Ken Setiawan: Deklarasi Rukun Islam Nabi Muhammad Terinspirasi Dari Tokoh Kristen

Breaking News
- Advertisement -


Mudanews.com Bandar Lampung – Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan, kembali membuat pernyataan kontroversial.
Setelah sebelumnya menyebut bahwa bahwa Islam bukanlah agama baru, melainkan rekonstruksi dari ajaran Taurat dan Injil, kini ia menilai Rukun Islam yang di deklarasikan nabi Muhammad terinspirasi dari tokoh pendeta Kristen.

‎Menurut Ken, Rukun Islam bukan sekedar rangkaian ritual ibadah, melainkan sebuah sebuah strategi deklarasi perlawanan kepada penguasa Quraisy Mekkah yang saat itu zalim dan menindas rakyat.

‎Ken mengungkapkan, sejak kecil Nabi Muhammad hidup di lingkungan yang dekat dengan tokoh tokoh agama Kristen.

Bahkan, ketika berusia 12 tahun, seorang pendeta bernama Bukhaira sempat memprediksi bahwa Muhammad kelak akan jadi tokoh besar jika di didik dengan baik.

‎Sejak menikah hingga menerima wahyu, Nabi selalu bersama dengan dengan tokoh Kristen, Istrinya Khadijah dan sepupunya, Waraqah Bin Naufal, merupakan pendeta Kristen yang memahami kitab suci Taurat dan Injil, kata Ken.

‎Ia menambahkan, meskipun kenabian Muhammad datang sebagai inspirasi dari Allah, tapi proses persiapannya tetap melibatkan manusia, termasuk para pendeta Kristen, termasuk Waraqah Bin Naufal.

Bahkan Waraqah bin Naufal disebut sebut menjadi salah satu mentor spiritual sekaligus politik Nabi Muhammad.

‎Menurut Ken, ketika wahyu kepada Nabi Muhammad di usia 40 tahun Nabi tidak bisa membaca dan menafsirkannya sendiri, lalu kemudian meninta bantuan kepada Waraqah Bin Naufal.

‎Dari situlah Muhammad mendapat pemahaman bahwa para nabi terdahulu seperti Musa dan Isa diutus untuk melawan kezaliman dan penindasan.

‎”Waraqah memberi ide kepada Muhammad bahwa jika ingin membebaskan rakyat dari penindasan Quraisy, ia harus berani bangkit melawan, dan strateginya itu ada di dalam rukun Islam. jelas Ken.

Namun, sebelum misi itu tercapai, orang orang terdekat nabi yang jadi pendukung utama wafat, termasuk Khadijah dan Pamannya Abu Talib.

Dalam suasana terjepit ditengah penguasa Quraisy, Nabi kemudian melakukan perenungan spiritual mendalam yang dikenal sebagai peristiwa Isra Miraj.

“Dalam peristiwa itu, Nabi mengingat kembali nasehat para mentornya, dari situlah lahir deklarasi Rukun Islam sebagai strategi perjuangan melawan sistem yang menindas”, kata Ken.

Ken lalu menafsirkan strategi Rukun Islam dari sudut pandang politik dan sosial:

‎Syahadat itu sumpah terbuka, deklarasi loyalitas melawan kezaliman serta pengakuan kepemimpinan baru Nabi Muhammad yang pro-rakyat.

‎Sholat berjamaah: bahasa modern adalah kampanye atau sosialisasi sebagai alat komunikasi massal dan pengorganisasian masyarakat, sekaligus penghapus kasta sosial yang dilakukan 5 kali sehari.

‎Zakat: distribusi pajak kekayaan untuk kesejahteraan rakyat, yang kaya wajib bantu yang miskin, pajak bukan untuk memperkaya penguasa.

‎Puasa: latihan solidaritas kelas, bentuk perlawanan terhadap sitem kapitalis dengan berbagi kepada yang membutuhkan.

‎Haji: adalah Kongres akbar lintas agama suku dan bangsa, semua pakai baju yang sama merupakan simbol kesetaraan manusia yang perjuangan melawan penindasan.

‎Ken menutup pernyataannya dengan harapan agar umat beragama bersatu.

Menurutnya, ajaran para Nabi sejatinya adalah peta perjuangan untuk melawan penindasan dan memerdekaan manusia, bukan semata ritual ibadah.

‎Jika masyarakat sadar arti sejatinya Rukun Islam tersebut, maka perdebatan tentang agama seharusnya sudah selesai, tak ada lagi kasus intoleransi atas nama agama, sebab musuh para Nabi Nabi terdahulu bukanlah perbedaan agama, tapi para penguasa yang zalim dan menindas.

Saatnya bergandeng tangan bersama sama memperjuangkan keadilan agar kita dapat hidup sejahtera, rukun aman dan damai, meski berbeda latar belakang agama, pungkas Ken. **(Red)

Berita Terkini