Program Makan Siang Gratis dan Penanggulangan Kemiskinan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Penulis : Prasetijono Widjojo MJ*

Pengantar

Salah satu program unggulan Presiden terpilih Prabowo Subianto adalah program makan siang gratis untuk para siswa. Sepintas program ini apabila tidak didalami terkesan program yang populis dan cenderung konsumtif. Namun apabila kita kaji lebih jauh dengan melihat program ini secara lebih komprehensif sebagai satu program prioritas yang “cross cutting” atau multi aspek, maka ada banyak peluang dan peran yang dapat disumbangkan program tersebut untuk mendorong pengurangan kemiskinan, disamping upaya untuk memperbaiki gizi para murid.

Rantai Nilai Program Makan Siang Gratis

Apa yang tersedia di piring untuk makan siang, tentunya disesuaikan dengan standar gizi untuk makanan sehat, sehingga mengandung protein maupun vitamin yang dikandung dalam makanan yang disajikan sesuai saran ahli gizi.

Untuk tahun 2024 jumlah penerima bantuan melalui Program Indonesia Pintar sebesar 18,6 juta siswa dari SD sampai SMA. Seandainya diasumsikan jumlah tersebut juga yang menjadi target (sasaran) Program Makan Siang Gratis (PMSG) maka akan diperlukan sejumlah komponen (input) yang harus disediakan untuk makan siang gratis misalnya seperti: nasi, sayuran, telur, buah-buah, daging, susu, sesuai menu yang dirancang setiap harinya. Selain itu juga diperlukan persiapan untuk memasak agar makan siang siap disajikan, termasuk pengepakan dan pengiriman (distribusinya). Program makan siang gratis perlu dukungan input maupun fasilitas logistik yang memadai dan siap untuk dilaksanakan.

Dari uraian diatas jelas bahwa akan ada rantai nilai dari program makan siang gratis tersebut. Makan siang gratis memerlukan dukungan: produksi telur/daging/ikan untuk protein hewani, sayur-sayuran untuk protein nabati, perlu proses penyiapan (memasak) yang higienis, perlu pengawasan agar tepat kualitas, tepat target, dan tepat waktu, perlu pengerahan tenaga penyuluh maupun petugas lapangan untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana, perlu pengawasan publik agar tidak terjadi kebocoran ataupun penyimpangan-penyimpangan dalam Implementasi. Mendistribusikan makan siang untuk target yang bersifat massif (dengan target 18,6 juta penerima manfaat) perlu manajemen yang berkualitas dan profesional. Sementara itu data yang akurat perlu disiapkan. Dalam konteks data bisa memanfaatkan BDT (Basis Data Terpadu) dan data siswa yang dimiliki sektor pendidikan serta sektor terkait lainnya.

Program Makan Siang Gratis akan mampu Mendorong Ultra Mikro

Usaha ultra mikro merupakan satu sisi kegiatan ekonomi yang dekat dengan masyarakat miskin. Ultra mikro bisa dikatakan identik dengan ekonomi pra-sejahtera. Mereka hidup dalam kerentanan yang sangat mudah tergelincir dalam kemiskinan. Mereka bisa dikatakan sangat kekurangan akan kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, maupun tempat tinggal yang layak. Komunitas ini tersebar di seluruh Indonesia. Usaha ultra mikro dibantu melalui pembiayaan ultra mikro yang pinjamannya berkisar antara 2-5 juta rupiah, dan mereka didesain sebagai “model kelompok” yang mempunyai ciri khas sebagai komunitas kelompok yang bergotong-royong, tanggung renteng terhadap risiko, maupun untuk penguatan modal sosial lainnya, seperti yang dilakukan pada program Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera). Yang paling menarik adalah nasabah Mekaar adalah wanita yang hampir bisa dipastikan bisa memasak. Ini adalah satu potensi besar untuk bisa bersinergi dengan program makan siang gratis sekaligus memberikan mereka “kail” bukan “ikan” untuk meningkatkan produktivitas mereka. Mereka bisa dilibatkan dalam rantai nilai Program Makan Siang Gratis. Tentunya diperlukan pemetaan target sasaran maupun pendamping yang diperlukan serta kerjasama yang sinergis antar pusat dan daerah.

