Modal Dengkul Pram-Rano Lawan Ridwan Kamil

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – JAKARTA | Saya sempat kecewa pada pencalonan Pram-Rano. Melihat Si Dul Rano Karno dan Mas Pram tulus berjuang, saya semangat mendukungnya. Meski modal Pram-Rano hanya dengkul. Hanya suara rakyat dan belas kasihan andalan mereka.

Betapa tidak. Pram-Rano hanya diusung oleh PDIP, dikeroyok oleh Ridwan Kamil yang memborong seluruh partai. Tanpa sisa.

Ridwan Kamil ini sosok oportunis nir ideologi. Ideologi Islam bukan, nasionalis pun tak. Jika pun punya ideologi, ya ideologi sectarian dan oportunis. Tak lebih tak kurang. Dalam kepalanya kekuasaan adalah segalanya. Di partai mana dia bernaung di situ kucuran bansos dan hibah mengalir. Khas politikus.

Dengan Ridwan Kamil Jakarta dengan Rp89 T dipastikan tetap kotor dan kumuh. Lihatlah Bandung yang kumuh tak mampu mengatasi sampah.

Anies dan Ridwan adalah identik. Yang satu penuh kelicikan dengan mengotak-atik berbagai istilah. Ridwan hanya besar di pencitraan di social media. Kerja nol besar.

Saya ingat janji Ridwan Kamil di 2015. Walikota Bandung itu berjanji mau membangun skyline, kereta gantung menghubungkan Setiabudi ke Lembang, untuk mengurai kemacetan. Sampai saat ini tidak terwujud. Duit digunakan buat hibah ormas kebanyakan. Runyam.

Sifat greedy Ridwan muncul. Jabar cuma Rp36 T. Jakarta Rp85 T. Demi APBD yang lebih besar dia tinggalkan Jabar. Demi duit lebih besar. Lebih besar hibah disebar. Hanya untuk kepentingan pribadi dan golongan.

Ridwan Kamil dipasang bukan untuk kepentingan warga Jakarta; untuk politik dinasti. Untuk kepentingan Mulyono.

Perang politik antara Mas Pram-Rano melawan Ridwan Kamil dipastikan menarik. Ridwan mewakili kelompok kuat. Konglomerat, taipan, 13 naga. Seluruh partai ini pun mengabdi kepada Mulyono; tunduk patuh, hormat kepada junjungan.

Pram-Rano hanya mengandalkan Jak Mania yang marah dan menolak Ridwan Kamil. Bukan tanpa pasal; sifat buruknya mencemooh Jakarta, tidak akan dilupakan oleh warga Jakarta. Plus warga Jakarta adalah pemilih rasional.

Perkembangan politik terakhir, dengan mundurnya Ahmad Sahroni, dipastikan menguntungkan Pram-Rano. NasDem menghitung Pileg 2029. Dengan mendukung Ridwan Kamil, Golkar, tidak menguntungkan NasDem. Pun PKS juga pecah. Gerindra tidak terlalu memikirkan Jakarta. Karena bukan kepentingannya.

Maka, Pram-Rano bisa jadi alternatif solusi bagi warga yang menginginkan Gubernur-Wakil Gubernur yang tulus. Bukan pennguasa. Dari kalangan biasa; Pram dulunya orang susah. Si Dul tak lebih artis yang menjadi ikon Betawi dan Jakarta. **

(Penulis: Ninoy Karundeng).

Berita Terkini