Mempertanyakan Kembali Makna Qurban

Breaking News

- Advertisement -

MUDANEWS.COM, OPINI – Apakah  qurban itu? Sapi atau kambing yg disembelih pasca shalat idul adha? Dagingnya yang dibagi-bagikan ke setiap rumah tangga muslim? Apakah qurban berarti pengorbanan? Seorang ayah yang mengorbankan puteranya? Seorang muslim yang mengorbankan uangnya untuk membeli hewan sapi/kambing untuk disembelih? Apa? Apa qurban itu sesungguhnya?

Tidaklah tabu mendiskusikannya untuk menemukan ruh dari makna ‘qurban sebenar.’ Kiranya kita dapat membuka diri untuk menemukan pemahaman dan pemaknaan paripurna, bukan?

Adalah menarik tuk melirik makna qurban dari sisi grammatikal. Semoga dapat menyentuh ruh qurban, sebab tidak mungkin sebuah term/istilah muncul begitu saja tanpa esensi makna.

Adalah qurban berasal dari kata qaruba (madhi) – yaqrabu (mudhari’) – qurbaanan (mashdar). Dekat, mendekati, kedekatan. Ingat kata qaarib, yang di Indonesiakan menjadi karib, acapkali dikaitkan dengan teman, kawan, sahabat; teman karib, kawan karib, sahabat karib; dimaknai teman dekat, kawan dekat, sahabat dekat.

Ingat pulakah qarabah, yang di Indonesiakan menjadi kerabat, acapkali dikaitkan dengan keluarga; dimaknai keluarga dekat, sanak famili, termasuk saudara sedarah.

Demikian juga dengan muqarabah dan taqarrub yang selalu dikaitkan dengan Allah; taqarrub ilallah (pendekatan kepada Allah).

Kembali ke qurban. Qurbaanan adalah isim mashdar. Dalam bahasa Indonesia, mashdar adalah kata sifat yang berhubungan dengan suffix dan afix; awalan ke- dan akhiran -an. Ringkasnya, ke-dekat-an; kedekatan. Untuk sementara, qurban dipahami sebagai kedekatan.

Q.S. As-Shaffat: 102, mengurai:

فلمابلغ معه السعي قال يبني اني اری فی المنام اني اذبحك فانظرماذاترای.قال يابت افعل ماتؤمر ستجدني ان شاءالله من الصبرين.

– Falamma balagha ma’ahus sa’ya qaala yaa bunayya innii araa fil manaami annii adzbahuka fanzur maa dzaataraa. Qaala yaa abatif’al maa tu’maru, satajidunii insya Allahu minas shabirin-

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu. Ia menjawab: wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah, ayah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”(QS.As-Shaaffaat: ayat 102).

Umumnya kita berhenti disitu. Mari masuk lebih dalam, khususnya dlm surah yang sama, ayat 106. Allah SWT berfirman:

اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰٓؤُا الْمُبِيْنُ
inna haazaa lahuwal-balaaa`ul mubiin

“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.”
(QS. As-Shaffaat: Ayat 106).

Logika insaniyyah kita tentu bertanya, ujian nyata seperti apa yang dihadapi Ibrahim AS? Sungguh, dalam detik-detik mencekam itu Allah SWT memberi peringatan keras pada Ibrahim AS, betapa “kedekatan” Ibrahim AS pada Ismail AS puteranya, telah melebihi “kedekatan” Ibrahim AS pada Allah SWT. Inilah ujian nyata kedekatan itu, betapa setelah diingatkan Allah SWT, Ibrahim AS rela untuk menyembelih puteranya Ismail AS, atas nama dan demi “kedekatan” nya kepada Allah SWT.

Subhanallah. Bukankah qurban bermakna kedekatan? Mari berqurban. Mari refleksi total, mempertanyakan kembali kedekatan kita kepada Allah SWT. Semoga kedekatan dan cinta kita pada harta, pangkat, jabatan, uang, keluarga, anak, dll, tidak melebihi kedekatan dan cinta kita kepada Allah SWT.

Mari perkuat syahadat kita kepada Allah SWT dan kepada Rasulullah SAW. Laa haula walaa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azhim. Wallahu a’lam bis shawaab.

Penulis: Harmaini el-Harmawan

Berita Terkini