Mudanews.com-Opini | “Negeri yang kuat tak lahir dari senjata atau kekuasaan, tetapi dari tangan-tangan kecil yang dibesarkan dengan kasih sayang.” —Sebuah Sajak Nusantara, 2025 ini mengawali tulisan untuk mempertegas bahwa keluarga bukan hanya tentang memiliki satu nama, tetapi tentang saling menjaga dalam cinta yang tak lekang oleh waktu, bahwa dari keluarga, Indonesia meraih kemajuan.
Hari ini kita kembali ke pangkuan kasih, tanggal 29 Juni 2025 menyapa kita dengan kehangatan yang khas. Hari Keluarga Nasional (Harganas) 2025 menjadi momentum yang tak hanya ditandai oleh kalender, tetapi terpatri dalam hati setiap insan yang memahami arti rumah sebagai tempat pulang, tempat berbagi, dan tempat mencipta masa depan.
Tanggal 29 Juni bukan sekadar penanda waktu —ia adalah peringatan sunyi tentang rumah, tentang tawa di pagi hari, dan peluk hangat di sore yang lelah. Pada Harganas 2025, kita diajak kembali melihat akar yang menopang bangsa ini, yaitu keluarga.
Darimana Bermula
Hari Keluarga Nasional bermula dari momentum pascarevolusi, saat para pejuang kembali ke keluarga mereka pada 29 Juni 1949. Namun, saat itu Indonesia menghadapi persoalan kependudukan, terutama tingginya angka kematian ibu dan bayi.
Di masa pemerintahan Presiden Soeharto, Ketua Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) waktu itu, Prof. Dr. Haryono Suyono mencetuskan ide Hari Keluarga Nasional pada tanggal 29 Juni 1993 di Provinsi Lampung. Perayaan tersebut menjadi momentum untuk membangkitan kesadaran dalam menciptakan “keluarga kecil bahagia sejahtera” melalui program Keluarga Berencana. Keberhasilan program ini membuka jalan bagi Indonesia memperoleh Penghargaan Penduduk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kemudian Hari Keluarga Nasional mendapatkan legitimasi pada 15 September 2014 melalui Keputusan Presiden No. 39/2014. Keputusan tersebut menegaskan bahwa tanggal tersebut bukan hari libur, tetapi momentum strategis untuk mengingatkan pentingnya keluarga sebagai tumpuan ketahanan nasional.
Hal penting lainnya, bila membicarakan soal Keluarga Berencana dan Kependudukan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari Nathan Keyfitz, ekonom dari Harvard University dan Widjojo Nitisastro, ekonom termashur Indonesia pada masanya, yang pada waktu itu masih menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, mempublikasikan hasil riset mereka pada tahun 1954 dengan judul: “Soal Penduduk dan Pembangunan Indonesia”. (Keyfitz, dan Nitisastro:1954).
Riset dua ekonom ternama ini mengungkap pentingnya jumlah penduduk bagi suatu bangsa dan memprediksi Indonesia akan mengalami bonus demografi. Sebagaimana menurut Sri Moertiningsih Adioetomo, bonus demografi terjadi saat penduduk usia produktif lebih besar dibanding usia muda dan lanjut usia. Indonesia mulai memasuki masa ini pada 2010, dengan puncaknya diperkirakan terjadi antara 2020–2030, dan berakhir pada 2050.
Bonus Demografi ini memberi peluang terjadinya pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesejahteraan tertinggi dan penurunan angka kemiskinan. Berlangsungnya transisi demografi di Indonesia makin lama makin mengubah wajah penduduk Indonesia dengan menggeser distribusi umur penduduk. Proporsi penduduk muda makin menurun, proporsi penduduk usia kerja meningkat pesat dan proporsi penduduk lanjut usia bergerak naik secara perlahan.
Dengan demikian Penyusunan Rancangan Peraturan Presiden tentang Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting (RPerpres PPPS) saat ini yang sedang dilakukan oleh pemerintah menjadi sangat penting dan relevan dikaitkan dengan Hari Keluarga Nasional 2025 yang mengusung tema: “Dari Keluarga untuk Indonesia Maju.”
Begitu pula dengan bonus demografi 2020–2030 perlu dimanfaatkan melalui kebijakan pembangunan, termasuk program Makan Siang Bergizi bagi anak usia sekolah. Pada 2030, mayoritas anak-anak ini masih berada di jenjang pendidikan, sehingga investasi pada mereka sangat penting.
Program Makan Siang Bergizi adalah investasi jangka panjang untuk membentuk generasi unggul 2030–2045. Selain itu untuk memaksimalkan bonus demografi, Indonesia juga perlu menyiapkan lapangan kerja bagi penduduk produktif guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masa depan.
Perlu pula mendorong bagi penduduk produktif itu untuk bukan lagi hanya menjadi pencari pekerjaan tetapi menjadi pencipta lapangan pekerjaan dengan mendorong lahirnya para entrepreneurship dan para wirausahawan muda yang melahirkan berbagai usaha rintisan atau start-up yang tumbuh melalui program ekonomi hijau, ekonomi biru dan ekonomi digital.
