MUDANEWS.COM, SOLO – Kalisa Putri, sosok yang dikenal luas sebagai figur multitalenta dengan segudang prestasi, baru-baru ini menerima anugerah gelar kehormatan dari Keraton Surakarta Hadiningrat. Gelar resmi “NYIMAS TUMENGGUNG PUTRI KALISA BUDAYANINGTYAS” disematkan pada 21 Juni 2025, menandai pengakuan atas kontribusi dan trah keturunan Kalisa Putri dalam pelestarian budaya Jawa.
Penganugerahan gelar ini sontak menarik perhatian publik. Kalisa Putri menjelaskan bahwa gelar prestisius tersebut diberikan berdasarkan garis keturunan dan dedikasinya terhadap masyarakat. Ini menunjukkan bahwa penghargaan yang diterimanya tidak hanya berlandaskan paras, melainkan juga integritas dan kontribusi nyata.
Menanggapi pertanyaan mengenai status “Raden” atau “Roro” sejak lahir, Kalisa Putri menegaskan bahwa gelar ini merupakan pengakuan atas silsilah keluarga dan sumbangsihnya. Ia mengungkapkan kebanggaannya menjadi bagian dari keluarga Keraton, sebuah kehormatan yang ia emban dengan penuh tanggung jawab.
Kalisa Putri juga menuturkan bahwa mendiang eyang putrinya telah mengenalkannya pada budaya Jawa Keraton sejak tujuh tahun lalu. Eyangnya senantiasa berpesan agar Kalisa terus menjalin silaturahmi, berkontribusi aktif, dan melestarikan budaya Indonesia, khususnya Jawa. Nilai-nilai luhur inilah yang menjadi landasan kuat bagi perjalanan Kalisa Putri dalam memegang teguh warisan budaya.
Meskipun berdomisili di Jakarta, Kalisa Putri tak pernah melupakan akar budayanya. Ia memegang teguh pesan eyangnya, “Wong Jowo ojo ilang Jowone,” yang berarti orang Jawa jangan sampai kehilangan jati dirinya sebagai orang Jawa. Pesan ini menjadi kompas bagi Kalisa dalam menjalani kehidupannya.
Sebuah kutipan mendalam dari eyang Kalisa Putri turut diungkapkan, “Wanita iku kusuma wicitra. Memayu hayuning pribadi, memayu hayuning kaluwarga, memayu hayuning warga, memayu hayuning bawana.”
Makna filosofisnya adalah “Wanita itu harum untuk dirinya, berbuat baik bagi diri sendiri, keluarga, sesama manusia, makhluk hidup dan seluruh dunia.” Kutipan ini menekankan bahwa kecantikan sejati seorang wanita terpancar dari hati dan tindakan yang bermanfaat bagi semesta.
Dalam interaksi di media sosial, sempat terjadi kesalahpahaman mengenai busana yang dikenakan Kalisa Putri pada salah satu unggahannya. Beberapa warganet mengira ia mengenakan kebaya beludru.
Namun, Kalisa Putri meluruskan bahwa busana yang dikenakannya adalah sutra, bukan beludru, sejalan dengan aturan adat Keraton yang tidak memperkenankan penggunaan kain beludru dan brokat. Kepatuhan Kalisa Putri terhadap adat istiadat Keraton patut diacungi jempol.
Banjir pujian atas kecantikan dan penampilannya mengalir di kolom komentar. Tak sedikit yang membandingkan kecantikannya dengan “Barbie versi Jawa” dan memuji keserasiannya dalam balutan busana adat. Kalisa Putri dinilai sebagai sosok yang “paket komplit”: cantik rupa, cerdas, dan berbudaya.
Lebih dari sekadar figur publik, Kalisa Putri merupakan teladan bagi kaum perempuan. Ia membuktikan bahwa prestasi dapat diraih di berbagai bidang mulai dari model, penyanyi, aktivis, hingga mahasiswa hukum S2 tanpa melupakan akar budaya dan nilai-nilai luhur warisan leluhur.
Kalisa Putri merepresentasikan definisi “beauty with brains and culture” yang sesungguhnya. Kisahnya diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak perempuan untuk tidak hanya mengejar kesuksesan pribadi, tetapi juga turut serta dalam melestarikan kekayaan budaya bangsa.