Ditulis: Heru Subagia
Pengamat Politik dan Ekonomi
Mudanews.com OPINI | Sudah menjadi habitatnya jika Prabowo lebih mengedepankan emosi dan juga propaganda daripada memenuhi perimbangan matang berbagai pihak. Karakter mantan Danjen Kopassus ini sangat kuat, terbuka, lugas namun berbahaya.
Fungsi kontrol dalam berpikir dan juga berbicara lebih banyak dinavigasi oleh cara pandang pengalaman dan juga observasi sepihak yakni Prabowo sendiri sebagai narasumber, inspirasi dan bahkan insting atas segala sumber informasi dan juga determinasinya.
Karenanya, sangat wajar jika ketika Prabowo sedang berbicara atau berpidato tidak ada salah satu atau bahkan individu orang terdekat untuk menghentikan atau sekedar memotong pembicaraan.
Prabowo bukan sedang berpidato atau berpendapat tetapi sebenarnya lebih tepat jika Prabowo sedang melakukan propaganda. Kendati dirinya tidak mau disebut sebagai ;”Presiden Omon-omon” dan menolak tegas pembicaraan atau pun kritik dengan balutan propaganda.
Jelas, hannyalah Prabowo yang dapat melakukan propaganda dan tidak satu pun lawan politiknya melakukan kritikan ataupun serangannya dengan propaganda. Kesadaran efektivitas dan gerakan taktikal fungsi propaganda sangat mematikan bagi lawan dan pengikutnya.
Jika ditelaah dengan kritis, Prabowo bukanlah pemimpin dengan memakai asas profesional dalam mengelola dan juga melakukan eksekusi program kebijakan. Prabowo bukan terlahir dalam rahim masyarakat sipil dan juga bukan dari keluarga rendahan. Prabowo suah terbiasa dalam lingkungan aristokrat, kelas strata sosial yang bergengsi dan dihormati.
Karier Prabowo di militer menjadi awal dan akhirnya kebutuhan dan juga kepentingan dalam setiap kebijakan dan juga keputusan penting. Akhirnya, Prabowo menjadi orang nomor satu di Indonesia, hasil Pilpres 2024 menyebutkan Pasangan Prabowo-Gibran menang telak 58 persen.
Kemenangan yang diraihnya dari perjuangan panjang-4 kali berkiprah menjadi bagian kontestan pilpres-menjadi kesimpulan akhir mengerucutkan manifestasi politik pribadi dari Prabowo Subianto. Ia menjadi diri sendiri, pemimpin ideologis ketimpangan sebagai presiden yang terpilih secara langsung melalui asas-asas demokratis. Inilah yang sesungguhnya menjadikan diiri menjadi manusia dengan postur sebutan pemimpin paradoks.
Dengan demikian Prabowo memegang tamu kendali sekaligus eksekutor yang sangat dramatis. Kebijakan tidak bisa ditebak. Diluar dugaan, manuver Prabowo membuat marah dan juga ketersinggungan akut karena tindakan dan kebijakan mengandung persyaratan provokasi beserta pandangan propagandanya.