Mudanews.com Yogyakarta – Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta (BEM PTNU DIY) mengecam keras stasiun televisi swasta Trans7 atas penayangan salah satu narasi dalam program Xpose Uncensored yang dinilai merendahkan martabat kiai dan melecehkan Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.
Koordinator Wilayah BEM PTNU DIY, Tegar Pradana, menegaskan bahwa tayangan tersebut bukan sekadar kekeliruan, melainkan bentuk penghinaan terhadap nilai-nilai luhur pesantren yang selama ini menjadi pilar peradaban Islam di Nusantara.
“Tayangan itu tidak hanya mencoreng nama baik pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang berperan besar dalam mencerdaskan bangsa, tetapi juga menyinggung dan melukai perasaan jutaan santri serta alumni pesantren di seluruh Nusantara,” ujarnya dengan nada tegas.
BEM PTNU DIY mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk segera memanggil pihak Trans7 dan memberikan sanksi tegas agar insiden serupa tidak terulang di masa mendatang. Menurutnya, tindakan tegas dari Komisi Penyiaran Indonesia merupakan langkah yang sangat penting untuk menjaga marwah etika dan tanggung jawab sosial media publik.
Lebih lanjut, Tegar Pradana menuntut pihak Trans7 untuk menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada masyarakat, serta melakukan sowan kepada para kiai, keluarga besar Pondok Pesantren Lirboyo, dan seluruh komunitas santri Indonesia sebagai bentuk penghormatan dan penebusan moral.
Ia juga menegaskan bahwa BEM PTNU DIY akan terus mengawal kasus ini. “Kami siap mengambil langkah nyata apabila Trans7 tidak menunjukkan itikad baik. Jangan anggap enteng kemarahan umat terhadap pelecehan simbol-simbol keulamaan,” tegasnya.
Peristiwa ini, lanjutnya, seharusnya menjadi pelajaran penting bagi seluruh lembaga penyiaran di Indonesia agar senantiasa mengedepankan etika, sensitivitas budaya, dan tanggung jawab moral dalam setiap produk siaran yang dikonsumsi publik.
Di akhir pernyataannya, BEM PTNU DIY juga mengingatkan seluruh masyarakat, khususnya kaum santri, untuk waspada terhadap wacana pembusukan kiai dan pondok pesantren Nusantara yang belakangan mulai muncul dalam berbagai bentuk narasi. “Kita harus jeli membaca pola-pola yang sedang dimainkan. Jangan biarkan ada pihak yang berupaya meruntuhkan kehormatan pesantren dan para kiai yang telah menjadi benteng moral bangsa Indonesia,” tutup Tegar Pradana.**(Red)