Sekelumit Catatan Debat Calon Gubernur Jateng

Breaking News
- Advertisement -

Mudanews.com Mengakhiri bulan Oktober, untuk kemudian memasuki bulan November, rakyat Jawa Tengah telah disuguhi pagelaran debat publik Gubernur Wakil Gubernur, Walikota Wakil Walikota yang cukup menarik.Debat yang sejatinya merupakan adu gagasan calon calon pemimpin suatu wilayah, diadakan di gedung yang representatif dan megah.
Oleh fihak KPU Propinsi Jawa Tengah maupun Kota Semarang, venue ditata dengan apik, serasi , semarak tentu saja meriah.Dilengkapi oleh para pemandu debat/ moderator yang profesional di bidangnya selain berwajah menarik

Para panelis , sebagai penyusun materi debat, tentu juga merupakan akademisi akademisi pilihan yang tidak diragukan kepakarannya.Para akademisi ini telah bekerja dengan cermat dan serius , supaya hasil debat atau adu gagasan menghasilkan sesuatu yang bermutu tetapi mudah di aplikasikan oleh para pembantunya di kemudian hari

Perlu difahami bahwa ajang debat bukan ” debat kusir ” atau stand up comedy yang memang disajikan untuk memancing tawa penghilang stress.” Ajining diri dumunung ana ing lathi “, kewibawaan seseorang tergantung pada apa yang di ucapkan, oleh karena itu pilihan diksinya pun harus tertata.Sesuai dengan kaidah tata bahasa bertutur yang santun bagi siapa saja yang mendengarnya.Muatan muatan yang bersifat humor, sama sekali tidak dilarang sebagai pemanis suasana sepanjang tidak menyinggung perasaan pendengar atau lawan debatnya.
Seseorang yang berdebat, untuk menyampaikan buah fikirannya , sebaiknya juga terbuka untuk menyerap aspirasi orang lain.

Jangan baper, mutung atau bersikap bermusuhan.Kurang tepat apabila justru merasa benar sendiri ( ngeyel, bhs Jawa), terlebih kalau cenderung melecehkan.Demi kelancaran jalannya debat, maka diperbolehkan memakai berbagai alat bantu misalnya power point, gambar, skema, foto, dan lain-lain, Artinya apabila seseorang merasa sudah cukup melalui penjelasan verbal, semua sarana pendukung tersebut bisa saja di kesampingkan.Kemungkinan besar yang bersangkutan sudah merasa mampu dan menguasai materinya tanpa sikap berlebihan( over acting ).

Perlu juga disadari, tidak semua orang punya kemampuan berbicara terbuka ( public speaking ) yang baik dan memukau.Sikap dewasa dalam kematangan pribadi merupakan syarat utama sebagai pemimpin. Bergaya ke kanak-kanakan agar mendapat predikat sebagai anak muda modern dan kekinian tidak harus diperlihatkan dengan ” toss ” berkali-kali  atau saling memijat..

Kegembiraan seorang pemimpin cukup di tunjukkan dengan senyum dan bertepuk tangan, tidak perlu sampai berjoget , bersorak bak pemandu sorak ( cheer leaders) di lapangan basket

Lontaran pertanyaan jebakan ( desa Temperak yang ternyata ada di kabupaten Temanggung), melahirkan polemik yang menghebohkan di masyarakat.Dengan demikian debat menjadi tidak effektif, malah merugikan calon pelempar jebakan, dengan merosotnya rating yang sudah dicapai selama ini.

Rakyat yang berpendidikan cukup maupun kelompok akar rumput yang berpendidikan minimalis sesungguhnya dapat menikmati tontonan bernuansa politik dengan nyaman dan terhibur dalam konteks yang wajar, sehat sekaligus tidak manipulatif.
Jadilah pemilih yang cerdas, obyektif dan tidak tergoda iming-iming  materi yang tidak seberapa nilainya.Namun dapat menghancurkan kehidupan berbangsa dan bernegara.

PURNA KATA
Debat adalah bagian dari pendidikan politik di negara demokrasi, dimana rakyat dipersilahkan memilih calon pemimpinnya yang diharapkan mampu mewujudkan impian rakyat agar hidup sejahtera , berkeadilan diliputi rasa aman( secure ) lahir batin.

Untuk memperingati Hari Pahlawan saya ingat sebuah ungkapan ” OLD SOLDIERS NEVER DIE, THEY JUST FADE OUT ”

Penulis : Oerip Lestari salah seorang Eksponen Marhaenis tinggal di Semarang

Berita Terkini