Mudanews.com OPINI | Indonesia libas Bahrain. Patrick riang, melebihi kelunasan hutang saat Indonesia disikat Australia. ET senyum. Tapi, muka ET keruh. Karena, ET harus tanggung jawab soal mafia Pertamina.
Kejaksaan Agung harus berani memanggil Erick Thohir. Ahok sudah dipanggil. ET belum. Prabowo setuju ST Burhanuddin melibas mafia Pertamina pimpinan Muhammad Riza Chalid (MRC) dan Muhammad Kerry Adrianto Riza (MKAR).
Sesuai dengan perhitungan kemauan mafia bandar rumah judi bola. Menang boleh. Tapi selisih gol harus 1.
Babak kedua berjalan, bandar mau hasil draw. Serakah emang. Tapi skor Saudi-Jepang 0-0, menekan bandar. Jika draw, Indonesia dan Bahrain tetap bersaing lolos ke babak keempat.
Peluang posisi ketiga dipegang Saudi. Padahal Indonesia pasar penjudi USD200 juta per pertandingan. Bahrain dibuang oleh mafia judi bola.
Hasil akhir, Indonesia menang 1-0. Indonesia gembira. ET dan penjudi Patrick Kluivert berpesta. Karena Indonesia di-voor ¼, bandar judi cuma bayar setengah.
Erick dan Timnas Indonesia boleh aman. Tapi tidak dengan mafia Pertamina. ET harus tanggung jawab. Meski ET masuk Danantara, namun dia tetap belum maksimal aman.
Muncul Liga Korupsi ribuan triliun di ruang netizen. Ngeri. Ini tekanan terhadap Kejaksaan Agung, apakah berani memanggil Erick Thohir? Karena, jika Jokowi saja tahu soal mafia Pertamina, apalagi ET yang boss BUMN.
Ada info jelas dari Arief Poyuono. Para mafia Pertamina sumbang kampanye Pilpres 2019 Jokowi. Henry Subiakto mengingatkan agar publik tak terkecoh oleh pencitraan membersihkan mafia Pertamina.
Mafia minyak Pertamina tetap sama: Muhammad Riza Chalid. Praktik mafia minyak diturunkan ke Muhammad Kerry Adrianto Riza (MKAR). Modus MRC memakai Maldives National Oil Company sebagai kedok untuk supplay minyak mentah Petral. Petral dibubarkan. Tapi MRC dibebaskan padahal periode 2012-2014, dia merampok Rp250 triliun.
Lalu Pertamina berkilah, mendirikan Pertamina International Marketing & Distribution (PIMD). Di sinilah permainan mafia Pertamina dilakukan lebih garang. Dalam seluruh proses pengadaan minyak Pertamina, orang MRC memegang posisi penting.
Dari mulai Patra Niaga-nya sampai ke KPI-nya. Agar praktik impor minyak menghasilkan rente bagi para mafia Pertamina pimpinan MRC dan MKAR.
Erick Thohir sebagai pemegang pucuk pimpinan BUMN, mengendalikan Pertamina, harus bertanggung jawab terhadap praktik mafia MRC dan MKAR. Kerugian Rp1,000 triliun, ditambah puluhan tahun sebelumnya, menghasilkan angka begitu besar.
Tak terbayangkan kekuatan MKAR. Pengerahan buzzer baik oleh Pertamina maupun serangan balik mafia MRC dan MKAR sangat masif. Pembersihan di dunia digital sedang berlangsung. Berita tentang mafia Pertamina meredup.
Kini bola panas di Kejaksaan Agung. Apakah dengan kekuatan uang MRC, Kejaksaan Agung mengeret ciut. Sok tampil jadi macan, bisa berubah jadi kucing? MRC bisa membeli siapa pun.
Namun, dorongan Prabowo dan Hashim ke Jaksa Agung ST Burhanuddin untuk melibas Kerry menjadi spirit buat ST Burhanuddin.
Kini sedang terjadi pertemuan marathon berbagai pihak. Satu pihak ingin membebaskan Kerry. Karena istri MRC, Adrianti, menangis terus tiap malam, ketika tahu ancaman hukuman ke Kerry bisa hukuman mati. Ratusan triliun siap dikeluarkan. Asal Kerry bebas.
Pihak lain ingin menghempaskan Kerry dan MRC. Tim yang melawan Kerry ini memikirkan harga BBM di Indonesia yang tinggi. Akibat permainan mafia minyak Kerry. Prabowo mendukung.
Tiga pekan lalu, data dari tim pemburu telah diberikan ke Kejaksaan Agung. Tak disangka ST Burhanuddin punya bukti lebih gila. Puluhan kali lebih lengkap. Pun Prabowo tahu soal ini.
Kini, menarik untuk ditunggu. Beranikah ST Burhanuddin memanggil Erick Thohir lagi secara formal, bukan di belakang lobby, soal mafia Pertamina yang melibatkan Kerry dan MRC?
Dalam sepak bola, mayoritas hasil akhir ditentukan oleh mafia bandar judi bola, pembersihan mafia Pertamina ditentukan oleh: Bahrain Mampukah Prabowo menang melawan MRC? (Penulis: Ninoy Karundeng).