Selamat jalan, Bapak Kwik Kian Gie

Breaking News
- Advertisement -

 

Anton Christanto
Pemerhati dan Pengamat Sosial Politik di Boyolali

Mudanews.com OPINI – Kami menangis bukan hanya karena kehilanganmu,
tapi karena kami tahu:
Bangsa ini semakin jarang melahirkan sosok sepertimu.

Terima kasih telah menjadi suara jujur di tengah hiruk-pikuk kebohongan.
Terima kasih telah menjaga martabat negeri ini dengan otak dan hatimu.
Istirahatlah dalam damai, di pangkuan Ibu Pertiwi yang sangat kau cintai.

Selamat jalan, Pejuang Integritas.
Engkau Telah Pergi, Tapi Nuranimu Tinggal di Sini

Untuk Bapak Kwik Kian Gie (1935–2025)

Kami berdiri dalam duka,
melepas seorang manusia langka
yang memilih jalan yang sulit —
jalan kebenaran, kejujuran, dan keberanian —
meski harus berjalan sendirian.

Bapak Kwik Kian Gie,
Engkau bukan hanya ekonom, bukan hanya menteri,
Engkau adalah nurani negeri ini.
Penjaga akal sehat bangsa,
yang tak pernah lelah mengingatkan,
meski sering dicemooh, disingkirkan, bahkan dilupakan.

Kami menangis hari ini —
bukan karena engkau pergi dalam usia lanjut,
tapi karena kami tahu
bangsa ini kehilangan cahaya penuntun
di tengah kegelapan kompromi dan ketakutan.

Engkau bukan tipe pejabat yang memelihara gengsi.
Tak gila hormat.
Tak tergoda kursi.
Engkau datang ke rapat kabinet tanpa pengawalan mewah,
tanpa jas berlabel mahal,
tapi membawa satu hal yang tak dimiliki banyak orang:
integritas.

Saat orang lain memilih diam, engkau bersuara.
Saat kebijakan ekonomi dikendalikan utang dan asing, engkau melawan.
Dan saat banyak yang memilih berpaling demi jabatan,
engkau memilih menepi — demi harga diri bangsa.

Kami masih ingat tulisan-tulisanmu,
pidatomu yang tenang tapi menggetarkan,
dan wajahmu yang teduh saat berkata:

> “Lebih baik kehilangan jabatan,
daripada kehilangan kehormatan.”

Hari ini, kami hanya bisa berkata:
Engkau telah menang.
Engkau tidak punya istana,
tapi rakyat mencintaimu.
Engkau tidak punya kekuasaan,
tapi sejarah mencatat namamu dalam tinta yang abadi.

Bapak Kwik,
Siapa yang akan mengingatkan kami lagi,
ketika kekuasaan kembali dibutakan oleh ambisi?

Siapa yang akan mengingatkan anak-anak muda ini,
bahwa menjadi pintar itu penting,
tapi menjadi jujur dan teguh jauh lebih langka?

Siapa yang akan berdiri di tengah badai,
sambil berkata:
“Aku di sini bukan untuk menyenangkan,
aku di sini untuk mengatakan yang benar”?

Bapak Kwik,
Perjalananmu telah selesai,
tapi perjuanganmu belum berakhir.

Kami berjanji:
Kami akan terus menggaungkan pikiran dan nilai-nilaimu.
Kami akan menjaga semangatmu,
agar tetap hidup di ruang-ruang kebijakan,
di kelas-kelas ekonomi,
di hati para pemimpin masa depan.

Karena bangsa ini butuh lebih banyak “Kwik Kian Gie”,
meski tak ada satu pun yang benar-benar bisa menggantikanmu.

Selamat jalan, Bapak.
Terima kasih telah menjadi suluh bagi bangsa ini.
Terima kasih telah mencintai Indonesia
dengan ketulusan yang nyaris tak tergantikan.

Dari kami yang kehilanganmu,
dan dari negeri yang masih membutuhkanmu,
Selamat jalan, Guru Bangsa.
Engkau telah pulang ke haribaan keabadian,
tapi suaramu…
akan terus bergema
di hati kami semua.

