Oleh: Saiful Huda Ems.
Mudanews.com– Haqul yakin bukan hanya dirasakan oleh saya, namun juga oleh banyak orang, bahwa Presiden Prabowo Subianto itu memiliki karakter yang terbuka, setia kawan dan terakhir sangat sopan, sangat berbeda jauh dibanding Prabowo muda. Ini seolah menyiratkan, Presiden Prabowo sudah mulai memahami benar kultur asli orang Indonesia, khususnya masyarakat Jawa yang dikenal sangat menjunjung tinggi andhap asor (santun, beradab dan suka merendah/tawadhu’).
Tetapi di sisi lain, Presiden Prabowo juga memiliki karakter yang sangat membingungkan. Getol bicara demokrasi dengan berapi-api, namun setelah itu malah bersikap yang tidak demokratis. Contoh terakhir adalah ketika Presiden Prabowo dengan sadar ikut campur dalam PILKADA, baik itu di Jateng maupun di Jakarta.
Kita tentu sangat terkejut dan heran, kenapa Presiden Prabowo tiba-tiba mau-maunya berkampanye mendukung Komjen Purnawirawan (Polisi) Lutfi di Jateng. Sebagai rakyat kita sangat kasihan dengan tindakan Presiden Prabowo ini, karena dengan memberikan dukungan tersebut, rakyat menangkap pesan kuat, bahwa Presiden Prabowo tunduk dibawah pengaruh Jokowi. Selain itu Jokowipun harusnya bertanggung jawab, karena telah merendahkan marwah presiden menjadi jurkam.
Presiden harusnya menjadi pemimpin negarawan dan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Jadi Presiden Prabowo harusnya jangan direndahkan menjadi jurkam. Jokowipun seharusnya tidak perlu meminta bantuan Presiden (Prabowo) bagi kepentingan kekuasaannya sendiri.
Dalam kapasitasnya sebagai Presiden Republik Indonesia, seharusnya Prabowo tidak menurunkan derajat dirinya sendiri dengan mau cawe-cawe untuk soal PILKADA seperti itu. Itu sama percis dengan apa yang telah dilakukan oleh presiden pendahulunya, Jokowi menjelang PILPRES 2024 yang kemudian “dilabrak” oleh banyak akademisi dan politisi.
Presiden Prabowo juga selalu menekankan perlunya pemerintahan yang bersih dan jauh dari korupsi, namun Presiden Prabowo sendiri telah banyak mengangkat orang-orang yang bermasalah dengan hukum (terindikasi korupsi) untuk menjadi anggota kabinetnya. Tidak perlu disebutkan siapa-siapa mereka karena terlalu banyak.
Pernyataan Presiden Prabowo yang bersumpah ingin berbuat baik untuk mensejahterakan rakyat Indonesia di sisa umurnya, tentu juga sangat menyentuh hati banyak orang. Hal seperti itu juga sangat layak untuk kita aminkan, karena mau itu basa-basi atau sungguhan, kalimat-kalimat yang positif yang keluar dari lisan pemimpin, haruslah tetap diapresiasi.
Akan tetapi jika dalam kenyataannya nanti pernyataan Presiden Prabowo tersebut tidak ada keselarasan dengan tindakan-tindakannya, itu mau tidak mau, suka tidak suka, harus kita peringatkan ! Kenapa demikian? Karena para politisi sendiri seringkali mengingkari janjinya, bahkan seringkali pula tidak mempercayai ucapannya sendiri, lalu bagaimana kita mau mudah mempercayainya?.
Banyak orang mengatakan Prabowo sudah selesai dengan dirinya sendiri, karena beliau sudah kaya raya, tidak terlalu terbebani oleh persoalan-persoalan keluarga dan lain sebagainya. Kendatipun demikian, ingat, sejarah perjalan Republik Indonesia ini juga telah banyak diwarnai oleh penghianatan-penghianatan yang dilakukan oleh para pejabat-pejabatnya sendiri, yang sebelumnya juga telah dilakukan Sumpah Jabatan. Dan mereka yang korupsi-korupsi itu bukan orang-orang yang miskin kan?
Hal yang teramat janggal, ketika Prabowo sudah menjadi presiden namun masih mau-maunya sowan ke mantan Presiden Jokowi di Solo. Jika alasannya untuk silaturrahmi ke mantan Presiden, kenapa Presiden Prabowo tidak mendatangi juga ke Ibu Megawati Soekarno Putri, ke Ibu Shinta Nuriyah Wahid (istri Gus Dur) atau ke SBY?.
Sowan bolak-balik Presiden Prabowo ke Jokowi ini seolah-olah menunjukkan, bahwa Presiden Prabowo aslinya masih lemah, tidak percaya diri atau takut dengan Jokowi, memangnya ada apa? Adakah kasus besar Prabowo yang masih disimpan oleh Jokowi? Adakah operator-operator politik Jokowi yang masih “menggurita” di Pemerintahan Prabowo dan Presiden Prabowo tidak punya kekuatan untuk menyingkirkannya?.
Sebagai mantan prajurit militer, Jenderal Purnawirawan (TNI) Bintang Empat, apalagi sekarang ini menjadi Presiden, Prabowo harusnya menunjukkan kewibawaannya, menunjukkan kehormatannya, menunjukkan kemampuannya sebagai pemimpin terkuat, cerdas dan cakap yang tidak perlu lagi “bersandar” pada Jokowi yang terindikasi banyak kasus di masa kepemimpinannya.
Namun jika apa yang dilakukan oleh Presiden Prabowo ini hanya sebagai taktik dan strategi, ya tidak masalah. Semua itu yang tahu hanya Presiden Prabowo sendiri. Hanya saja sebagai rakyat yang menaruh harapan besar pada kepemimpinan nasionalnya, kita juga tentunya harus selalu mengingatkannya agar Presiden Prabowo yang dinilai oleh banyak orang sebagai sosok yang tegas namun lugu itu, tidak dibodohi oleh Jokowi yang lihai bersilat lidah…(SHE).
Jakarta, 9 November 2024.
Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Analis Politik.