Mudanews.com Lampung Utara – Dalam upaya meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya paham radikalisme, pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan, mengumumkan rencana pelaksanaan road show anti radikalisme ke berbagai sekolah, kampus, dan organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan di sejumlah daerah.
Ken Setiawan menegaskan, penyebaran radikalisme saat ini semakin mengkhawatirkan karena telah memasuki ruang-ruang pribadi masyarakat melalui genggaman gadget.
Ia juga mengingatkan bahwa media sosial kini menjadi lahan subur penyebaran paham ekstrem yang menyasar berbagai kalangan, termasuk pelajar dan remaja.
“Ancaman radikalisme kini ada di tangan kita sendiri. Minimnya sosialisasi akibat efisiensi anggaran sangat berisiko karena memperbesar peluang berkembangnya paham radikal tanpa intervensi yang memadai,” ujar Ken.
Menurut Ken, radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan sosial dan politik dengan cara-cara yang keras dan ekstrem.
Ia menyebutkan bahwa radikalisme sering kali dipicu oleh berbagai faktor, seperti ketidakadilan sosial, kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, serta kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak kepada masyarakat.
“Kekecewaan terhadap sistem bisa menjadi pintu masuk paparan ideologi radikal. Apalagi jika diperkuat oleh pemahaman agama yang menyimpang akibat belajar dari guru yang salah,” jelasnya.
Ken juga menyoroti bahwa kelompok-kelompok radikal saat ini sudah tidak lagi tampil mencolok seperti di masa lalu. Mereka membaur dalam masyarakat, sehingga lebih sulit terdeteksi.
Media sosial seperti TikTok, WhatsApp, Telegram, Facebook, dan Instagram, menurutnya, menjadi sarana utama penyebaran ajaran mereka.
“Masyarakat kita masih kurang kritis. Banyak yang langsung menyebarkan informasi tanpa memverifikasi kebenarannya.
Akibatnya, mereka tidak hanya menjadi korban hoaks, tapi juga pelaku penyebarannya. Korbannya bukan hanya orang dewasa, tapi juga anak-anak SMP sudah mulai banyak yang terpapar,” ungkap Ken.
Dalam situasi iklim politik yang memanas karena seringnya blunder kebijakan pemerintah, Ken mengingatkan bahwa rasa kecewa dan frustrasi bisa menjadi lahan subur bagi radikalisme.
Ia juga menegaskan bahwa jaringan intoleran dan radikal masih aktif bergerak di tengah masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan masih seringnya operasi penangkapan yang dilakukan oleh Densus 88.
“Banyak kasus yang tidak terpublikasi, tapi faktanya mereka masih ada dan terus bergerak,” tegas Ken.
Melalui road show ini, NII Crisis Center bertekad untuk mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk aparat dan tokoh agama, untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperkuat ketahanan ideologis bangsa.
Ken juga mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan Pancasila sebagai rumah bersama, menjaga kerukunan, dan tidak mudah terpecah belah oleh ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan.
Bagi masyarakat yang ingin bergabung sebagai relawan NII Crisis Center dan turut serta dalam mencegah penyebaran paham radikal dan intoleran, dapat menghubungi hotline WhatsApp di nomor 0898-5151-228 pungks Ken.***(Red)