Times New Roman dalam Ijazah Jokowi: Kajian Forensik atas Tipografi dan Ruang Transparansi

Breaking News
- Advertisement -

 

Oleh: Adv. m.Taufik Umar Dani Harahap, SH. (Praktisi Hukum)

Mudanews.com OPINI | Polemik mengenai keaslian ijazah Presiden Joko Widodo kembali menyeruak ke ruang publik. Isu yang diangkat kali ini tidak menyasar substansi akademik, melainkan teknis visual: jenis huruf Times New Roman yang digunakan pada ijazah tahun 1985 dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Sejumlah pihak menilai penggunaan font tersebut tidak lazim pada masa itu. Namun, apakah betul demikian?

Kajian forensik dokumen memberi ruang untuk mengurai persoalan ini secara akademik, bukan spekulatif.

Jejak Historis Font

Font Times New Roman dirancang oleh Stanley Morison dan Victor Lardent untuk surat kabar The Times pada tahun 1931. Font ini menjadi bagian dari standar komputer Apple Macintosh (1984) dan Microsoft Word (1983), serta umum dipakai dalam sistem cetak phototypesetting di akhir 1970-an hingga 1980-an.

Namun, persebaran font ini dalam industri percetakan di Indonesia—terutama di kampus-kampus seperti UGM—masih sangat terbatas hingga akhir 1980-an. Teknologi mesin ketik elektronik dan komputerisasi layout belum menjadi standar umum dalam produksi ijazah.

Temuan Forensik Visual

Hasil analisis tipografi pada ijazah Presiden Jokowi menunjukkan kesamaan signifikan dengan versi digital Times New Roman modern. Proporsi karakter, lekuk huruf, dan kerning antar huruf serupa dengan versi yang tersedia dalam sistem operasi Microsoft Windows sejak awal 1990-an.

Beberapa dokumen pembanding dari lulusan UGM tahun 1985 (yang berhasil diakses secara terbatas) umumnya menunjukkan jenis huruf berbeda—lebih menyerupai Courier, Bookman, atau Palatino, yang lazim dalam cetak analog saat itu.

Klarifikasi UGM dan Tantangan Verifikasi

UGM, melalui Fakultas Kehutanan, telah menyampaikan bahwa ijazah Presiden Jokowi merupakan dokumen sah. Namun, institusi tidak menyertakan dokumentasi pembanding dalam jumlah cukup atau standar baku penggunaan font di masa itu.

Ketiadaan data ini menimbulkan ruang spekulasi dan memperkuat persepsi subjektif publik. Dalam kajian forensik, ruang verifikasi semestinya dapat dibuka melalui audit fisik dokumen asli dan jejak administratif dalam format yang dapat diakses tim independen.

Dugaan dan Batasan

Dugaan adanya manipulasi bukan tidak berdasar. Elemen visual font yang menyerupai hasil digitalisasi modern membuka kemungkinan bahwa dokumen tersebut mengalami proses rekonstruksi ulang atau pencetakan ulang menggunakan teknologi lebih baru.

Namun, tanpa bukti fisik seperti dokumen asli atau testimoni pembanding dari percetakan tahun 1985 yang bersangkutan, maka kesimpulan soal “pemalsuan” tetap tidak bisa ditegaskan. Yang lebih terang justru bahwa ada ketidaksesuaian historis dan administratif yang seharusnya dapat dijelaskan lebih transparan.

Penutup

Kajian ini tidak dimaksudkan untuk membenarkan tuduhan tanpa dasar, apalagi memojokkan pihak tertentu. Namun, ia memperlihatkan pentingnya literasi sejarah teknologi dan transparansi dokumen publik.

Persoalan ini seharusnya dijawab dengan audit ilmiah dan institusional, bukan dengan saling menyalahkan atau framing politik. Di titik ini, kita belajar bahwa demokrasi menuntut ruang klarifikasi, bukan hanya klarifikasi ruang.

Lampiran Visual & Infografis Pendukung

1. Timeline Evolusi Times New Roman (1931–1995)

1931: Dirilis oleh The Times (London)

1983: Diadopsi dalam Microsoft Word 1.0

1984: Tersedia di Apple Macintosh

1992: Menjadi default font Windows

2. Diagram Perbandingan Tipografi: | Elemen | Ijazah Jokowi 1985 | Ijazah Alumni 1985 Lain | Keterangan | |——–|——————–|————————–|————| | Font | Times New Roman digital | Courier/Palatino | Perbedaan gaya huruf dan kerning | | Layout | Simetris rapi digital | Manual, sedikit bergeser | Diduga cetakan digital modern |

3. Rekomendasi Forensik

Audit dokumen fisik asli

Uji tinta dan kertas di laboratorium

Bandingkan dengan ijazah autentik lainnya (1985–1986)

Berita Terkini