Politik Mulyono Sudah Benar

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Penulis: Ninoy Karundeng

Mudanews.com Belakangan ini Mulyono lagi menjadi lame duck. Menjadi pesakitan. Bukan hanya di kalangan medsos dan pergerakan mahasiswa dan rakyat. Dia pun tidak lagi punya pengaruh di para parpol. Dia adalah contoh pengamal politik paling hebat. Nyaris sempurna.

Politik. Bagi Mulyono kata ini menjadi kata yang sakti. Kata yang memiliki makna adiluhung. Makna penting. Sementara tujuan tertingginya meraup kekayaan dan kekuasaan, atau sebaliknya. Hanya untuk diri sendiri dan keluarganya.

Tak perlu saya paparkan tentang Paman Mahkamah Konstitusi (MK) dan Gibran. Tak perlu saya sampaikan soal Mahkamah Agung (MA) dan Kaesang. Tak perlu juga Bobby Nasution soal Blok Medan.

Sistem politik untuk menuju tercapainya kekuasaan menggunakan monarki, demokrasi, otokrasi, teokrasi, dan sebagainya. Semua sama. Untuk kekuasaan, kekayaan, kehormatan politikus. Kebetulan Jokowi memanfaatkan kelemahan sistem demokrasi.

Prinsip kekuasaan dan kekayaan adalah kehormatan diyakini betul oleh Mulyono. Dan kelemahan demokrasi adalah banyak-banyakan pengikut. Yang paling banyak suaranya adalah pemenang. Tidak ada nilai moral, estetika, kepatutan, dan kehormatan pun adalah kehormatan semu.

Sebutan Yang Mulia dipakai oleh penguasa: hakim, presiden, pejabat publik, raja, agama. Politik agama, sentiment etnis, ras, suku sangat berbahaya. Maka sudah benar cara Jokowi ingin memborong parpol. Tapi gagal mengambil Golkar.

Andai dia bisa menguasai Golkar, pasti KIM Plus akan menyingkirkan seluruh nalar politik yang memiliki nilai kebenaran. Semua harus mengikuti Mulyono. Pilkada 90% akan dikuasai Mulyono.

Untung kesadaran demokratis Prabowo mampu mengendalikan nafsu DPR yang sudah kehilangan jatidiri dan nalar kemanusiaannya.

Mulyono sudah kehilangan kekuatannya. Kasus demi kasus membekap keluarga Mulyono. Sampai Kaesang pun menghilang dari dunia politik yang membesarkannya.

Politik yang dicampur dengan kleptokrasi keluarga, kolusi, nepotisme, dan mempermainkan nilai demokrasi sesungguhnya yang diyakini Mulyono menjadikan dirinya termakan prinsip politik hitam yang diyakini Mulyono.

Meskipun tentu pencapaian Jokowi juga fenomenal. Jadi PR buat Presiden Prabowo. Namun publik menilai Presiden Prabowo tak akan mengalami masalah berarti secara politik.

Parpol telah terbebas dari penyanderaan politik ala Mulyono. Rakyat pun suka cita menyambut perubahan kehidupan bernegara yang sempat diacak-acak oleh Mulyono. DPR pun akan kembali menemukan dirinya. Tanpa tekanan Mulyono.

Mulyono termakan makna dan esensi politik yang dia yakini sendiri. Ternyata yang dia yakini masih bertentangan dengan keumuman manusia Indonesia. Selesai sudah kiprah Mulyono.

Berita Terkini