H. Muntahar Pencipta Lagu-Lagu Kebangsaan, Dari Semarang Untuk Indonesia.

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh : Nurul Azizah

Mudanews.com Sejak awal kemerdekaan rakyat Indonesia mengenal lagu-lagu kebangsaan Indonesia (lagu wajib) ciptaan H. Mutahar. Lagu-lagu itu seperti : Hymne Pramuka, Hari Merdeka, dan Syukur, Dirgahayu Indonesia, Terima kasih Kepada Pahlawanku.

Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad Muthohar atau yang lebih dikenal sebagai nama H. Mutahar adalah tokoh negarawan dalam masa awal-awal kemerdekaan Indonesia. Namanya paling dikenal sebagai seorang komponis musik Indonesia, terutama untuk kategori lagu nasional dan kepanduan.

Saat ini ketika bangsa Indonesia memperingati hari ulang tahunnya yang ke 79, lagu-lagu ciptaan H Mutahar sering dinyanyikan oleh hampir seluruh rakyat Indonesia.

Mayor Muhammad Husein Mutahar lahir di Semarang Jawa Tengah, 5 Agustus 1916, wafat pada tanggal 9 Juni 2004 di Jakarta pada usia 87 tahun menjelang 88.

Beliau komponis dari Semarang yang berkebangsaan Indonesia. H. Mutahar merupakan tokoh di balik Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Beliau dikenal juga sebagai pendiri Paskibraka.

Beliau adalah salah satu pejuang kemerdekaan yang berjiwa Pancasila. Beliau seorang Nasionalis sejati. Pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia, ketika Belanda kembali ke Indonesia dan negeri ini diserang lagi oleh Belanda, beliaulah yang ditugasi untuk menyelamatkan Bendera Merah Putih, bendera pusaka Indonesia.

Seperti diketahui bersama, Indonesia mempunyai sejarah yang panjang untuk menjadi negara yang seutuhnya merdeka dan berdaulat. Di bawah penjajahan berbagai negara seperti Belanda, Jepang dan Inggris akhirnya masyarakat bersatu dan berjuang bersama melawan para kolonial. Hingga pada akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945, rakyat Indonesia yang diwakili oleh Presiden Soekarno dan wakil presiden Mohammad Hatta, memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Ternyata perjuangan mempertahankan kemerdekaan tidak berhenti sampai disitu. Belanda masih mengusik kemerdekaan Indonesia. Indonseia harus mempertahankan kemerdekaan yang diperoleh dengan tumpah darah penghabisan.

Indonesia pun kembali genting, hingga dengan berat hati pada tanggal 4 Januari 1946, ibukota Republik Indonesia dipindah dari Jakarta ke Yogyakarta.

Perpindahan ibukota dari Jakarta ke Yogyakarta ini pun dilakukan untuk menghindari situasi yang semakin kacau setelah Belanda menguasai Jakarta.

Disaat perpindahan ibukota dari Jakarta ke Yogyakarta H. Mutahar ikut mengawal Presiden Soekarno dan rombongan. Dari Jakarta, turun ke stasiun Lempuyangan Yogyakarta, beliau selalu berangan-angan alangkah dasyatnya jika Indonesia memiliki lagu nasional yang bisa membakar jiwa nasionalis, jiwa cinta tanah air Indonesia. Biar semua anak muda bangsa tahu hari merdeka dan bersemangat mengisi kemerdekaan. Niat untuk mencipta lagu belum bisa diwujudkan karena pikiran beliau lagi buntu.

Ketika beliau berada di toilet Hotel Garuda Yogyakarta, tiba-tiba pikiran beliau tergerak untuk mencipta sebuah lagu, ide itu muncul dengan sendirinya, inpirasi itu muncul dan melintas begitu saja.
Tanpa pikir panjang beliau menyuruh pak Hoegeng (Kapolri di Era Orde Baru) untuk mengambil kertas dan pulpen. Tentu saja pak Hoegeng kelabakkan, dia pun nurut saja apa yang menjadi keinginan H. Mutahar.

Di sanalah tercipta Hari Merdeka, (17 Agustus tahun 1945) yang kita kenal sampai saat ini. Hari merdeka yang oleh anak-anak Indonesia disebut 17 Agustus, yang selalu dikumandangkan setiap perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonseia (HUT RI).

Alumni Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (UGM) ini juga menjadi sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Yogyakarta. Puncak kariernya adalah ketika beliau menjadi Duta Besar RI di Takhta Suci (Vatikan) pada tahun 1969-1973.

Husein Muthohar sekalipun memiliki Bintang Mahaputra dan Bintang Gerilya serta dikenal Bapak Kepanduan Indonesia, dengan segenap kerendahan hati, kelak ketika dia meninggal minta dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Jeruk Purut Jakarta Selatan, bukan di Makam Pahlawan.

Semoga amal baik beliau diterima Allah SWT sebagai syuhada, pahlawan kemerdekaan Indonseia. Makamnya menjadi roudhoh min riyadhil jannah.

Doa selalu teriring semoga beliau husnul khotimah .. ila ruhi Pahlawan Kusuma Bangsa Husein Mutahar .. Al Fathikah .. Aamiin.

Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI, minat hub 0851-0240-8616

Berita Terkini