Hendropriyono dan Yayat Sudrajat Soal Hercules: Perspektif Intelijen Komandan Operasi Militer

Breaking News
- Advertisement -

 

Mudanews.com OPINI | Profesor intelijen AM Hendropriyono selalu memiliki perspektif luar biasa. Termasuk soal Hercules. Hercules sedang diserang habis-habisan, seolah dibela oleh Hendropriyono.

Bagi Hendropriyono, ada esensi penting tentang Hercules. Kebangsaan dan NKRI. Bukan hanya soal premanisme Pasar Tanah Abang. Untuk memahami perspektifnya, kita harus melihat sosok Hendropriyono.

Flash back. Selain operasi Seroja di Timor Timur, Hendropriyono bergerilya melawan pasukan Gerilya Rakyat Sarawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku).

Duel satu lawan satu. Telapak tangan Hendropriyono hancur menahan sangkur Hassan, satu tangan lainnya mampu meraih pistol yang sudah melorot dari pinggangnya. Dor.

Hendropriyono bercerita kepada penulis. Bunyi dor yang terdengar dalam pikirannya antara peluru menembak dirinya sendiri atau pimpinan Paraku. Tekanan tusukan sangkur Hassan di telapak tangan Hendropriyono mengendor. Hassan tewas di atas tubuh Hendropriyono.

Doktrin perang inkonvensional Sandi Yudha dipraktikkan di Kalimantan Barat oleh Hendropriyono. Demikian pula dalam operasi Seroja. Ada penggalangan penduduk lokal, direkrut untuk menjadi pasukan berpihak ke TNI. Nah, di sinilah peran Hercules.

Hercules adalah salah satu informan lokal yang menjadi bagian TNI. Tentu dia berkorban karena berpihak ke Indonesia. Konsisten. Tidak kembali lagi ke Timor Leste.

(Dengan Prabowo terjadi hubungan emosional. Prabowo terbuang, Hercules tetap setia. Maka, Presiden Prabowo tidak akan komentar soal Hercules.)

Lain dengan Hendropriyono. Dia mendidik bangsa kita untuk melihat isu dan wacana secara utuh. Khas intelijen. Untuk melihat esensi.

Soal Hercules yang kisruh dengan beberapa Purnawirawan, ditaggapi dingin olehnya. Soal kecil, kata Hendropriyono. Meski, tentu dia tidak setuju aksi premanisme.

Berita besar soal Hercules hanya drama. Demi menutup kegamangan auto-pilot pemerintahan Prabowo. Untuk mengecoh publik. Pengalihan isu.

Lalu muncul Yayat Sudrajat yang menyebut Hercules penakut. Benarkah? Mari kita lihat.

Perlu dicatat. Hercules pulang ke Timor Timor saat jajak pendapat 1999. Dia adalah musuh bagi pro-independen. Pengkhianat bagi sebagian besar rakyat Timor Timur. Takut? Wajar.

Hercules tahu. Dia digalang oleh TNI. Keselamatannya terancam. Siapa lagi yang harus mengawal kalau bukan TNI?

Hercules menghubungi Zacky Makarin. Dia juga berusaha hubungi Feisal Tanjung, Wiranto, Kiki Syahnakri, Glenny Kairupan, Toto Suratman, Tyas Sudarto, juga Eurico Guterres. Prabowo tidak ada, dia di Yordania.

Hercules minta pengawalan. Pelaksana tugas pengawalan untuk Hercules adalah Yayat Sudrajat, atas perintah Zacky Makarim.

Sekali lagi, kita melihat komentar esensial AM Hendropriyono yang tidak tertarik sama sekali dengan isu receh soal Hercules.

Perlu diketahui, Jend TNI (Purn.) Hendropriyono selalu update tentang isu yang lagi trending di media. Informasinya komplit. Yang hebat, dia selalu mampu memisahkan fenomena dengan esensi setiap fakta, data, atau peristiwa. Konklusi analitisnya tajam.

Hendropriyono tidak hanya menghargai peran Hercules, dan juga teman-teman pasukan perang. Catatan pendaratan pernyerbuan oleh 13 anggota Manggala XIII yang dia pimpin, 7 Desember 1975, membuktikannya. saya kutip.

Tujuh Desember 38 Tahun Lalu

Hari ini pada 1975 adalah peringatan the “D” kita menyerbu Timor Timur, dengan meningkarnya dari udara (terimakasih alm Sudiyono) dan melambungnya dari darat (terimakasih alm Ella Bajuri). Serangan frontal dari laut kemudian kita menjejakkan kaki di bumi Lorosae, setelah berloncatan keluar dari panser amphibi (terimakasih alm Solang).

Hari ini kalian kukenang dengan bangga dan gundah. Bangga terhadap kalian dan gundah karena nasib bangsa kita. Bangga terhadap pengorbanan kalian dan gundah karena pengkhianatan mereka.

Jangan menangis ibu pertiwi.

(AM Hendropriyono, 07 Desember 2013 Sat 07:11 am)

Kutipan di atas adalah bukti bagaimana Hendropriyono sebagai Komandan Manggala XIII berjibaku di medan laga. Dia memahami sulitnya medan perang.

Maka menjadi beralasan Hendropriyono, dan juga kita, harus menghargai Hercules yang jelas telah berjasa membela pasukan TNI di medan perang di Timor Timur. (Penulis: Ninoy Karundeng).

Berita Terkini