” Pemuda kemana langkahmu menuju?
Apa yang membuat kau ragu ?
Tujuan sejati menunggumu sudah,
Tetaplah pada pendirian semula,
Di mana artinya berjuang,
Tanpa sesuatu pengorbanan ?
Kemana arti rasa satu itu ?
Bersatulah semua seperti dahulu
Lihatlah kemuka,
Keinginan luhur ‘ kan terjangkau semua ”
( PEMUDA , dinyanyikan oleh Chasiero )
Demikian sekelumit lagu yang dinyanyikan di awal Diskusi di Gedung Juang Jalan Pemuda yang diinisiasi Solidaritas Mahasiswa Batak Universitas 17 Agustus Semarang beberapa waktu lalu yang menghadirkan 2 pembicara Supriyadi tokoh Pemuda dan Mantan ketua DPRD kota Semarang (2024-2019) dan Agung Sudarmanto ketua LKN (Lembaga Kebudayaan Nasional kota Semarang)
Penggalan lirik lagu Pemuda yang pernah tenar di tahun 1980, dibawakan oleh group bernama Chasiero(Mahasiswa UI ) menginspirasi artikel ini.
Sekelompok mahasiswa Batak yang sedang menimba ilmu di Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 , Semarang mengajak kami untuk berdiskusi yang bertajuk Refleksi Akhir tahun 2024.
Pokok bahasannya cukup menarik yaitu Peran generasi muda dalam mengimplementasikan nilai nilai nasionalisme berbingkai kebudayaan.Apresiasi wajib di berikan pada mereka ini yang memiliki kepedulian tinggi terhadap fenomena tergerusnya nasionalisme dan budaya lokal di tengah pusaran global yang makin menggila.
Jarak usia antara pemateri( nara sumber ) dengan anak anak muda yang berasal dari berbagai organisasi kemahasiswaan, nyaris hilang.
Perbedaan generasi sama sekali tidak terasa, diskusi berlangsung cair, lancar dan hidup.
Pertanyaan pertanyaan kritis diajukan saling berganti, kamipun makin bersemangat.
Apabila dikaitkan dengan lagu Pemuda tersebut, masih ada korelasi kuat antara lagu dan kondisi empiris saat ini meski berjarak lebih dari 40 tahun lalu.
Materi Diskusi
Para nara sumber menumpahkan informasi secara detail dan kesemuanya berbobot, sehingga mampu menambah wawasan para hadirin.
Sebagai mantan Ketua DPRD kota Semarang beliau menekankan banyak kebijakan yang menyangkut kebudayaan bagi generasi muda sudah terwujud dengan baik.
Berbagai lomba, festival budaya sudah sering digelar dengan mengajak sanggar sanggar tari sebagai pesertanya.Fasilitas lainnya adalah menyediakan Rumah Kebudayaan dimana generasi muda turut mengambil bagian.
Beliau menekankan bahwa tidak keberatan generasi muda menyenangi K Pop yang memang sudah mendunia atau sinetron yang menayangkan Drakor alias drama Korea
Sebelum gandrung pada budaya luar terlebih dahulu harus mencintai sepenuh hati budaya sendiri yang adiluhung
Kenali dirimu sendiri sebelum memahami orang lain.
Kota Lama telah dibuka sejak lama sebagai wahana pengembangan wayang yang menggandeng kelompok generasi muda Ngesti Pandawa,selera anak muda pasti berbeda dengan generasi old yang cenderung tradisional.Beliau mengakui bahwa menggandeng anak muda untuk menyerap warisan budaya bukan hal yang mudah,butuh kesabaran dan ketelatenan yang paripurna.
Gedung kesenian yang sudah berusia ratusan tahun bernama Sobokarti mulai dilirik untuk penyelenggaraan pagelaran wayang Kulit berdurasi satu jam misalnya,memakai narasi bahasa Inggris agar wisatawan asing juga dapat menikmati budaya Jawa yang sarat dengan nilai nilai filosofis yang sangat indah.
Pak Supriyadi memang luar biasa di dalam ” mandegani ” kiprah kota Semarang menuju kota Wisata baru di tingkat nasional maupun internasional.
Masih ada fasilitas yang memadai sebagai sarana publik untuk berekspresi yakni kehadiran Taman Indonesia Kaya yang terletak di jalan Menteri Supeno.Berkat kerjasama dengan Djarum Foundation yang selalu menunjukkan kepedulian pada budaya , pariwisata dan olah raga.Disinilah publik dapat dengan bebas mengekspresikan minatnya di bidang budaya secara cuma cuma .
