Mudanews.com Kudus— Ribuan umat Islam menghadiri Haul ke-68 ulama kharismatik sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Raden Asnawi, di Kompleks Makam Sunan Kudus, Jawa Tengah, Selasa (16/12/2025). Acara ini dihadiri Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar bersama para ulama, santri, dan tokoh masyarakat.
Dalam mauidhoh hasanah, KH Miftachul Akhyar menegaskan bahwa haul bukan sekadar tradisi seremonial, melainkan momentum reflektif untuk meneladani nilai perjuangan dan keteladanan ulama. Menurutnya, figur KHR Asnawi harus menjadi inspirasi dakwah Islam yang berakar kuat pada keilmuan dan pengabdian umat.
“Haul ini mengingatkan kita untuk meneladani perilaku, kealiman, dan dakwah KHR Asnawi yang sepanjang hidupnya diabdikan untuk umat,” ujar KH Miftachul Akhyar.
Ia menambahkan, dari tradisi haul diharapkan lahir generasi penerus yang mampu melanjutkan perjuangan para kiai dalam menjawab tantangan zaman. Keteladanan ulama, kata dia, harus dipraktikkan secara kontekstual tanpa kehilangan ruh keislamannya.
“Selain berharap keberkahan dari shahibul haul, kita harus menggali apa yang membuat beliau mencapai derajat kealiman dan ketokohan. Dari situlah akan lahir KHR Asnawi baru di generasi sekarang,” ungkapnya.
KHR Asnawi merupakan keturunan Sunan Kudus yang dikenal sebagai pendidik dan pejuang umat. Ia telah mengajar santri sejak berada di Makkah pada 1916, dan sepulang ke Tanah Air mendirikan Madrasah Qudsiyyah di kawasan Menara Kudus, yang hingga kini menjadi pusat pendidikan Islam berpengaruh.
Bersama KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, dan para ulama lainnya, KHR Asnawi turut berperan dalam pendirian Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keagamaan yang berakar pada tradisi keilmuan dan kebangsaan.
Dalam lanjutan mauidhoh hasanah, KH Miftachul Akhyar mengingatkan bahwa umat Islam saat ini hidup di era harj, yakni zaman yang serba tidak menentu akibat percepatan teknologi dan disrupsi sosial. Menurutnya, disrupsi tidak hanya mengancam sektor ekonomi, tetapi juga dapat menggoyahkan keimanan.
“Usaha yang sudah mapan bisa runtuh seketika. Situasi seperti ini juga dapat menggerus keimanan dan keyakinan jika tidak disikapi dengan kebijaksanaan,” tegasnya.
Untuk mengantisipasi disrupsi keimanan, Rais Aam PBNU menekankan pentingnya memperkuat cinta kepada Nabi Muhammad SAW, para wali, dan alim ulama. Keteladanan tokoh-tokoh besar NU, termasuk KHR Asnawi, dinilai relevan sebagai pedoman hidup di tengah perubahan zaman.
Haul ke-68 KHR Asnawi dirangkai dengan Tahlil Umum yang dihadiri ribuan santri dan masyarakat Kudus serta sekitarnya, serta berbagai kegiatan keilmuan bertema “Suluh Peradaban; Mulat Ngelmu lan Laku”. Usai acara, KH Miftachul Akhyar juga meresmikan Kantor Turats Ulama Kudus sebagai pusat pelestarian khazanah ulama lokal.***(Red)

