Mudanews.com- Jembrana | Dari tepi laut Jembrana, Bali, semangat baru lahir dari sebuah masjid yang tak hanya berdiri untuk beribadah. Masjid Pantai Bali kini menjadi ruang kolaborasi lintas sektor — pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas, hingga media — dalam model kolaborasi pentahelix yang digagas oleh Yayasan Masjid Pantai Nusantara (YMPN).
Melalui pendekatan ini, Masjid Pantai Bali berupaya menghadirkan wajah Islam yang inklusif, kreatif, dan solutif. Bukan hanya tempat shalat, tapi juga pusat inovasi, penelitian, hingga pemberdayaan ekonomi dan budaya yang bermanfaat bagi masyarakat Muslim dan Non-Muslim.
“Masjid Pantai Bali ingin menunjukkan wajah Islam yang inklusif, kreatif, dan solutif. Melalui pendekatan pentahelix, kami membuka ruang kolaborasi untuk penelitian, inovasi teknologi ramah lingkungan, pengembangan ekonomi kreatif berbasis UMKM, hingga pelestarian seni budaya lokal,”
ujar Firmansyah Dimmy, Ketua YMPN.
Setelah sukses menggelar Festival Budaya Masjid Pantai Bali 2025 yang mengusung konsep Smart Mosque, tim YMPN terus memperluas jejaring dengan berbagai lembaga. Di antaranya Kementerian Kebudayaan, Kemenparekraf, Dewan Masjid Indonesia (DMI), Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali, Wakaf Salman ITB, BPKH, BWI, Daarut Tauhid Peduli, PT Geobrugg Indonesia, Radio Silaturahim, HSBI, dan Kitabisa.com.
Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan menyambut baik langkah tersebut.
“Kami berterima kasih kepada Yayasan Masjid Pantai Nusantara yang membantu tugas kami dalam pengembangan Kabupaten Jembrana,” ujarnya saat menerima Tim Masjid Pantai Bali di rumah jabatan pada 14 Oktober 2025.
Dengan semangat ini, Masjid Pantai Bali tumbuh menjadi ikon masjid out of the box — bukan hanya tempat ibadah, tapi juga pusat pembelajaran, inovasi, dan kebudayaan yang menginspirasi banyak pihak.
Dari Jembrana, pesan Islam itu bergema: merajut iman, ekonomi, sains, teknologi, dan seni budaya, demi Islam yang Rahmatan lil ‘alamin.
Berdasarkan rilis resmi Yayasan Masjid Pantai Nusantara (YMPN)
[Red]