Anton Christanto
Pemerhati dan Pengamat Sosial Politik di Boyolali (Alumni GMNI)
Mudanews.com Bandung, 15-18 Juli 2025 — Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) kembali menggelar Kongres XXII di Kota Bandung, sebuah kota yang sarat sejarah perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme. Mengusung tema “Kongres Kedaulatan Bangsa: Bersatu Lawan Penjajahan Gaya Baru”, kongres ini dihadiri oleh Presiden RI Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, dan ratusan kader GMNI dari seluruh penjuru tanah air.
Kongres ini seharusnya bukan sekadar arena berbicara, berdebat, dan bersorak sorai. Di tengah krisis keadilan, kesenjangan sosial, serta ancaman nyata terhadap kedaulatan bangsa, GMNI dipanggil untuk tidak terjebak menjadi organisasi yang hanya sibuk dengan seremonial, slogan, dan retorika kosong. Rakyat Indonesia menanti sikap dan gerakan nyata dari GMNI—bukan hanya orasi lantang yang berhenti di ruang-ruang kongres.
Jangan Jadi Aktivis Panggung—Bangkit Jadi Penjaga Amanah Rakyat
Sudah terlalu lama rakyat disuguhi pemandangan organisasi mahasiswa yang hanya hebat berbicara saat kongres, namun tak terdengar gaungnya ketika rakyat ditindas dan keadilan diinjak-injak. Banyak aktivis mahasiswa yang setelah lulus justru larut dalam pragmatisme kekuasaan, meninggalkan idealisme kerakyatan yang dulu mereka kumandangkan.
GMNI sebagai salah satu gerakan historis yang berakar pada ajaran Bung Karno wajib berdiri di garis depan sebagai pengawal suara rakyat. Apalagi dalam konteks pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto, GMNI tidak boleh berubah menjadi organisasi yang hanya menjadi pelengkap kekuasaan atau alat legitimasi politik.
Tugas GMNI adalah menjadi kekuatan moral yang terus-menerus mengingatkan pemerintah untuk tetap setia kepada penderitaan wong cilik.
Tiga Panggilan Mendesak untuk GMNI Hari Ini:
- Kritis dan Konstruktif terhadap Pemerintahan, Bukan Menjadi Corong Kekuasaan
Mahasiswa harus tetap menjadi agent of change, bukan sekadar cheerleader penguasa. GMNI harus berani bersuara kritis terhadap kebijakan pemerintah Prabowo yang tidak berpihak kepada rakyat, namun juga mampu memberi solusi konkret dan membangun.
Misalnya: Apakah program makan siang gratis benar-benar menyentuh rakyat miskin atau hanya proyek politik? Apakah pengelolaan sumber daya alam benar-benar pro rakyat atau justru memperkaya oligarki? GMNI harus berani membongkar dan menyuarakan kebenaran tanpa takut kehilangan kedekatan dengan kekuasaan. - Menghidupkan Kembali Jiwa Marhaenisme dalam Praktik Nyata, Bukan Hanya Retorika
Marhaenisme bukan hanya teori. GMNI harus terlibat langsung dalam pengorganisasian buruh, petani, nelayan, serta kaum miskin kota. Jangan biarkan kongres ini menjadi sekadar tempat pidato tanpa gerakan massa yang nyata. Mahasiswa harus turun ke jalan, turun ke kampung, turun ke pasar untuk benar-benar menyatu dengan denyut nadi rakyat kecil - Menjadi Katalisator Lahirnya Pemimpin Bangsa yang Berintegritas
Rakyat jenuh melihat politik yang dipenuhi koruptor, pejabat yang hanya mementingkan diri sendiri. GMNI harus melahirkan kader-kader yang siap memimpin Indonesia dengan hati nurani, kejujuran, dan keberanian memperjuangkan keadilan sosial. Bukan menjadi bagian dari politik dagang sapi dan transaksi jabatan.
Kedaulatan Bangsa dalam Ancaman: Jangan Lengah!
Penjajahan gaya baru hari ini jauh lebih licik dan berbahaya. Bangsa ini sedang menghadapi:
Penjajahan Ekonomi: Dominasi modal asing yang menguasai sektor strategis, sementara rakyat menjadi buruh di negeri sendiri.
Penjajahan Budaya: Penjajahan nilai-nilai konsumerisme, hedonisme, dan individualisme yang merusak akar budaya gotong royong.
Penjajahan Digital: Ketergantungan terhadap teknologi asing dan manipulasi informasi yang memperlemah kedaulatan bangsa.
Semua ini hanya bisa dihadapi jika GMNI kembali ke jati dirinya: ideologis, radikal dalam berpikir, berani dalam bertindak, dan berpihak kepada rakyat tanpa kompromi.
Harapan Rakyat: GMNI sebagai Lentera di Tengah Kegelapan
Rakyat kecil hari ini hidup dalam tekanan ekonomi, harga kebutuhan pokok yang melonjak, lapangan pekerjaan yang sempit, serta kebijakan yang lebih sering menguntungkan segelintir elit. Rakyat membutuhkan GMNI bukan untuk duduk manis di ruang ber-AC berbicara tentang revolusi, tetapi untuk benar-benar hadir di tengah mereka.
GMNI dituntut untuk menjadi suara yang tidak bisa dibungkam, menjadi pengingat yang tidak bisa dibeli, dan menjadi kekuatan yang tidak bisa dikendalikan oleh kekuasaan.
Jangan Biarkan Kongres Ini Jadi Panggung Omong Kosong!
Jika GMNI hanya berhenti pada kongres, maka generasi hari ini akan dicatat dalam sejarah sebagai generasi yang gagal. Namun jika GMNI bangkit, bersatu, dan bergerak dengan ideologi kerakyatan yang kokoh, maka organisasi ini akan tetap menjadi mercusuar perjuangan bagi bangsa Indonesia menuju kedaulatan sejati.
Ingat! Siapa yang diam di hadapan ketidakadilan, berarti menjadi bagian dari penindasan. Siapa yang membungkam kritik, berarti sedang merusak demokrasi.
***
🔥 SERUAN UNTUK KADER GMNI: JANGAN HANYA PANDAI BERBICARA! 🔥
KONGRES XXII GMNI — BANDUNG, 15-18 JULI 2025
Tema: Bersatu Lawan Penjajahan Gaya Baru
👉 Cukup sudah GMNI hanya jadi panggung seremonial!
👉 Rakyat menunggu:
✅ Suara kritis terhadap pemerintah!
✅ Perjuangan nyata untuk wong cilik!
✅ Aksi melawan penjajahan gaya baru!
Mahasiswa bukan alat kekuasaan!
GMNI harus kembali jadi roh perlawanan, penggerak perubahan, dan penjaga nurani bangsa.
‼️ Jangan diam saat rakyat terhimpit!
‼️ Jangan takut bersuara ketika keadilan diinjak!
‼️ Jangan jual idealisme demi jabatan!
💥 Dari kongres menuju aksi nyata!
Dari orasi menuju revolusi mental!
GMNI: Kritis, Progresif, Marhaenis!

