Aksi Nyata Bobby Nasution Perbaiki Jalan

Breaking News
- Advertisement -

Oleh : Brimob Ritonga

Mudanews.com – Dalam dunia pemerintahan, tidak sedikit kita melihat pemimpin yang lebih banyak menghabiskan waktu di belakang meja, terjebak dalam rutinitas rapat, laporan, dan protokol. Namun, Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, memilih pendekatan yang berbeda. Ia lebih memilih untuk terjun langsung ke lapangan, mengamati dan merasakan langsung permasalahan yang dihadapi warganya, salah satunya adalah permasalahan klasik yang tidak usai, yakni permasalahan jalan rusak.

Langkah untuk terjun langsung ke jalan-jalan yang rusak bukan merupakan soal pencitraan. Ini menunjukkan kepekaan, empati, kepedulian dan tanggung jawab terhadap masalah yang dialami oleh rakyat yang telah lama diabaikan.

Jalan yang rusak bukan hanya soal aspal yang terkelupas atau tinggal tanah lumpur : ini berhubungan dengan akses ekonomi, keselamatan warga, dan kualitas layanan publik yang nyata.

Tindakan Bobby lebih dari sekadar simbolis.

Ia tidak hanya datang untuk melihat, tetapi juga untuk mendengarkan keluhan warga, berbincang dengan masyarakat terkait permasalahan apa saja yang harus diselesaikan. Di sinilah nilai kepemimpinannya diuji, ketika seorang pemimpin mau menjelajahi lapisan paling dasar untuk memahami langsung denyut kehidupan rakyatnya.

Langkah ini menunjukkan bahwa Bobby memahami bahwa seorang gubernur tidak bisa hanya mengandal laporan data-data di atas kertas, yang disampaikan di dalam rapat-rapat kerja.

Laporan terkadang dapat dimanipulasi atau tidak menggambarkan realitas yang sesuai. Namun, realitas di lapangan tentu tidak bisa berbohong. Lubang dan lumpur di jalan tidak bisa ditambal dengan data dalam presentasi Power Point. Dengan melihat secara langsung, Bobby memastikan bahwa permasalahan tidak berhenti sebagai angka di atas kertas.

Ia ingin agar kebijakan yang diambil lahir dari realitas, bukan dari ruang rapat yang sejuk dan steril. Kehadiran fisiknya juga membawa pesan moral yang kuat kepada aparat di bawahnya: jangan pernah meremehkan masalah rakyat. Ketika gubernur saja mau turun tangan, maka semua dinas dan pejabat teknis harus bekerja lebih cepat dan serius.

Dalam beberapa kunjungannya ke ruas-ruas jalan yang rusak, Bobby langsung menginstruksikan dinas terkait untuk menindaklanjuti temuan di lapangan. Beberapa ruas bahkan langsung diperbaiki dalam hitungan hari dan dibangun langsung secara bertahap.

Mantan Wali Kota Medan yang penuh prestasi itu membuktikan bahwa niat baik yang disertai ketegasan dapat menghasilkan perubahan nyata.

Di awal kepemimpinannya ini, Bobby telah banyak turun langsung meninjau permasalahan mengenai jalan dan jembatan. Pada bulan Maret, ia langsung meninjau permasalahan jembatan putus di Nias Barat, meninjau jembatan rusak di Padangsidimpuan, yang terbaru ia langsung meninjau jalan provinsi yang menghubungkan 3 (tiga) kabupaten :

Labuhanbatu-Padang Lawas Utara-Tapanuli Selatan. Kondisi jalan yang menghubungkan tiga kabupaten tersebut sudah rusak parah dan tidak pernah diperhatikan hampir 20 tahun.
Lebih dari itu, ia menunjukkan transparansi dalam proses.

Tidak ada yang ditutupi. Kekurangan justru ditunjukkan dan disampaikan kepada khalayak agar semua pihak menyadari betapa besar tantangan yang dihadapi dan pentingnya kolaborasi untuk membangun Sumatara Utara.

Bobby juga tidak hanya berfokus pada jalan-jalan provinsi, tetapi juga turut memperhatikan jalan-jalan kabupaten dan kota yang berada di bawah kewenangan pemerintah daerah.

Ini mencerminkan jiwa kepemimpinan yang inklusif, bukan sekadar formalitas. Ia menyadari bahwa masyarakat tidak peduli apakah jalan itu milik provinsi, kota, atau nasional. Bagi mereka, jalan yang rusak adalah masalah sehari-hari.

Oleh karena itu, Bobby mengajak supaya semua pihak pemerintah kabupatan den provinsi saling berkolaborasi untuk menuntas masalah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Inilah bentuk keberanian yang layak diapresiasi.

Terlalu banyak pemimpin yang berlindung di balik alasan “itu bukan wewenang kami.” Padahal, keberanian untuk mengambil langkah konkret jauh lebih dibutuhkan daripada sekadar menghindar dari tanggung jawab. Bobby juga tidak melakukannya sendirian.

Ia melibatkan masyarakat, menerima masukan, dan mengajak warga untuk turut serta mengawasi proses perbaikan. Dalam beberapa kesempatan, ia menekankan bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri; kolaborasi adalah kunci. Pendekatan humanis ini membuat warga merasa dihargai. Mereka tidak lagi diposisikan sebagai penonton yang hanya bisa mengeluh; kini mereka menjadi bagian dari solusi.

Jika sikap seperti ini diteruskan secara konsisten, hal ini dapat menciptakan budaya pemerintahan yang partisipatif dan kolaboratif. Ia menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang jabatan, melainkan keberanian untuk menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah di lapangan secara langsung.

Kehadirannya secara langsung memungkinkan ia untuk memotong prosedur panjang yang sering kali menghambat pengambilan keputusan, sehingga aksi dapat segera dilakukan.

Apresiasi pun mengalir dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk aktivis dan tokoh akademisi, yang melihat bahwa inisiatif ini memberikan harapan baru bagi pemerintahan yang lebih responsif. Tindakan ini sekaligus menegaskan posisi Bobby sebagai pemimpin muda yang terbuka terhadap kritik dan masukan.

Ia tidak menghindar dari suara-suara skeptis, melainkan memanfaatkannya sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki diri dan sistem yang ada. Di tengah pandangan skeptis masyarakat terhadap pemerintah, aksi seperti ini menjadi angin segar. Rakyat membutuhkan bukti bahwa pemimpin mereka masih memiliki empati, keberanian, dan kemauan untuk bekerja dari akar permasalahan.

Bobby Nasution bukan sekadar memperbaiki jalan yang rusak; ia juga tengah membangun kembali kepercayaan masyarakat yang selama ini terkikis terhadap pemerintah. Ini adalah tugas besar yang tidak semua orang mampu jalani.

Dengan konsistensi dan keseriusan yang ditunjukkan, Bobby memiliki potensi untuk mengubah Sumatera Utara menjadi provinsi yang lebih tertata dan berorientasi manusia. Jalan-jalan mulus bukan hanya tentang kualitas aspal, tetapi juga tentang harapan yang dibangun dari fondasi yang kuat. Jika ia mampu mempertahankan semangat ini hingga akhir masa jabatannya, masyarakat akan mengenangnya bukan sekadar sebagai gubernur muda, tetapi sebagai pemimpin yang benar-benar berjasa dan dicintai masyarakat.***

Penulis adalah Mahasiswa S2 FH UISU.

Berita Terkini