Rois Aam PBNU KH. Miftahul Akhyar, Menuduh Polemik Nasab Itu Pola Wahabi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Penulis : Nurul Azizah

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh para pembaca setia tulisan-tulisan dari penulis. Sudah banyak tulisan tentang nasab yang penulis angkat di media online. Pengen kiranya menulis tentang kegaduhan yang lain di negeri ini, tentang naiknya Uang Kuliah Tunggal (UKT), naiknya tarif pajak, tarif listrik, tarif tol, naiknya harga bahan sembako, Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), isu kenaikan BBM dan lain sebagainya. Tetapi banyak whatsApp group (WAG) malah membahas pernyataan kontroversi Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar soal polemik nasab Ba’alawi. Ya sudah nulis yang lagi viral di kalangan warga nahdliyyin saja. Tentang kontroversial pernyataan Rais Aam PBNU yang menuduh penelitian Kiai Imad tentang nasab dianalogikan sebagai pola wahabi.

Ceramah disampaikan dalam acara Haul Muassis NU di Gresik, Minggu (25/5/2024). Pernyataan tersebut membuat gaduh kalangan jama’ah Nahdatul Ulama (NU). Menurutnya isu nasab dihembuskan oleh segelintir orang yang tidak bertanggung jawab dan bertujuan untuk memecahbelah umat.

KH. Miftahul Akhyar menurut penulis kiai sepuh yang cinta mati terhadap habib Ba’alawi Yaman yang sudah lama berada di Indonesia. Beliau tidak mau peduli dengan adanya penelitian tentang nasab Ba’alawi yang ternyata darahnya tidak ada hubungan dengan darahnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Ini masalah nasab atau darah keturunan, fokusnya pada darah keturunan klan Ba’alawi, apakah tersambung dengan Kanjeng Nabi Muhammad SAW?

Menurut Kiai Imaduddin kaum Ba’alawi nasabnya tersambung pada Ubaidillah. Karena Ubaidillah yang mereka sebut sebagai anak dari Ahmad bin Isa, setelah diteliti dengan metode penelitian ilmiah tidak terkonfirmasi dalam kitab-kitab sezaman dengan mereka.

Kiai Akhyar pasti tahu tentang penelitian Kiai Imad telah menyadarkan masyarakat yang sudah terlanjur mempercayai bahwa habib itu keturunan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Tapi mengapa Kiai Akhyar tetap saja membela habib. Ada apa gerangan dengan Kiai Akhyar? Kok menyampaikan unek-uneknya yang membuat ramai warga Nahdliyyin, terkesan provokasi. Kalau memang penelitian Kiai Imad itu menyesatkan mengapa tidak dipanggil PBNU untuk klarifikasi dan diskusi secara terbuka tentang batalnya nasab habib Ba’alawi.

“Polemik ini bukan lagi soal dzuriyah Ba’alawi melawan dzuriyah Walisongo, tapi arahnya sudah ke jama’ah NU. Gangguan ini sudah nyata, bukan dzon lagi, tapi jelas dialamatkan kepada NU dan bertubi-tubi, itu pola wahabi,” tegas Kiai Miftah.

Apa yang dikatakan Kiai Miftahul Akhyar adalah fitnah. Kiai Imad itu meneliti apakah habib dan habibah ini benar keturunan Kanjeng Nabi Muhammad SAW? Kok malah dituduh melakukan pola-pola wahabi.

Memang Kiai Akhyar dalam pidatonya tidak menyinggung nama siapa yang menghantam organisasi Rabithah Alawiyah (RA). Tapi beliau tidak mau tahu hasil simpulan dari penelitian Kiai Imaduddin, bahwa habib dan habibah itu tidak tersambung dengan Kanjeng Nabi, itu yang susah diterima oleh Kiai sepuh NU seperti Kiai Akhyar.

Kiai Imaduddin adalah simbol kebangkitan pribumi karena ulah oknum habib yang merendahkan bangsa ini. Banyak tokoh NU dihina oleh oknum habib tapi Kiai Akhyar yang menjadi Rois Aam hanya diam saja dan malah membela klan Ba’alawi. Ketika ada yang meneliti tentang nasab habib habibah malah dianalogikan sebagai pemuda yang sombong tidak layak diikuti.

Mau sampai kapan bangsa ini dihasut dan diadu domba oleh para oknum habib. Sampai kapan kita diam, menahan diri manakala bangsa sendiri dihasut, diadu domba, diperdaya, diperalat bahkan diperbudak oleh oknum
manusia-manusia keturunan Yaman yang nota bene pendatang.

Karena penelitian Kiai Imad, banyak pribumi yang sadar bahwa kaum Ba’alawi itu bukan bangsa asli Indonesia. Bagi orang yang belum sadar, mereka lebih menghormati habib Ba’alawi karena mereka mengklaim dirinya sebagai keturunan Rasulullah Muhammad SAW. Rata-rata para habib habibah selalu menyuarakan kalau mereka itu keturunan Kanjeng Nabi. Karena Nasab inilah, barang siapa yang tidak memuliakan habib berarti tidak memuliakan Kanjeng Nabi.

Jadi Kiai Akhyar jangan membuat statement apa yang dilakukan oleh Kiai Imad sebagai pola wahabi. Penulis itu hidup di lingkungan yang mulai dikepung wahabi salafi. Wahabi menyebarkan berita hoak dan tipu daya yang sengaja dihembuskan oleh khilafah bani cingkrang dan cadar. Jelas nyata kelompok wahabi hadir di NKRI untuk membuat negara ini seperti Timur Tengah, seperti Syuriah dan Afganistan. Para khilafah menolak Pancasila dan ingin mengganti dasar Pancasila menjadi negara Islam yang radikal intoleransi. Kelompok wahabi selalu membid’ah bid’ahkan orang yang tidak sepaham.

Beda dengan Kiai Imad, beliau dedikasikan hidupnya untuk Nahdatul Ulama. Jarang sekali kiai pondok pesantren juga seorang penulis. Jarang kiai-kiai NU memiliki banyak karangan kitab atau buku untuk saat ini.

Kiai Imad adalah simbol kebangkitan kiai Nusantara yang berani mendobrak kepalsuan nasab Ba’alawi. Banyak kitab yang sudah beliau tulis sekitar 21 kitab berbahasa Arab. Belum lagi buku perjalanan ilmiah ‘Nasab Palsu Ba’alawi’ yang baru disempurnakan di tahun 2024 ini. Tebalnya mencapai 500 halaman yang merupakan buku best quality dan limited edition.

Bagaimana dengan Kiai Akhyar sudah berapa buku yang dihasilkan? Tolong kalau mau menuduh penelitian Kiai Imad sebagai pola wahabi, buat penelitian serupa yang menunjukkan tuduhan itu. Tolong buktikan kiai, buat penelitian serupa untuk membuktikan analogi penelitian nasab Ba’alawi sebagai pola wahabi.

Penulis kangen dengan Rais Aam PBNU yang memiliki background akademik. Memiliki karya keilmuan yang luar biasa, seperti Prof KH. Ma’ruf Amin, Prof KH. Hasyim Muzadi, Dr (HC) KH Sahal Mahfudz, dan Prof KH. Ali Yafie.

Bagaimana Kiai Akhyar bisakah membuat penelitian tandingan untuk menyanggah penelitian dari KH. Imaddudin Utsman Al Bantani, beliau juga seorang akademisi yang punya gelar S2, tetapi tidak mau menyombongkan diri.

Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI.

- Advertisement -

Berita Terkini