Mudanews.com 0PINI | KALAU sepanjang sejarah Korea, rakyat Korea Utara atau rakyat Korea Selatan berharap presiden mereka bertemu, tujuan dan harapannya jelas. Mereka bisa bersatu kembali sebagai bangsa Korea yang utuh, sebagaimana bersatunya Jerman Barat dan Jerman Timur.
Sementara apa urgensinya tiap hari ribut Pak Prabowo harus ketemu Ibu Mega, atau Ibu Mega yang harus ketemu Pak Prabowo?
Memangnya apa yang bakal terjadi kalau mereka gak bertemu. Bakal bikin negara ini jadi terbelah dua kayak Korea atau Jerman di masa lalu? Kan enggak.
Kalau mau bertemu ya bertemu aja. Gak usah pakai syarat segala macam. Gak usah dipirkan siapa butuh siapa.
Masalahnya walau gak pernah disebut syaratnya, jelas sekali terlihat kalau Ibu Mega mau bertemu Pak Prabowo tapi ogah sepaket dengan Gibran. Dan Pak Prabowo akhirnya juga gitu, mau ketemu Ibu Mega tapi singkirkan dulu si Hasto. Itu sudah gak bisa ditawar-tawar, kata pengamat Josef H. Wenas.
Susah, kan?
Akhirnya sampai hari ini gak pernah jadi ketemuan. Pak Prabowo, yang kata adiknya, hampir dua tahun susah banget mau ketemu Ibu Mega, sekarang giliran Ibu Mega yang jadi susah banget mau ketemu Pak Prabowo, yang punya banyak kerjaan dan alasan buat menghindar.
Tapi faktanya, selama dua tokoh ini gak ketemu, kan negara kita baik-baik saja. Paling para pendukungnya yang heboh. Dan heboh pun cuma sebatas di medsos dan podcast. Gak sampai bentrok fisik. Kalau kemarin ada yang bikin aksi cap jempol darah, ah itu cuma emosi sekejap. Kalau Ibu Meganya yang melukai jempolnya sendiri, itu baru serius.
Jadi kalau selama dan sementara ini dua tokoh ini gak ketemu sebetulnya gak masalah. Gak bakal ada perang saudara.
Saya dulu juga pernah dimusuhin boss cewek. Setelah lama gak bertegur sapa, akhirnya ada satu kesempatan dia sebagai atasan mau menekan egonya untuk menyapa saya duluan. Bahkan pakai cipika cipiki segala. Dan selesailah semua persoalan.
Saya kok yakin, setelah dua kali gagal ketemu: pertama saat hari jadi PDIP, dan kedua saat ultah Ibu Mega, pasti bakal ada ketemuan tak terduga bukan dengan embel-embel politik. Tapi lebih ke kesamaan visi membangun Indonesia.
Ketika Ibu Mega mengirim minyak gosok ke Prabowo, sebetulnya itu pertanda baik. Sayangnya bocor ke publik, lalu jadi kacau ketika dibahas dan diulas habis dalam konteks politik. Ya sudah, mentah lagi.
Begitulah repotnya laki-laki menghadapi perempuan. Bukan cuma pada istri, bahkan pada anak perempuan sendiri. Kata Mas Sujiwo Tejo, “Perempuan bukan tentang yang dia ucapkan, perempuan selalu yang tak terucap.”
Semoga ungkapan itu gak berlaku buat Ibu Mega atau perempuan pada umumnya, dan gak bikin pusing Pak Prabowo memikirkannya. Sehingga ada titik temu untuk mereka bersatu.
Syukur-syukur bukan cuma ketemu Pak Prabowo, tapi ketemu berempat dengan SBY dan Jokowi. Jauh lebih sip.
Salam damai Indonesia.
Penulis : M Ali Musyafak & R Syukur