Tesisnya Kiai Imad Menunggu Antitesis, Tapi Antitesisnya Malah Caci Maki, Kapan Jadi Sintesis?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Penulis: Nurul Azizah

Sebuah penelitian sejarah nasab dari kitab-kitab kuno telah dipelajari, diteliti, disimpulkan kemudian ditulis dengan seksama sesuai metodologi penelitian ilmiah dan telah berhasil dibukukan. Buku tersebut berjudul : “membongkar skandal ilmiah, Genealogi dan Sejarah Ba’alwi. Finalisasi keterputusan genealogi Ba’alawi kepada Nabi Muhammad SAW oleh Kiai Haji Imaduddin Utsman Al Bantani.

Dalam buku itu diterangkan bahwa klan Ba’alawi yang berasal dari Tarim, Hadramaut Yaman mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW melalui jalur Ahmad bin Isa bin Muhammad Naqib bin Ali al-Uraidi bin Ja’far as Sadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah binti Muhammad SAW. Untuk klaim mereka banyak menulis kitab mulai abad ke 9 hijriah. Dalam kitab tersebut mereka berupaya menyambungkan Ubaidillah dengan silsilah genealogi keluarga Nabi Muhammad SAW. Ternyata klaim tersebut tidak mempunyai landasan historis dari sumber sezaman atau sumber historis Ba’alawi.

Bahwa Ahmad bin Isa terbukti tidak pernah hijrah dari Madinah ke Yaman. Sumber-sumber eksternal yang dekat dengan masanya Ahmad bin Isa menerangkan bahwa Ahmad bin Isa menempati sebuah desa di Madinah yang bernama Surya. Dari sumber yang sezaman tidak ditemukan bahwa Ubaidillah anak Ahmad bin Isa. Dari sinilah diketahui bahwa tesis Kiai Imad benar-benar teruji keilmiahannya.

Orang yang tidak gemar membaca sejarah nasab Ba’alawi dari kitab-kitab nasab kuno pasti tidak mau mempelajari hasil penelitian Kiai Imad.

Penulis salut terhadap hasil penelitian ini, baru kali ini ada tesis dari penelitian sejarah kuno, luar biasa.

Draf buku penelitian Kiai Imad sudah berbentuk PDF berada di dalam HP, sewaktu-waktu bisa membuka dan membaca. Cuma ya tulisannya kecil, harus ekstra hati-hati, jangan sampai membacanya loncat-loncat.

Bagaimana beliau bisa menulis secara detail, penulis membaca tesisnya Kiai Imad, sudah ada tahapan penelitian sejarah yaitu :
1). Pemilihan topik, dengan merumuskan sebuah sejarah yang akan dibahas. 2). Heuristik atau pengumpulan sumber penelitian 3). Verifikasi data atau sumber penelitian. 4). Interpretasi (penafsiran). 5). Historiografi atau penulisan sejarah. Semua sudah tertata rapi dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Banyak orang belum faham makna tesis dalam penelitian Kiai Imad. Menurut Kiai Imad tesis itu ada makna khusus dan umum. Makna khusus untuk tugas akhir menyelesaikan tugas program Pascasarjana (S2). Sedangkan makna umum adalah menurut filsafat dialektika yaitu tesis, antitesis dan sintesis.

Tesis adalah simpulan dari hasil penelitian berdasarkan data-data yang bisa dibuktikan kebenarannya yang didukung oleh argumen-argumen untuk diungkapkan. Tesis mengandung metode pengumpulan data, analisis dan pengolahan data dan menyajikannya dalam hasil karya ilmiah. Antitesis adalah pandangan kritis terhadap tesis. Sintesis menyelesaikan konflik antara tesis dan antitesis (berkolaborasi ) dengan merekonsiliasi kebenaran umum antara keduanya dan membentuk simpulan baru.

Seharusnya masyarakat tahu tesisnya Kiai Imad dan memberi pandangan kritis terhadap tesis tersebut bukannya mencaci maki bahkan menghujat.

Sebenarnya kebenaran yang disampaikan Kiai Imad sudah diketahui masyarakat luas, tetapi ada saja pihak-pihak yang sengaja melakukan framing negatif. Katanya : “tesis tersebut belum teruji bahkan tidak lulus ujian.”

Tesisnya Kiai Imad sudah teruji kebenarannya. Akan tetapi kebenaran itu bersifat tentatif, jika ada pihak yang ingin mengujinya lagi ya silahkan.

Semoga masyarakat bisa menerima tesisnya Kiai Imad dengan senang hati dan tetap menjaga persatuan dan keutuhan bangsa Indonesia.

Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI.

- Advertisement -

Berita Terkini