Dari Keluarga untuk Indonesia Maju
Sebagai sebuah refleksi, Hari Keluarga Nasional 29 Juni 2025 dengan tema: “Dari Keluarga untuk Indonesia Maju” memberikan kesadaran baru bagi kita semua bahwa mimpi besar sebuah negara, sejatinya tumbuh dari ruang makan yang sederhana, dari pelajaran kejujuran di pangkuan ibu, dari nasihat ayah yang disampaikan dalam diam. Karena bangsa yang besar tak hanya dibangun dari atas, tapi tumbuh kokoh dari dalam —dari rumah ke rumah, dari keluarga ke keluarga Indonesia.
Beberapa catatan dari refleksi, Hari Keluarga Nasional 29 Juni 2025 dengan tema: “Dari Keluarga untuk Indonesia Maju” yang dapat dikemukakan diantaranya: Pertama, Keluarga adalah sekolah pertama. Suatu ungkapan menarik bahwa pada negeri yang tak pernah menolak, di pangkuan bunda, anak belajar mengenal dunia, di pangkuan keluarga, ia belajar mengenal dirinya.
Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama, tempat anak belajar berjalan, berbicara, hingga membedakan baik dan buruk. Nilai-nilai dasar seperti kejujuran, cinta tanah air, tanggung jawab, dan toleransi tidak tumbuh di institusi luar —mereka tumbuh dari dalam rumah. Oleh karena itu, jika kita ingin Indonesia Maju —menjadi bangsa yang cerdas, kuat, dan beradab— maka perkuatlah pondasi terkecilnya, yaitu keluarga.
Kedua, Membangun negeri dimulai dari rumah sendiri. Indonesia bukan sekadar gugusan pulau —tetapi gema doa ibu saat anaknya berangkat sekolah, dan kerja keras ayah yang pulang dengan senyum walau lelah. Pada Hari Keluarga Nasional 2025, kita diajak merefleksikan: Sudahkah kita memberi waktu untuk anak dan pasangan? Sudahkah kita menghadirkan ruang aman di rumah dari tekanan dan kekerasan? Sudahkah kita mendidik dengan hati, bukan hanya dengan tuntutan prestasi?
Indonesia tidak bisa dibangun hanya oleh pemerintah. Ia dibangun oleh setiap keluarga yang mencintai anak-anaknya, saling menghargai, dan menjaga nilai-nilai kemanusiaan. Karenanya Keluarga sebagai Pilar Indonesia Maju. Rumah tangga adalah ladang pertama, Di sanalah benih-benih pemimpin ditanam.
Ketiga, Visi Indonesia Emas 2045 akan sia-sia bila tak dibarengi dengan keluarga yang berkualitas. Keluarga yang sehat jasmani dan rohani, keluarga yang mendidik anak-anaknya mencintai negeri, keluarga yang tak lelah merawat cinta dan komitmen meski zaman berubah. Jika satu rumah bisa membentuk satu warga negara yang bijak, maka jutaan rumah akan membentuk bangsa yang kuat.
Dengan demikian Harganas 29 Juni 2025 adalah momentum refleksi dan tindakan nyata, melalui perlindungan, penanaman nilai, kesehatan, dan kebersamaan dalam keluarga, untuk dikontribusikan secara langsung bagi masa depan Indonesia yang lebih maju.
Penutup
Harganas 2025 menjadi momentum untuk setiap kita kembali pulang menjadi keluarga, bukan hanya hari untuk memberi bunga, memasak istimewa, atau berfoto bersama. Ia adalah hari untuk mengingat kembali —bahwa keluarga adalah rumah spiritual, tempat kita ditumbuhkan dan tempat kita akan kembali, dalam bentuk apapun.
Jangan tunggu momentum istimewa untuk memberi perhatian. Karena keluarga bukan hanya bagian dari hidup, mereka adalah hidup itu sendiri. Pulanglah, bukan hanya ke rumah, tetapi pulanglah ke hati yang selama ini memanggilmu dalam diam, yaitu keluargamu.
Kembalilah ke rumah, kembali ke akar bangsa. Kita boleh punya segala macam dan rupa: gelar, jabatan, pengaruh luar biasa. Tetapi tanpa keluarga —hidup hanya perjalanan yang kehilangan maknanya. Saatnya kita rayakan Hari Keluarga Nasional 2025 bukan dengan pesta, tapi dengan hadir utuh untuk orang-orang terdekat kita. Matikan layar sejenak, lipat ambisi, duduk bersama, bercerita, tertawa, dan saling mendengarkan —karena itulah cinta yang membentuk masa depan bangsa.
Selamat Hari Keluarga Nasional 2025: Dari Keluarga untuk Indonesia Maju. Selamat Mengemban Amanah yang Dahsyat untuk Keluarga Indonesia Bapak Dr. H. Wihaji, S.Ag., M.Pd, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia. [WT, 29/6/2025].
Ditulis Oleh: Wahyu Triono KS. Akademisi dan Praktisi Kebijakan Publik, Founder LEADER dan CIA Indonesia. Tenaga Ahli Dekonsentrasi Tugas Pembantuan dan Kerja Sama Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia.