Donald Trump Salahkan Prabowo, Kebijakan Tarif Impor AS Bikin Kiamat Ekonomi Semakin Dekat

Breaking News
- Advertisement -

 

Ditulis:: Heru Subagia Pengamat Ekonomi dan  Sosial dan Politik 

Mudanews.com OPINI l   Perang dagang akhirnya pecah. Mimpi Donald Trump Salahkan kepentingan AS, Kebijakan Tarif Impor AS Bikin Kiamat Ekonomi Semakin Dekaturuk situasi ekonomi global kacau balau akhirnya menjadi kenyataan. Presiden Amerika Serikat Donald Trump akhirnya mengumumkan kebijakan tarif impor yang disebutnya sebagai timbal balik atau ‘Reciprocal Tarrifs’ pada Rabu, 2 April 2025.

Tarif baru diterapkan terhadap impor yang masuk ke AS dari berbagai negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Sebagai informasi, Trump menetapkan tarif timbal balik atau tarif bea masuk yang berlaku bagi lebih dari 180 negara dan wilayah berdasarkan kebijakan perdagangan baru yang luas.

Dengar melihat data negara-negara terkena dampak tarif impor di atas, dikatakan nilai tarif impor AS terhadap negara lain disesuaikan dengan kebutuhan dan juga kebijakan perdagangan yang diberlakukan oleh negara-negara lain.

Bagi negara ramah terhadap produk Amerika, dibalasnya dengan kebijakan tarif sepadan, bagi negara yang memproteksi barang Amerika diberlakukan ganjaran tarif setimpal.

Persentase Tarif Trump

Diketahui Donald Trump menetapkan tarif dasar 10 persen untuk impor dari semua negara. Kebijakan tersebut kemudian merilis daftar tarif untuk ratusan negara dengan besaran yang beragam sesuai hambatan masing-masing.

Jika petakan, terdapat sejumlah negara yang kenaikan tarifnya lebih kecil dari negara lain. Sebut saja negara-negara besar, seperti Australia, Inggris, Brasil, dan Singapura yang semuanya akan terkena tarif minimum sebesar 10 persen.

Sementara negara lainnya yang hanya dikenakan tarif dasar 10 persen adalah Chile, Turki, Kolombia, Peru, Kosta Rika, Selandia Baru, El Salvador, Trinidad dan Tobago, Argentina, Ekuador, Guatemala, Uruguay, Bahamas, Ukraina, Honduras, hingga Republik Dominika.

Terdapat pula negara-negara Asia dan Afrika, seperti Mesir, Arab Saudi, Uni Arab Emirat, Maroko, Oman, Bahrain, Qatar, Kenya, Ghana, Ethiopia, Lebanon, Senegal, hingga Azerbaijan.

Sikap tegas ditunjukkan oleh Trump dengan memberikan sanksi keras ke China dengan menaikkan tarif bea keluar (impor) menjadi 34 persen dibanding 20 persen yang sebelumnya dikenakannya kepada negara tersebut.

Kali ini Trump juga menghajar sekutu dekat AS p termasuk Uni Eropa yang menghadapi tarif sebesar 20 persen.

Dampak Untuk Indonesia

Tindakan pemberlakuan tarif baru Amerika merupakan respons terhadap bea masuk dan hambatan non-tarif lainnya yang dikenakan pada barang-barang AS.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menetapkan tarif baru barang impor asal Indonesia yang masuk ke AS sebesar 32%. Tarif ini merupakan ‘tarif timbal balik’ karena Indonesia mengenakan tarif terhadap barang dari AS yang masuk ke RI.

Seperti diketahui Indonesia telah mengenakan tarif 64% untuk barang-barang dari AS. Trump pun melakukan aksi balasan dengan mengenakan tarif 32% untuk barang dari Indonesia yang masuk ke AS.

Di samping kebijakan tarif sepihak, Trump menuduh Indonesia melakukan hambatan perdagangan AS dengan perlakuan kebijakan non tarif. Trump berlatar belakang pebisnis sangat paham bagaimana Amerika dirugikan oleh produk kebijakan suatu negara. Ia menyoroti pasal kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di berbagai sektor, mekanisme perizinan impor yang sulit .

Presiden Prabowo Subianto juga mendapatkan sorotan tajam dalam implementasi kebijakan mengharuskan perusahaan sumber daya alam menyimpan pendapatan ekspor di rekening dalam negeri.

Tidak Berkutik

Tarif Trump diberlakukan berkisar antara 10 persen hingga 49 persen pada papan pertama dan hingga 50 persen pada papan berikutnya. Sialnya Indonesia mendapat tarif tak berbeda jauh dengan China, yaitu sebesar 32 persen.

Sepertinya Indonesia tidak bakal melakukan aksi balasan menaikkan tarif. Karena hanya dinaikkan 34 persen saja, produk Indonesia bakal rontok, kalah bersaing dengan negara atau produk domestik Amerika. Kondusi normal saja, Indonesia hanya surplus perdagangan tipis dari sisi angka rupiah bukan volume perdagangan. Surplus yang didapatkan saat ini tidak sebanding risiko pahit yang dihadapi kebijakan baru tarif Amerika.

Apalagi naikkan tarif, bakal berimbas pada neraca perdagangan, devisa negara dan parahnya berimbas pada nilai tukar rupiah, semakin terkurung dan terpuruk. Ruang pendapat dari nilai transaksi ekspor ke Amerika mengecil, dollar yang didapat sedikit. Imbas langsung juga terdampak Mitra dagang Indonesia tujuan ekspor atau importir Amerika.

Bakal banyak eksportir ambruk karena kenaikan tarif Amerika, Harga jual produk Indonesia tidak kompetitif, biaya ekspor jadi naik.Ini akhirnya mengurangi daya saing produk Indonesia di pasar domestik Amerika.

Sementara bagi importir Indonesia produk Amerika semakin tertekan karena nilai dollar semakin tinggi hingga biaya importir naik dan juga diperparah uang yang dibelanjakan baik akibat kenaikan dollar.

Dengan demikian, tarif impor Amerika yang diberlakukan 34 persen ke Indonesia bukan hanya memperparah defisit perdagangan, membuat ekspor-impor terhambat atau bahkan sekarat dan akhirnya membunuh bagi pelaku impor dan ekspor.

Ekonomi Global Kacau Balau

Dalam skala lebih luas, dapat dikatakan tarif masuk Amerika 34 persen akan berdampak pada ekosistem perdagangan internasional secara menyeluruh ke semua negara. Penguatan dolar terhadap rupiah bikin mati kutu bagi pelaku bisnis internasional.

Tentunya setiap negara akan menyesuaikan kebutuhan tarif untuk menyeimbangkan neraca perdagangan masing-masing. Inilah yang membikin terganggu rejim perdagangan internasional, akan terguncang dan mengakibatkan semua pelaku usaha dan juga negara terguncang.

Akibatnya perekonomian global terkoreksi, pasar saham dunia guncang, eskalasi geopolitik dan terjadi tremor gesekan dan perselisihan politik akibat perluasan pengaruh dan juga penyebaran hegemoni.

Sejak menjabat sebagai Presiden AS pada periode pertama, Trump memang dikenal sebagai pengusung konservatisme yang sangat populis dan proteksionis. Dia menaruh kepentingan AS di atas segalanya. Meski demikian, kebijakan-kebijakan Trump yang cenderung protektif, justru memicu ‘ketidakstabilan’ di level global.

Reaksi pembalasan terhadap kebijakan tarif Trump tidak hanya dilakukan oleh satu atau dua negara, tetapi akhirnya memicu aksi balasan Multilateral. Dengan demikian, dunia semakin kacau balau, saling mengancam dan mengendalikan.

Berita Terkini