KWIK KIAN GIE: PERGI-NYA SEORANG PEJUANG INTEGRITAS

Hari Senin malam 28 Juli 2025, Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya.

Prof. Dr. Kwik Kian Gie — ekonom, negarawan, pendidik, pejuang kebenaran — menghembuskan napas terakhirnya dalam usia 90 tahun. Ia pergi dalam senyap, tanpa riuh, sebagaimana hidup yang ia pilih: sederhana, jujur, dan bersahaja.

Namun duka yang ditinggalkannya, menggemuruh.

Siapa yang tidak mengenal sosok ini?
Lelaki keturunan Tionghoa yang memilih untuk berdiri paling depan membela rakyat kecil, bahkan ketika itu berarti melawan arus partainya sendiri.
Yang menolak tunduk pada kepentingan asing, meskipun ia duduk di lingkar kekuasaan.
Yang memilih berbicara benar, bukan aman.
Yang mencintai Indonesia, dengan cara yang nyata, bukan hanya slogan dan bendera.

Ia adalah suara nyaring di tengah kebisuan elite.
Ia adalah logika jernih di tengah kekacauan politisasi kebijakan.
Ia adalah nurani dalam sidang kabinet, yang tak tergadaikan oleh jabatan atau kemewahan dunia.

Kwik bukan sekadar ekonom. Ia adalah penjaga moral kebijakan ekonomi Indonesia.
Di saat bangsa ini sedang terjerembab dalam krisis moneter 1998, ketika para pejabat kalang kabut dan tergoda menyandarkan nasib pada resep instan IMF, Kwik berdiri dengan kepala tegak:

> “Jangan jual kedaulatan ekonomi kita.”
Dan sejarah membuktikan: ia benar.

Ia pernah ditawari banyak hal — kuasa lebih besar, fasilitas lebih mewah, jabatan yang lebih tinggi — tapi ia selalu menolak jika itu harus dibayar dengan prinsip.
Bagi Kwik, integritas bukan pilihan. Ia harga mati.
Ia pernah mengundurkan diri dari jabatan Menko Perekonomian, karena tak ingin berkompromi dengan kebijakan yang menurutnya menyesatkan.

Ia mengajarkan bangsa ini, bahwa keberanian terbesar adalah berani sendirian ketika yang lain memilih diam.

Bahkan di usia senjanya, ia tetap menulis, berbicara, mengkritik, dan mengingatkan:
“Negara ini tidak bisa dibangun hanya dengan angka dan grafik. Harus ada hati. Harus ada keadilan.”
Dan ia menepatinya — sampai detik terakhir hidupnya.

Kwik Kian Gie adalah salah satu tokoh langka di republik ini.
Ia tidak kaya raya. Ia tidak punya pasukan. Ia bukan selebriti politik. Tapi nama dan jejaknya akan terus hidup, justru karena ia setia pada nuraninya.

Kini, ia telah pergi.
Indonesia kehilangan seorang guru.
Bangsa ini kehilangan penuntun akal sehat.
Dan rakyat kehilangan seorang pembela sejati.

Tapi gagasan dan semangatnya akan hidup, selama masih ada anak-anak muda yang membaca tulisannya, mengutip pikirannya, dan menjadikan integritas sebagai jalan hidup — sebagaimana ia pernah ajarkan.

Prof. Dr. Kwik Kian Gie adalah sosok langka dalam politik dan ekonomi Indonesia. Ia tidak hanya cerdas, tapi juga berani, jujur, dan konsisten dalam prinsip. Ia hidup sederhana, menjauhi glamor kekuasaan, dan meninggalkan jejak sebagai negarawan yang lebih memilih benar daripada populer.

Namanya akan terus dikenang sebagai simbol intelektualisme yang berakar pada nurani rakyat dan perlawanan terhadap ketidakadilan struktural.

“Selamat jalan, Bapak Integritas. Terima kasih atas keteladananmu.”

