Mudanews.com-Indrapuri | Di tanah Aceh yang kaya akan sejarah Islam, Masjid Tuha Indrapuri berdiri sebagai saksi bisu perjalanan panjang peradaban. Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga bukti peralihan keislaman yang berlangsung sejak abad ke-17. Berlokasi di Kabupaten Aceh Besar, masjid ini memiliki keunikan tersendiri karena dibangun di atas fondasi bekas candi Hindu. Arsitektur dan sejarahnya yang kental menjadikannya salah satu peninggalan berharga yang terus dijaga hingga kini.
Transformasi dari Candi Hindu ke Masjid Bersejarah
Sebelum menjadi rumah ibadah umat Islam, lokasi ini dulunya merupakan kompleks candi Hindu yang diperkirakan berasal dari masa Kerajaan Lamuri, sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang pernah berkembang di pesisir Aceh. Namun, pada masa kejayaan Kesultanan Aceh di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607–1636), candi ini dialihfungsikan menjadi masjid.
Perubahan ini menandai babak baru dalam sejarah Aceh, di mana Islam semakin mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Uniknya, struktur dasar candi tetap dipertahankan, sehingga menciptakan perpaduan budaya yang harmonis. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga berfungsi sebagai benteng pertahanan, terlihat dari dinding batu tebal yang mengelilinginya.
Nama “Indrapuri” dan Jejak Hindu dalam Arsitektur Masjid
Nama Indrapuri sendiri memiliki makna yang kuat dan berhubungan dengan sejarah Hindu di masa lampau. Kata “Indra” merujuk pada Dewa Indra, salah satu dewa utama dalam agama Hindu yang dikenal sebagai penguasa langit dan pelindung para dewa. Sedangkan “Puri” berarti kota atau benteng dalam bahasa Sanskerta.
Kemungkinan besar, nama Indrapuri masih berkaitan dengan arsitektur Masjid Tuha Indrapuri yang mempertahankan elemen-elemen khas Hindu-Buddha. Hal ini terlihat dari:
Struktur Masjid yang Dibangun di Atas Fondasi Candi
Masjid ini tidak menggunakan pondasi seperti masjid-masjid pada umumnya, melainkan berdiri di atas batuan besar yang diduga merupakan sisa struktur candi Hindu.
Dinding Batu Tebal yang Menyerupai Benteng
Struktur dinding masjid lebih menyerupai tembok pertahanan, mirip dengan arsitektur candi atau kerajaan Hindu-Buddha.
Gerbang dan Halaman yang Luas
Beberapa bagian desain halaman masjid yang luas serta tata letak bangunan menunjukkan kemiripan dengan kompleks candi Hindu yang biasanya memiliki ruang terbuka sebagai tempat upacara keagamaan.
Meski demikian, untuk memastikan sejauh mana pengaruh Hindu masih tersisa dalam arsitektur masjid ini, tentu diperlukan kajian sejarah dan arkeologi lebih mendalam.
Keunikan Arsitektur yang Sarat Makna
Masjid Tuha Indrapuri memiliki bentuk yang berbeda dari kebanyakan masjid di Aceh. Tidak menggunakan kubah seperti masjid pada umumnya, masjid ini mengadopsi desain panggung dengan atap limasan bertingkat, mirip dengan arsitektur masjid kuno di Nusantara. Tiang-tiang kayu yang kokoh menopang bangunan, sementara dindingnya yang terbuat dari batu memperlihatkan jejak masa lalu yang masih bertahan.
Gerbang utama masjid mengarah ke halaman luas yang dahulu digunakan sebagai tempat berkumpul dan bertahan saat terjadi peperangan. Hingga kini, suasana di sekitar masjid tetap terasa sakral, terutama saat bulan Ramadhan. Di waktu-waktu tertentu, masyarakat sekitar berkumpul untuk menjalankan berbagai ibadah, dari shalat tarawih hingga tadarus Al-Qur’an.
Perjalanan Menuju Masjid Tuha Indrapuri
Bagi yang ingin merasakan atmosfer spiritual di masjid ini, perjalanan dapat ditempuh dengan mudah dari berbagai daerah di Aceh.
Dari Banda Aceh
Jarak: sekitar 24–25 km. Waktu tempuh: 35 menit menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum
Rute: melalui Jalan Nasional Banda Aceh-Medan, lalu menuju Indrapuri
Dari Aceh Tamiang
Jarak: sekitar 500 km. Waktu tempuh: 8–9 jam perjalanan darat.
Rute: mengikuti Jalan Nasional Lintas Timur Sumatera hingga Banda Aceh, lalu menuju Indrapuri
Bagi pengunjung yang baru pertama kali datang, masjid ini cukup mudah dikenali karena lokasinya berada di tepi jalan utama dengan arsitektur khas yang mencolok.
Warisan Sejarah yang Perlu Dijaga
Masjid Tuha Indrapuri bukan hanya bangunan tua, tetapi juga simbol perjuangan Islam yang telah bertahan selama berabad-abad. Meski telah mengalami beberapa kali pemugaran, keaslian bangunan tetap dijaga agar tidak kehilangan identitasnya. Upaya perawatan terus dilakukan oleh masyarakat setempat agar masjid ini tetap kokoh dan menjadi tempat ibadah bagi generasi mendatang.
Menelusuri jejak masjid ini bukan hanya perjalanan wisata religi, tetapi juga pengingat akan perjalanan panjang Islam di tanah Aceh. Di bulan suci Ramadhan, masjid ini semakin hidup dengan lantunan ayat suci dan kebersamaan umat Muslim yang merayakan spiritualitas dalam nuansa sejarah.
Melangkahkan kaki ke Masjid Tuha Indrapuri bukan sekadar melihat bangunan tua, tetapi menyelami kisah perjalanan keimanan yang telah mengakar kuat di tanah Rencong.**(RED)