Mudanews.com OPINI l Bagi perempuan Indonesia, Hari Ibu adalah ” hari keramat ” yang wajib diperingati sekaligus merenungkan sudah sampai sejauh mana perjuangan perempuan untuk menikmati kesetaraanya di ruang-ruang publik.Perjuangan perempuan yang digaungkan di Yogya pada tanggal 22 Desember 1928, sebagai kelanjutan dari Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928. Dimana membuktikan bahwa perempuan juga ikut mengambil peran dalam meraih kemerdekaan.
Keberanian perempuan-perempuan Nusantara tidak diragukan lagi, baik dalam bentuk phisik maupun melahirkan perempuan-perempuan yang revolusioner.
Semangat heroik patriotik inilah yang diwariskan pada perempuan di era modern, agar berkiprah di berbagai sektor tanpa meninggalkan perannya sebagai ibu, istri dan warga bangsa yang mandiri.
Khusus menyumbangkan pemikiran-pemikiran bernas ditataran operasional.
Lebih jauh lagi perempuan juga dituntut menghasilkan generasi produktif, inovatif,cerdas untuk memasuki Indonesia Emas 2045. Perasaan haru menyelimuti kalbu ketika mendengar, melihat dan membaca di medsos atau berita di koran koran tentang kekerasan, pelecehan, hingga pembunuhan terhadap perempuan di pelosok Tanah Air.
Tentu tidak pernah terbayangkan oleh para perempuan pencetus Kongres Perempuan tersebut 96 tahun lalu, ternyata belum sepenuhnya cerah.
Wajah ibu Pertiwi masih tertutup kabut duka mendalam dengan luka luka kecil dan besar menganga di sekujur tubuhnya.
Sejak Indonesia merdeka 79 tahun lalu pemenuhan kebutuhan dasar selalu menjadi permasalahan pokok yang tidak kunjung teratasi. Adapun kebutuhan dasar( basic needs) yang hakiki meliputi : sandang , pangan, papan , pendidikan dan kesehatan disingkat SP3 Kes, belum terpenuhi secara merata.Rasa aman masih sebatas angan-angan , sebab berbagai ancaman masih mewarnai kehidupan perempuan di semua tingkatan.
Problem lain di bidang kesehatan seperti stunting/tengkes masih saja membayangi di kota dan desa, lalu ada gagal ginjal yang menyerang anak-anak di usia dini merupakan keprihatinan tersendiri
Kaum remaja sebagai bunga bangsa dan calon pemimpin masa depan dijangkiti penyakit global, misalnya HIV Aids, kecanduan narkoba sangat mengkhawatirkan.
Dunia kampus yang selama ini dianggap steril dari tindak kejahatan , ternyata juga menjadi zona rawan.
Ada jual beli guru besar, transaksi untuk mendapatkan gelar doktor super cepat dan yang terakhir cukup mengejutkan. Salah satu universitas berbasis agama di Makasar menjadi pusat pencetakan uang palsu yang melibatkan dosen.
Serbuan barang-barang import yang branded dan bernilai ratusan juta rupiah merupakan wujud gaya hidup hedon yang dianut para selebritis tanpa memikirkan kebutuhan dasar akar rumput
Persoalan baru yang mengejutkan adalah para pelaku UMKM yang sebagian besar perempuan akan dibidik oleh penarikan Ppn 12 persen.
Sungguh ajaib
dulu mereka didorong untuk meningkatkannya pertumbuhan ekonomi dan kewirausahaan
Sekarang malah akan ” dihadiahi ” pajak di ujung tahun 2025. Penulis tidak ingin menyeret publik agar bersikap sinis, apatis, pesimis melainkan mendorong agar gigih melawan ketidak adilan tersebut.
Salah satu solusi agar kita semua berada di jalur yang benar dan humanis yaitu menghidupkan pelajaran Budi Pekerti di sekolah sekolah.
Di usia rentan 79 tahun ini , hendaknya menjadi titik balik untuk melawan semua penyakit di bidang poleksosbud. Keamanan harus diwujudkan secara riil tanpa basa basi yang memuakkan.
Satu satunya Presiden Indonesia yang paling concern terhadap perempuan adalah Bung Karno, karena beliaulah yang memutuskan tanggal 22 Desember sebagai HARI IBU
Semarang ,18 Desember 2024
Ny.Oeoel Djoko Santoso,seorang aktifis marhaenis tinggak di Semarang