Perempuan Dan Pilkada

Breaking News

- Advertisement -

Mudanews.com OPINI Dimulai dari zaman Mataram kuno, Majapahit, Mataram Islam, sejarah Indonesia ditaburi pemimpin-pemimpin  perempuan sebagai Ratu/ Maharani semisal, Pramodhawardhani, Gayatri, Suhita, Ratu Shima, Ratu Kalinyamat dan sebagai Panglima Perang seperti Malahayati, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, Nyi Ageng Serang , Retno Dumilah serta masih banyak lagi yang tidak mungkin disebut satu persatu.

Memasuki belantara politik dibutuhkan keberanian luar biasa dari seorang perempuan selain harus tetap memainkan perannya sesuai kodrat. Dia harus berani melawan intrik, dirty game yang sadis baik yang dilakukan lawan politiknya maupun kawan sendiri,Dengan demikian perempuan yang sudah berani terjun di kancah politik, harus memiliki ” nyawa rangkap ” sekaligus ketegasan luar biasa melebihi laki-laki.

Menurut Nurani Soyomukti dalam bukunya bertajuk Perempuan di mata Soekarno( Penerbit Garasi, 2009 ), ada hambatan sejarah yang menyebabkan masyarakat kita tidak pernah berani mengatakan secara tegas, peragu, plin plan, dan pengecut, tidak berani membedakan mana yang putih dan mana yang hitam

Masyarakat yang munafik dan takut realitas “Artinya itulah kenyataan yang sedang kita hadapi saat ini.Sesungguhnya yang dibutuhkan adalah Negarawan bukan politisi-politisi  cengeng, pragmatis dan oportunis.

DiJateng politisi perempuan yang mengikuti kontestasi politik di sejumlah daerah tercatat sekitar 15 orang tersebar mulai dari pantura hingga bagian selatan Jawa Tengah, sebut saja Brebes, Pekalongan, Kendal, Kota Semarang, Demak, Kudus, Rembang, kemudian kabupaten Semarang, kota Salatiga, kota Sala, Sukoharjo, Purbalingga, Banjarnegara, Purworejo, Kebumen. Tentu ada yang menang dan ada yang kalah, tetapi kesemuanya itu merupakan pembelajaran yang sangat berharga.

Prestasi yang patut dicatat dengan tinta tebal adalah kemenangan yang diraih seorang politisi berpengalaman bernama Agustine Wilujeng seorang Sarjana strata tiga lulusan Undip dari kalangan nasionalis yang minoritas dari segi agama, telah berhasil merebut hati rakyat Semarang dengan gemilang ( capaiannya mendekati 55% ) Kecerdasan dan kedewasaan para pemilih di kota Semarang patut di apresiasi setinggi-tingginya.

Agustine mampu melewati badai dan jalan berliku yang terjal berbekal kekuatan ideologi selain komitmen yang kuat untuk menyejahterakan seluruh masyarakat tanpa kecuali
Perempuan non politisi dan non partisan juga mengambil peran sebagai relawan dari berbagai komunitas, mereka bergerak lincah tanpa lelah dalam ikatan solidaritas, soliditas, dan militansi yang tidak diragukan.

Perempuan diibaratkan sebagai penghias Tamansari Kebangsaan, bak bunga aneka warna yang harum mewangi, puspa indah taman hati yang terlukis di dinding NKRI
Penulis yakin perempuan Indonesia akan mampu menempatkan dirinya sejajar dengan tokoh-tokoh  dunia seperti Indira Gandhi, Margaret Thatcher, Corrie Aquino, Hillary Clinton, dlsb

” Selamat memperingati HARI IBU tanggal 22 Desember dengan hati damai dan nurani yang senantiasa berpendar dikala gelap ”

🇮🇩 ” Tidak ada Bangsa Besar, jika tidak bertumpu pada ideologi yang mengakar pada nurani rakyatnya ”
( Megawati Soekarnoputri, pidato pada peringatan Hari Lahirnya Pancasila , 1 Juni 2011 )

Semarang 6 Desember 2024
Oerip Lestari Djoko Santoso, Eksponen Marhaenis Tinggal di Semarang

Berita Terkini