Kita semua sepakat bahwa sebagai identitas bangsa, kebudayaan termasuk kesenian serta seni tradisi tidak boleh rapuh lalu mati.
Disinilah generasi muda di dorong untuk melestarikannya melalui digitalisasi yang mencakup promosi, berbagi cerita tentang keunikan tradisi masing masing pulau nan berjauhan.
Berkaitan dengan hal tersebut, terbuka kesempatan bagi adik adik mahasiswa Batak untuk menjalin kemitraan baik dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan di tingkat kabupaten/kota sampai Propinsi.
Agar mereka secara aktif berperan serta dalam berbagai event.
Misalnya saja festival tari, menyanyi, busana hingga kuliner halal.
Sebagaimana diketahui suku Batak piawai dalam menyanyi disertai gerakan tubuhnya yang bagus.
Dibantu dengan kehadiran digitalisasi, tukar menukar informasi kesenian dan tradisi bukan hal yang sulit.
Kenapa interaksi budaya semacam itu tidak dicoba?
Pemateri kedua adalah Agung Sudarmanto, seorang dokter yang warna senimannya melebihi profesi aslinya. Selain juga seorang ideolog handal sejak mahasiswa.
Dengan runtun informasi mengenai Nasionalisme dikemas secara apik sekaligus menarik.
Dimulai dari pendapat Ben Anderson pentingnya nasionalisme yang digali dari sisi akar budaya.
Sebab dari sanalah lahir kesadaran nasionalisme, ethnografi, dll yang kemudian menandai tahap perjalanan suatu bangsa.
Nasionalisme yang merupakan faham kebangsaan mencakup sikap politik yang berujung pada kesetiaan terhadap bangsa sendiri,di dalam Nasionalisme terkandung sikap mental, loyalitas, pengabdian tinggi terhadap bangsa dan negara.
Seorang Nasionalis tidak akan pernah berhitung sebesar apa pengorbanan yang sudah diberikan sepanjang menyangkut kepentingan rakyat.
Agung Sudarmanto menyatakan bahwa kebudayaan menunjukkan perilaku manusia yang diajarkan terus menerus, dari generasi ke generasi secara jasmani maupun rokhani.
Hasil olah pikir bernafaskan budaya melahirkan bermacam macam motif batik seperti parang rusak, parang Barong, parang klithik , kawung dll
Pada awalnya corak batik berasal dari rakyat tetapi kemudian di ambil alih oleh fihak kraton untuk dimodifikasi menjadi karya yang lebih elok dan bermutu.
Konon di zaman dahulu rakyat menjalankan aksi ” pepe ” atau berpanas panas di alun alun sebagai bentuk perlawanan rakyat kecil terhadap penguasa yang menindas.
Ekspresi tersebut kemudian di zaman modern disebut dengan Demonstrasi baik berskala besar maupun kecil.
Dengan demikian pemerintah tidak perlu alergi terhadap demonstrasi, hadapi dengan kelembutan tanpa kekerasan melalui semprotan water canon yang menciderai mata
Ekspresi rakyat harus disikapi dengan kedewasaan, sebab kita adalah bangsa yang berbudaya.
Sebagai pemateri terakhir, penulis hanya melengkapi pembicara pembicara terdahulu dengan menyampaikan sekelumit Sejarah Jateng yang selalu dikonotasikan sebagai provinsi termiskin di pulau Jawa.
Juga ketinggalan dibanding provinsi tetangga di bidang investasi dan ingustri
Dalam kondisi hidup, mengabdi dan membangun karier di era orba sebagai abdinegara( PNS) tentu saja harus pandai pandai menyesuaikan diri di dunia birokrasi yang terkenal rumit.
Bertugas di institusi yang bertanggung jawab di bidang penanaman modal , di tuntut berfikir kreatif, inovatif punya nyali untuk bersaing ketat menggaet investor dari mancanegara.
Tanpa pernah bermimpi, Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Jateng atau lebih tersohor dengan nama plesedan kantor deparlu ( depan pasar Bulu ) ditugasi Gubernur Ismail ( alm )untuk mewujudkan Sister Province dengan negara bagian Queensland, Australia yang maju dan modern.
Nampak tidak seimbang bilamana menjalin suatu kemitraan setara.