*
Curriculum Vitae dan Biografi Singkat

Prof. Dr. Kwik Kian Gie
(11 Januari 1935 – 28 Juli 2025)
Ekonom – Cendekiawan – Negarawan – Pejuang Integritas

Identitas Pribadi
Nama Lengkap: Prof. Dr. Kwik Kian Gie
Tempat, Tanggal Lahir: Kebumen, Jawa Tengah, 11 Januari 1935
Wafat: Jakarta, 28 Juli 2025, pukul 22.00 WIB
Usia: 90 tahun
Kebangsaan: Indonesia
Agama: Katolik
Status: Menikah, memiliki anak dan cucu

Riwayat Pendidikan
SMA Kolese Kanisius, Jakarta
Universitas Indonesia (FE UI) – Tidak diselesaikan
Nederlandse Economische Hogeschool, Rotterdam, Belanda
Lulus dengan gelar doktorandus ekonomi, setara Master, 1963
Penghargaan Doktor Honoris Causa – berbagai institusi dalam dan luar negeri atas kontribusinya di bidang ekonomi dan kebijakan publik

Karier Profesional
Dunia Bisnis & Pendidikan
Pendiri dan pengelola Kwik Kian Gie School of Business (KKGSB)
Dosen luar biasa dan pembicara nasional bidang ekonomi makro dan politik anggaran
Direktur PT Gadjah Tunggal (sebelum aktif di dunia pemerintahan)

Karier Pemerintahan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas (1999–2000)
Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin)
dalam Kabinet Gotong Royong Presiden Megawati Soekarnoputri (2001–2004)
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI

Kiprah Politik & Aktivisme
Salah satu tokoh penting dalam pendirian PDI Perjuangan
Staf ahli utama Ketua Umum PDI-P
Penasehat ekonomi Megawati Soekarnoputri dan PDI-P dalam berbagai forum
Dikenal vokal dan berani berbeda pendapat, bahkan terhadap pemerintah yang didukungnya, demi kebenaran dan integritas

Pemikiran dan Kontribusi
Kwik Kian Gie dikenal sebagai ekonom nasionalis-kritis yang berpihak pada rakyat kecil, konsisten menentang neoliberalisme, dan menolak dominasi asing atas kekayaan nasional. Ia sering mengangkat isu keadilan fiskal, hutang luar negeri, dan pentingnya kedaulatan ekonomi.
Pemikirannya tertuang dalam banyak tulisan, buku, serta makalah ilmiah yang menjadi rujukan kalangan mahasiswa, aktivis, dan pembuat kebijakan. Ia juga terkenal karena gaya bicaranya yang lugas, rasional, dan penuh integritas.

Warisan Pemikiran
Penolak keras intervensi IMF dan World Bank pada masa krisis moneter
Pengusung gagasan “ekonomi berdikari” dan penguatan UMKM
Tokoh utama di balik kritik atas privatisasi BUMN dan liberalisasi sektor strategis
Inspirator dalam banyak gerakan mahasiswa era reformasi
Mentor bagi banyak politisi, ekonom muda, dan aktivis lintas generasi

Testimoni dan Penghormatan
> “Selamat jalan menuju keabadian, ekonom andal berintegritas. You’ll be missed. Kita kehilangan tokoh ekonom besar.”
— Andreas Hugo Pareira, Senior PDI-P

> “Selamat jalan, Pak Kwik Kian Gie. Ekonom, pendidik, nasionalis sejati. Mentor yang tak pernah lelah memperjuangkan kebenaran. Yang berdiri tegak di tengah badai, demi kepentingan rakyat dan negeri. Indonesia berduka.”
— Sandiaga Uno, Mantan Calon Wakil Presiden RI

Karya Tulis dan Buku
“Indonesia Menggugat IMF” (1998)
“Pikiran dan Kata-Kata Kwik Kian Gie”
“Indonesia dalam Pusaran Ekonomi Global”
Ratusan artikel di berbagai media massa nasional dan jurnal ilmiah

Berita Terkini