Mudanews.com – MEDAN | Laga final Liga Champions 2025 mempertemukan Paris Saint-Germain (PSG) dengan Inter Milan di Allianz Arena, München, Minggu (1/6/2025) dini hari WIB, perhatian publik sepak bola dunia mulai tertuju pada duel dua kekuatan Eropa dengan latar dan narasi berbeda. Salah satu suara yang ikut mencuat datang dari legenda sepak bola Brasil, Ronaldo Nazario.
Ronaldo, yang pernah berkostum Inter Milan pada akhir 1990-an, menyebut PSG sebagai lawan yang lebih berat dibandingkan Barcelona klub yang disingkirkan Inter di babak semifinal.
Dalam wawancara dengan media Eropa yang dikutip pada Sabtu (31/5/2025), mantan penyerang berjuluk “Il Fenomeno” itu menyampaikan bahwa PSG kini telah menjelma menjadi tim dengan keseimbangan yang solid.
“PSG lebih kuat dibandingkan Barcelona. Mereka punya pemain-pemain yang sudah terbiasa tampil di partai besar,” ujar Ronaldo.
Pernyataan ini tidak datang tanpa alasan. Sejak ditangani Luis Enrique, PSG memperlihatkan perkembangan signifikan, baik dalam hal disiplin taktik maupun kedalaman skuad. Nama-nama seperti Ousmane Dembélé dan Bradley Barcola menjadi simbol dari transformasi tim Ibu Kota Prancis ini.
Ronaldo menyebut Dembélé sebagai pemain dengan ketajaman dan mentalitas juara. Ia menyoroti kontribusi gol sang winger yang menembus angka 30 musim ini, sekaligus menyebutnya sebagai figur kunci PSG di laga puncak.
“Selalu ada nama yang tampil dalam kondisi mental terbaik, dan saya rasa seseorang seperti Dembélé, yang telah mencetak lebih dari 30 gol, akan menatap final sebagai laga penentu,” ucap Ronaldo.
Sementara itu, Barcola disebut sebagai pemain muda yang membawa elemen kejutan. Baginya, Barcola adalah tipe pemain yang membuat penonton dan lawan tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi dalam setiap sentuhan bola.
“Saya penggemar berat Barcola. Seorang pemain yang mengambil bola dan membuat Anda berpikir: ‘Mari kita lihat apa yang akan dia lakukan sekarang’,” imbuhnya.
Ronaldo juga menyebut Gianluigi Donnarumma sebagai elemen penting lainnya di tubuh PSG. Penampilan gemilang kiper Italia itu saat menghadapi Arsenal di semifinal dinilainya sebagai momentum kunci.
Namun di balik pujiannya pada PSG, Ronaldo tetap menunjukkan afiliasi emosional terhadap Inter Milan, klub yang ia bela pada 1997–2002. Baginya, Inter bukan sekadar soal Lautaro Martinez dan Marcus Thuram, tetapi tentang kebersamaan sebagai unit taktis.
Meski demikian, ia tidak menampik bahwa Lautaro Martinez adalah kartu truf Nerazzurri.
“Foto-foto Lautaro pada hari Jumat menunjukkan ekspresi kecewa yang mendalam. Tapi seorang kapten tahu bagaimana mengubah kemarahan menjadi kekuatan. Dia bisa mengangkat moral tim,” katanya.
Menurut Ronaldo, Lautaro menunjukkan determinasi tinggi saat semifinal kontra Barcelona. Meskipun tidak berada dalam kondisi fisik terbaik, penyerang asal Argentina itu tetap mengendalikan tempo permainan.
“Wajahnya saat itu seperti mengatakan: pertandingan ini milikku,” kata Ronaldo, merujuk pada semangat dan kepemimpinan Lautaro.
Ronaldo memandang final PSG vs Inter sebagai pertarungan yang relatif seimbang. PSG datang dengan kolektivitas menyerang dan talenta muda yang mencuri perhatian, sementara Inter membawa pengalaman, stabilitas lini tengah, serta kekuatan emosional khas tim-tim Italia dalam laga besar.
Duel di Allianz Arena bukan hanya soal taktik, tetapi juga soal mentalitas: siapa yang lebih tahan terhadap tekanan, dan siapa yang mampu menciptakan momen penentu dalam 90 menit—atau mungkin lebih.
“Final seperti ini bukan hanya soal siapa lebih kuat. Tapi siapa yang lebih siap secara mental, dan siapa yang bisa mengambil momen penting,” pungkas Ronaldo.
Dengan segala dinamika yang ada, final Liga Champions 2025 bukan hanya soal trofi, tetapi juga tentang warisan dan arah masa depan dua klub raksasa yang terus memburu supremasi Eropa. (red).