Sementara itu program makan siang gratis dapat pula memanfaatkan organisasi POMG (Persatuan Orang Tua Murid dan Guru) di masing-masing lokasi sekolah untuk bisa berperan membantu pelaksanaan program tersebut dengan bekerjasama dengan pihak pengurus sekolah agar pelaksanaan program ini benar-benar memberikan “nilai tambah” bagi wilayah setempat, khususnya usaha mikro, koperasi, ultra mikro dan lain-lain. Usaha peternak ayam dan penghasil telur di wilayah terdekat akan berkembang, petani sayuran dan buah-buahan akan berkembang, usaha pengepakan (packaging) akan meningkat, dan sebagainya.

Kebutuhan akan asupan protein hewani dan nabati juga perlu dukungan sektor-sektor terkait komoditas yang diperlukan untuk mengisi isi piring makan siang gratis. Disamping petani ayam/telur, peternak, petani sayur-sayuran, buah-buahan, diperlukan juga ketersediaan jasa transportasi untuk distribusinya. Hal ini memerlukan koordinasi secara lintas sektor maupun wilayah. Apabila ekonomi rakyat bisa bergerak dengan program makan siang gratis maka program ini akan mempunyai multiplier effect yang luas dan mampu membantu pengurangan kemiskinan, sekaligus mendorong perbaikan kesehatan para murid. Gizi yang baik akan meningkatkan kualitas daya pikir dan membentuk badan yang sehat. Men sana in corpore sano ) di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.

Koordinasi Pusat dan Daerah

Urusan terkait pendidikan dasar dan menengah pertama pada saat ini menjadi tugas Kabupaten/Kota, sedangkan urusan Sekolah Lanjutan Atas (SMA, SMK dan yang setara) menjadi urusan Provinsi. Dengan demikian program makan siang gratis yang merupakan prioritas nasional menuntut adanya koordinasi yang efektif antara pemerintah pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota agar tepat waktu, tepat sasaran, tepat kualitas, tepat manfaat.

Pendamping Program

Program makan siang gratis memerlukan pasukan pendamping program di tingkat kecamatan dan desa untuk memberikan penyuluhan kepada seluruh komponen masyarakat yang terlibat agar implementasinya efektif. Menangani program yang sangat massif memerlukan sinkronisasi secara nasional maupun adanya “Tailor Made” dari program tersebut untuk menyesuaikan dengan budaya dan potensi daerah setempat. Selain itu diperlukan pula dukungan untuk meningkatkan kapasitas pengelola program, serta sosialisasi untuk meningkatkan literasi keuangan maupun digital.

Program makan siang gratis perlu dirancang (didesain) secara baik agar mampu menurunkan tingkat kemiskinan dan stunting. Oleh karena itu ada beberapa pokok pikiran uang penting mendapat perhatian:
1. Adanya sinergi lintas wilayah (Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota) dan sinergi lintas sektor (pendidikan, kesehatan, pertanian, perdagangan, maupun sektor terkait lainnya).
2. Data harus akurat sehingga penting melakukan sinkronisasi antara BDT (Basis Data Tetpadu) dengan data sektoral di masing-masing wilayah.
3. Perlu mobilisasi para pendamping atau penyuluh untuk mensosialisasikan literasi keuangan dan digital kepada pengelola program.
4. Program penting untuk melibatkan partisipasi masyarakat seluas-luasnya agar dapat berperan dalam menciptakan nilai tambah bagi usaha lokal (Ultra Mikro, UKM, Koperasi, dll) dalam satu rantai nilai secara berkelanjutan. Partisipasi masyarakat juga penting dalam rangka memberikan pengawasan pelaksanaan program tersebut.
5. POMG (Persatuan Orang Tua Murid dan Guru) mempunyai peran yang penting dan pokok pada tingkat sekolah untuk memastikan program berjalan secara efektif.
6. Desain peogram harus disiapkan sebaik mungkin baik yang menyangkut Isi Piring yang melibatkan ahli gizi maupun mekanisme penyalurannya sesuai Pedoman Umum ataupun Petunjuk Teknis uang telah ditetapkan.
7. Perbedaan potensi SDA di masing-masing wilayah dan juga perbedaan budayanya menuntut perlunya “Tailor Made” terhadap peogram makan siang gratis agar sesuai dengan daerah ataupun wilayah masing-masing. Sekalipun demikian tetap diperlukan pedoman bersama sebagai “base line” (standard) kualitas input, proses, dan output agar tujuan nasional dapat dicapai.

Semoga bermanfaat tulisan ini dapat bermanfaat. Insya Allah.

*Cendikiawan ISRI

Berita Terkini