𝘭𝘪𝘵𝘢𝘳𝘺 𝘉𝘢𝘴𝘦𝘴 𝘈𝘣𝘳𝘰𝘢𝘥: 𝘗𝘰𝘸𝘦𝘳 𝘗𝘳𝘰𝘫𝘦𝘤𝘵𝘪𝘰𝘯 𝘪𝘯 𝘵𝘩𝘦 21𝘴𝘵 𝘊𝘦𝘯𝘵𝘶𝘳𝘺. 𝘉𝘳𝘰𝘰𝘬𝘪𝘯𝘨𝘴 𝘐𝘯𝘴𝘵𝘪𝘵𝘶𝘵𝘪𝘰𝘯 𝘗𝘳𝘦𝘴𝘴.
4. 𝘚𝘮𝘪𝘵𝘩, 𝘏. (2020). 𝘕𝘈𝘛𝘖’𝘴 𝘌𝘢𝘴𝘵𝘦𝘳𝘯 𝘍𝘭𝘢𝘯𝘬 𝘢𝘯𝘥 𝘵𝘩𝘦 𝘙𝘶𝘴𝘴𝘪𝘢𝘯 𝘛𝘩𝘳𝘦𝘢𝘵. 𝘌𝘶𝘳𝘰𝘱𝘦𝘢𝘯 𝘊𝘰𝘶𝘯𝘤𝘪𝘭 𝘰𝘯 𝘍𝘰𝘳𝘦𝘪𝘨𝘯 𝘙𝘦𝘭𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯𝘴.
5. 𝘛𝘳𝘦𝘯𝘪𝘯, 𝘋. (2021). 𝘙𝘶𝘴𝘴𝘪𝘢’𝘴 𝘔𝘪𝘥𝘥𝘭𝘦 𝘌𝘢𝘴𝘵 𝘚𝘵𝘳𝘢𝘵𝘦𝘨𝘺: 𝘚𝘺𝘳𝘪𝘢 𝘢𝘯𝘥 𝘉𝘦𝘺𝘰𝘯𝘥. 𝘊𝘢𝘳𝘯𝘦𝘨𝘪𝘦 𝘔𝘰𝘴𝘤𝘰𝘸 𝘊𝘦𝘯𝘵𝘦𝘳.
6. 𝘜.𝘚. 𝘋𝘦𝘱𝘢𝘳𝘵𝘮𝘦𝘯𝘵 𝘰𝘧 𝘋𝘦𝘧𝘦𝘯𝘴𝘦. (2023). 𝘈𝘯𝘯𝘶𝘢𝘭 𝘙𝘦𝘱𝘰𝘳𝘵 𝘰𝘯 𝘔𝘪𝘭𝘪𝘵𝘢𝘳𝘺 𝘗𝘰𝘸𝘦𝘳 𝘰𝘧 𝘙𝘶𝘴𝘴𝘪𝘢. 𝘗𝘦𝘯𝘵𝘢𝘨𝘰𝘯 𝘗𝘳𝘦𝘴𝘴.
7. 𝘞𝘦𝘪𝘵𝘻, 𝘙. (2022). 𝘛𝘩𝘦 𝘈𝘳𝘤𝘵𝘪𝘤 𝘪𝘯 𝘙𝘶𝘴𝘴𝘪𝘢𝘯-𝘈𝘮𝘦𝘳𝘪𝘤𝘢𝘯 𝘙𝘦𝘭𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯𝘴: 𝘊𝘰𝘯𝘧𝘭𝘪𝘤𝘵 𝘰𝘳 𝘊𝘰𝘰𝘱𝘦𝘳𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯? 𝘑𝘢𝘮𝘦𝘴𝘵𝘰𝘸𝘯 𝘍𝘰𝘶𝘯𝘥𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯.
8. 𝘈𝘯𝘸𝘢𝘳, 𝘋. 𝘍. (2021). 𝘐𝘯𝘥𝘰𝘯𝘦𝘴𝘪𝘢’𝘴 𝘍𝘰𝘳𝘦𝘪𝘨𝘯 𝘗𝘰𝘭𝘪𝘤𝘺 𝘢𝘯𝘥 𝘵𝘩𝘦 𝘋𝘪𝘭𝘦𝘮𝘮𝘢 𝘰𝘧 𝘕𝘰𝘯-𝘈𝘭𝘪𝘨𝘯𝘮𝘦𝘯𝘵. 𝘐𝘚𝘌𝘈𝘚 𝘗𝘶𝘣𝘭𝘪𝘴𝘩𝘪𝘯𝘨.
9. 𝘚𝘶𝘬𝘮𝘢, 𝘙. (2020). 𝘐𝘯𝘥𝘰𝘯𝘦𝘴𝘪𝘢’𝘴 𝘚𝘦𝘤𝘶𝘳𝘪𝘵𝘺 𝘖𝘶𝘵𝘭𝘰𝘰𝘬: 𝘕𝘢𝘷𝘪𝘨𝘢𝘵𝘪𝘯𝘨 𝘉𝘦𝘵𝘸𝘦𝘦𝘯 𝘔𝘢𝘫𝘰𝘳 𝘗𝘰𝘸𝘦𝘳𝘴. 𝘊𝘚𝘐𝘚 𝘐𝘯𝘥𝘰𝘯𝘦𝘴𝘪𝘢.
10. 𝘓𝘢𝘬𝘴𝘢𝘮𝘢𝘯𝘢, 𝘈. 𝘌. (2022). 𝘈𝘚𝘌𝘈𝘕 𝘊𝘦𝘯𝘵𝘳𝘢𝘭𝘪𝘵𝘺 𝘪𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘐𝘯𝘥𝘰-𝘗𝘢𝘤𝘪𝘧𝘪𝘤: 𝘐𝘯𝘥𝘰𝘯𝘦𝘴𝘪𝘢’𝘴 𝘚𝘵𝘳𝘢𝘵𝘦𝘨𝘪𝘤 𝘊𝘢𝘭𝘤𝘶𝘭𝘶𝘴. 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘦𝘮𝘱𝘰𝘳𝘢𝘳𝘺 𝘚𝘰𝘶𝘵𝘩𝘦𝘢𝘴𝘵 𝘈𝘴𝘪𝘢.
11. RAND Corporation (2023). U.S.-Russia Military Balance in the Arctic: Implications for NATO.
12. Carnegie Moscow Center (2023). Russia’s Energy Diplomacy: From Nord Stream to the Pacific.
13. CSIS (2023). China’s Role in the AS-Russia Proxy Conflicts: A New Cold War Triad?
14. Pentagon Report (2024). Annual Assessment on Russian Military Capabilities.
15. UN Office for Disarmament Affairs (2023). Hypersonic Weapons and Global Stability.
16. ASEAN Secretariat (2023). ASEAN Centrality in the Indo-Pacific: Challenges and Opportunities.
17. SIPRI Yearbook (2023). Global Arms Trade Trends: AS, Russia, and the Rise of Middle Powers.
18. IMF (2023). Geoeconomic Fragmentation: Impact of AS-Russia Sanctions on Global Energy Markets.