Kala itu tak seorangpun di lembaga kami yang dipimpin oleh alm bapak Ir.Soesmono memiliki pengalaman di bidang diplomasi atau hubungan bilateral
Seluruh staf yang terlibat tidak punya modal kecuali ” bonek ” atau bandha nekad.
Kita semua akhirnya optimis dengan mengantongi izin dari Pemerintah Pusat, cq Departemen Luar Negeri dibawah Menlu alm bapak Alex Alatas.
Provinsi Jateng kemudian menindak lanjuti penugasan dari Pemerintah Pusat tersebut dengan perasaan lega berupa penandatanganan
MOU oleh Gubernur Ismail dan Premiere Queensland Wayne Goss , di Brisbane pada tanggal 23 September 1991
MOU yang dibuat berdasarkan prinsip saling membantu dan saling menguntungkan meliputi 6 bidang yaitu, pertanian, pendidikan, kesehatan, perhubungan dan pariwisata, industri, investasi.
Jalinan kerjasama yang baru untuk pertama kali dilakukan dalam waktu yang relatif singkat berbuah manis dan memberi dampak positif bagi politik luar negeri Indonesia.
Banyak cara untuk membina hubungan antar negara asal kita bertumpu pada potensi ideal misalnya kebudayaan yang mantap.
Tidak saja melalui diplomasi politik tetapi juga diplomasi budaya yang terkadang hasilnya lebih cepat , tepat dan signifikan.
Keberanian Jateng untuk menggelar parade seni di Warana Festival pada tahun 1994 ( 30 tahun lalu) adalah langkah spektakuler.
Dibawah pimpinan pak Soesmono selaku Wakil Gubernur, kekuatan personil sebanyak 200 orang seniman seniwati, sungguh memukau ketika tampil di panggung Piazza di tepi sungai Brisbane yang indah.
Disaksikan sekitar tiga ribu penonton, paket kesenian tradisional yang dikemas selama 75 menit mampu menghangatkan udara dingin yang mencekam Brisbane.
Parade seni berasal dari berbagai daerah di Indonesia lengkap tersaji.
Ada kedinamisan tari Bali, kekenesan tari Jaipong Betawi, kelembutan tari Jawa klasik , kesangaran penuh mistik dari reog Ponorogo mampu menyihir masyarakat Brisbane yang sebelumnya tidak pernah mengenal kesenian Indonesia yang beragam itu
Wonderful, amazing, komentar mereka secara spontan ditingkah tepuk tangan gemuruh
Musik khas akar rumput seperti campusari dan ndangdut tidak mau ketinggalan ikut meramaikan Festival budaya tersebut.
Hadirin turut bergoyang mengikuti irama seronok menambah kemeriahan suasana City Botanic Garden yang rimbun dikelilingi pohon pohon berusia ratusan tahun.
Pengunjung juga dapat menikmati cemilan khas Jateng diantaranya, lunpia, risoles, tempe mendoan, es cendhol , rempeyek kacang, dll.
Demam Indonesia telah melanda penduduk Brisbane, eksotisme Asia telah merebut hati tuan rumah melalui penetrasi kebudayaan.
” Keharuan senantiasa hadir, setiap kita menyaksikan kesenian Indonesia tampil di luar negeri ” , begitu ungkap alm. Pak Soesmono yang tetap melekat sepanjang hayat.
Tidaklah afdhol apabila tidak disampaikan capaian dari kebijakan Provinsi Kembar sebagai berikut :
- Hadirnya Central Java Information Center dengan tetenger replika Candi Borobudur yang legendaris
- Sumbangan satu set gamelan Jawa bernama Nyai Jati Diri untuk museum di Sydney.
- Pertukaran guru, dosen, pelajar dari kedua negara
- Bahasa berhasil menjadi salah satu bahasa asing yang diminati pelajar Australia.
- Didirikannya paviliun geriatri di Rumah Sakit Dokter Kariadi bernama paviliun Prof Budhidarmoyo, sebagai penggagas ilmu geriatri.
- Pembangunan kawasan Puri Madukoro dan Puri Anjasmoro sebagai hunian modern di tepi pantai
- Juga Pantai Marina yang asri , hasil investor lokal yang terinspirasi Gold Coast di Brisbane
Pengalaman Jateng yang hebat dan luar biasa ini, hendaknya dapat dilanjutkan oleh Gubernur baru.
Mampukah??
Beyond my imagination
Selamat jalan tahun 2024, Selamat datang tahun 2025.
Semarang 29 Desember 2024
Oeoel Djoko Santoso