Mudanews.com Probolinggo – Kongres VIII Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (BEM PTNU) se-Indonesia resmi dibuka pada Minggu (17/5), bertempat di Auditorium Universitas Nurul Jadid, Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Jawa Timur. Acara pembukaan ditandai dengan sambutan resmi dari Bendahara Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Gudfan Arif Ghofur, beliau menyampaikan pesan-pesan strategis tentang pentingnya menjaga akhlak, persatuan, dan arah perjuangan mahasiswa NU.
Kegiatan yang berlangsung selama empat hari ini, mulai tanggal 17 hingga 20 Mei 2025, mengusung tema besar “Merajut Persatuan Mahasiswa Nahdliyin untuk Mendorong Kualitas Pendidikan dan Kemandirian Umat.” Kongres ini menjadi wadah konsolidasi nasional dan ajang silaturahmi para presiden mahasiswa NU dari seluruh Indonesia. Sekitar 450 peserta hadir sebagai delegasi dari berbagai BEM PTNU dari Sabang hingga Merauke.
Dalam pidatonya, KH. Gudfan menegaskan bahwa BEM PTNU merupakan salah satu badan organisasi kemahasiswaan terbesar di Indonesia. Namun menurutnya, keunggulan BEM PTNU bukan semata-mata pada jumlah anggotanya, melainkan pada karakter yang melekat dari para mahasiswanya.
“Yang membedakan kita adalah akhlak, karena kita berasal dari pondok pesantren. Kita ini dididik tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga luhur secara budi pekerti,” tegasnya.
Di hadapan ratusan peserta kongres dia menyampaikan keprihatinan atas munculnya dinamika dualisme di internal BEM PTNU. Menurut beliau yang akrab disapa Gus Gudfan ini, perpecahan adalah sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai Nahdlatul Ulama dan menjadi hambatan bagi kemajuan organisasi.
“Saya tahu ada dinamika di tubuh BEM PTNU. Tapi perlu diingat, perbedaan itu biasa. Yang luar biasa adalah jika kita bisa bersatu. Ini bukan tentang jabatan atau kepentingan, ini tentang masa depan perjuangan kita bem ptnu,” tegasnya di hadapan ratusan peserta.
Beliau menekankan bahwa mahasiswa NU harus senantiasa menjaga ukhuwah dan mempererat barisan dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks. Mahasiswa NU, menurutnya, memiliki amanah besar untuk berkhidmat kepada umat, setia kepada jam’iyah, dan berjuang demi kejayaan bangsa. “Persatuan adalah syarat mutlak bagi kemajuan. Jangan biarkan ego pribadi dan kepentingan semata memecah ukhuwah di antara kita. Mari kita kembali kepada khittah Nahdlatul Ulama—menjaga adab, memperkuat ilmu pengetahuan, dan meneguhkan komitmen kebangsaan,” ujarnya penuh harap.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa BEM PTNU harus tetap menjaga independensi dari kepentingan partai politik dan tidak boleh menjadi alat kekuasan tertentu yang berdampak pada krisis identitas Mahasiswa Nahdlyiin.
“BEM PTNU tidak boleh berafiliasi kepada partai politik mana pun. Satu-satunya afiliasi kita adalah kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Di situlah garis perjuangan kita,” tandasnya.
Dengan semangat Merawat Jagad, Membangun Peradaban,Kongres VIII ini diharapkan menjadi titik balik konsolidasi gerakan mahasiswa NU, mendorong lahirnya kader-kader yang tidak hanya kritis dan tapi juga solutif sekaligus berjiwa inklusif, moderat, dan mandiri.
Dalam sesi yang sama acara pembukaan dengan sambutan dari Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Adhy Karyono, A.KS., M.AP. Dalam pidatonya, Adhy menekankan pentingnya peran mahasiswa sebagai motor penggerak perubahan bangsa. “Mahasiswa itu bukan hanya mengisi absen atau mengerjakan tugas. Mereka adalah modal kapital bangsa dan calon pendiri peradaban masa depan,” tegasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa mahasiswa Islam adalah sosok yang ideal karena menggabungkan antara keimanan dan keilmuan, logika dan spiritualitas. Menurutnya, dakwah masa kini tidak harus dilakukan di atas mimbar, melainkan juga bisa melalui media sosial seperti TikTok, mengingat luasnya jangkauan teknologi digital saat ini.
“Jangan hanya jadi mahasiswa copy-paste. Bangun masa depan bangsa melalui forum diskusi. Mahasiswa harus jadi pengendali algoritma, bukan hanya pengamat tren di FYP,” tambahnya. Ia pun mengajak mahasiswa untuk menjadi pribadi yang saleh namun canggih, menguasai teknologi dan big data, agar dapat berkontribusi dalam membangun peradaban dari kampus ke masyarakat luas.
“Mahasiswa NU harus tampil sebagai aktor perubahan. Bukan hanya paham agama, tapi juga menguasai teknologi, ekonomi, dan strategi sosial. Dunia sedang berubah cepat, dan NU harus hadir di garda terdepan,” ucapnya.
Sebagai informasi Kongres ke-VIII Bem PTNU tidak hanya melakukan pemilihan Ketua Umum BEM PTNU yang baru, tetapi juga meliputi berbagai agenda strategis seperti, seminar nasional, diskusi publik, sidang komisi, dan sidang pleno kebijakan.
Turut Hadir juga berbagai tokoh nasional dan kiai muda NU memberi dukungan dan pembekalan, antara lain:
KH. Moh. Zuhri Zaini, BA –(Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid)
Prof. Drs. Junaidi, M.Ph.D (Ketua LPT PWNU Jatim)
Dr. Najiburrohman Wahid, M.A (Rektor Universitas Nurul Jadid)
H. Faisol Riza (Anggota DPR-RI)
Prof. Dr. Fauzan, M.Pd (Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi)
Muhammad Aziz Hakim (Perwakilan Kementerian Agama RI)
Tokoh-tokoh lain seperti Dr. Trimidi, M. Hilman Mufidi, Multazamudz Dzikri, dan Achamad Baha’ur Rifqi selaku Presidium Nasional BEM PTNU**(Red)