Ditulis oleh: Heru Sebagai (Pengamat Politik-Ekonomi)
Mudanews com – Opini | Mantan Presiden RI ke-7, Joko Widodo, kini telah lengser dari kursi kepresidenan. Namun, janji Jokowi untuk kembali ke Solo setelah masa jabatannya berakhir justru diingkari. Hanya dalam beberapa minggu, Jokowi malah semakin aktif dalam kancah politik nasional, khususnya menjelang Pilkada 2024.
Manuver Politik Jokowi di Pilkada 2024
Jokowi mengklaim telah memberikan dukungan kepada puluhan calon kepala daerah yang tersebar di berbagai wilayah. Bahkan, ia menunjukkan kekuatan politiknya dengan berhasil mengantarkan sejumlah kandidat unggul di Pilkada, seperti kemenangan calon gubernur di Jawa Tengah.
PDI-P Pecat Jokowi
Salah satu kejadian besar yang mengguncang perjalanan politik Jokowi adalah pemecatannya dari PDI-P. Langkah PDI-P ini dinilai banyak pihak sebagai tindakan kejam, namun secara politis, dianggap sebagai puncak dari balas dendam atas “pengkhianatan” Jokowi terhadap partai.
Ketua DPP PDIP, Ganjar Pranowo, menyebut Megawati Soekarnoputri tetap menghormati Jokowi, karena pemecatan tersebut dilakukan setelah ia tidak lagi menjabat sebagai presiden. Namun, Ganjar juga menekankan bahwa langkah ini menjadi pelajaran penting bagi semua kader agar tetap setia pada aturan partai.
Kesalahan Besar Jokowi
Selama dua periode berkuasa bersama PDI-P, hubungan Jokowi dengan partai berakhir tragis. Kesalahan terbesar yang dianggap dilakukan Jokowi adalah mendorong pencalonan putranya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Intervensi Jokowi terhadap Mahkamah Konstitusi (MK) terkait persyaratan usia minimal calon presiden dan wakil presiden (Putusan MK Nomor 90/PUU-XXI/2023) menjadi bukti nyata pengaruh politiknya. Banyak pihak, termasuk PDI-P, memandang keputusan tersebut sangat menguntungkan Jokowi dan putranya.
Pemecatan Resmi
Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri, secara resmi memecat Jokowi, Gibran, dan Bobby Nasution dari keanggotaan partai. Pemecatan tersebut dituangkan dalam tiga surat keputusan yang diteken Megawati dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pada 4 Desember 2024.
Langkah Politik Baru Jokowi
Setelah pemecatan dari PDI-P, perhatian publik tertuju pada langkah politik Jokowi berikutnya. Meski telah dikeluarkan, banyak yang percaya Jokowi tidak akan tereliminasi dari panggung politik. Sejumlah partai seperti Golkar, Gerindra, dan PAN telah menunjukkan minat untuk menjadikannya anggota.
Jokowi juga memiliki opsi mendirikan partai baru. Dengan dukungan organisasi relawan seperti ProJo, yang dipimpin oleh Menteri Koperasi Budi Arie, kemungkinan ini menjadi cukup realistis. Bahkan, ProJo telah menyatakan kesiapannya untuk bertransformasi menjadi partai politik jika diperintahkan oleh Jokowi.
Alternatif lain adalah mengoptimalkan PSI, di mana putranya, Kaesang Pangarep, menjabat sebagai ketua umum. PSI dipandang lebih mudah dikelola karena struktur organisasinya sudah matang.
KIM Plus dan Kedekatan dengan PAN
Jokowi juga memainkan peran penting dalam pembentukan Koalisi Indonesia Maju (KIM), yang mengusung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024. Keterlibatannya semakin nyata dengan kedekatan dengan PAN.
Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, secara terbuka menyatakan bahwa Jokowi telah bergabung dengan partainya. Klaim ini didukung dengan serangkaian pertemuan politik, termasuk diskusi tertutup di Solo pada November 2024.
Manuver Politik Tingkat Tinggi
Pengumuman bahwa tiga menteri Kabinet Merah Putih resmi masuk PAN semakin memperkuat spekulasi tentang aliansi Jokowi dengan partai tersebut. Para menteri ini sebelumnya dikenal sebagai orang-orang dekat Jokowi, yang kini menjadi anggota aktif PAN.
Langkah ini, menurut penulis, menunjukkan adanya “kudeta halus” dalam politik Indonesia. Manuver politik Jokowi, atau yang kini populer dipanggil Mulyono, bersama Zulkifli Hasan, menjadi bukti dari konspirasi tingkat tinggi untuk meraih kepentingan bersama.
Konklusi
Mulyono alias Jokowi kini memimpin sebuah gelombang baru dalam politik nasional, dengan taktik yang terukur dan konspirasi yang kompleks. Langkah-langkahnya bukan hanya memengaruhi dinamika partai, tetapi juga membawa dampak besar pada demokrasi Indonesia.
Mulyono adalah simbol keberanian, sekaligus ancaman bagi sistem politik yang ada. Pekerjaannya membangun jejaring politik yang kuat menunjukkan bahwa ia masih memiliki kekuatan besar untuk membentuk masa depan politik tanah air.**