Penulis: Ninoy Karundeng
Pernyataan Presiden Prabowo Subianto untuk memberangus judi online di Indonesia sungguh patut diapresiasi. Polri bertindak cepat menangkap pegawai Komdigi. Penangkapan terhadap Fakhri Dzulfiqar ini menampar Budi Arie. Meutya Hafid yang baru menjabat dibuat kaget.
Komdigi, dulunya Kominfo adalah sarang para penjahat. Judi online menjadi bagian dari setoran berkarung duit cash. Tiap minggu. Teriakan tak digubris. Senyap. Backing, beking judi online adalah pejabat tinggi. Termasuk di Komdigi.
Operator judi online ada di berbagai kota di Indonesia selain Medan dan Jakarta Raya. Itu yang di dalam negeri.
Yang di luar negeri ada di Kamboja, sedikit Laos. Di Kamboja ada perkampungan operator judi online dan scammers di Sihanoukville, Preah Sihanouk. Tentu di Phnom Penh. Orang mana operatornya? Indonesia. Boss-nya? Indonesia.
Gaji para operator judol ini kecil. Cuma Rp4,5 juta. Tidak sebanding dengan nilai ratusan triliunan judi online yang memiskinkan orang yang sudah melarat di Indonesia. Gaji mereka tak ada sekukunya setoran ke Kominfo yang puluhan miliar per minggu.
Orang macam Fakhri Dzulfiqar ini menjadi penghubung antara bandar judi online, operator, dan pejabat Kominfo. Dengan ditangkapnya Fakhri, apa yang harus dibongkar? Dan, caranya?
Dari Fakhri, Polri harus mengorek: kasir atau operator yang memiliki otoritas transaksi mencairkan duit pemain judol. Operator ini yang memiliki otoritas mencairkan duit pemain pinjol jika menang. Dan, dia mengetahui seluruh aliran dana hasil judi online.
Selanjutnya, Polri harus mengorek rekening asli tapi palsu yang dipakai oleh operator judol, bos judol, bandar judol. Rekening tersebut ada dalam rekening bank-bank di Indonesia. Lalu?
Dari banyak rekening tersebut ada penarikan-penarikan secara cash. Uang itulah yang dipersembahkan ke pejabar Kominfo. Itulah yang dipakai oleh Fakhri Dzulfiqar dan pejabat Kominfo dan Komdigi untuk pesta-pora.
Yang sulit dijangkau adalah server. Server mereka menggunakan clouds di Singapura dan Eropa. Ini mereka tidak peduli untuk apa dipakai. Asal bayar. Yang memakai server di Indonesia tergolong nekad.
Di Kamboja seluruh infrastruktur judol tersedia. Termasuk gedung dengan fasilitas internet dan listrik dengan keamanan maksimal: online dan offline.
Kenapa, selain menyikat di dalam negeri, Kamboja menjadi target penting? Karena dari situlah 70% operasi kegiatan aktivitas judol berlangsung. Dengan ditangkapnya Dzulfiqar dan 10 pejabat Komdigi, Polri bisa mengembangkan ke Kamboja.
Bisa bekerja sama dengan otoritas di Kamboja. Untuk mengusir puluhan ribu scammers dan operator pekerja judol Indonesia di Sihanoukville. Jika mampu memberantas sumbernya di Kamboja, maka dipastikan para Dzulfiqar dan pejabat yang jadi beking judol akan: ngamuk.
Pintu bernama Dzulfiqar harus digali ke dalam. Seret ke Kamboja. Tentu tak mudah bagi Kamboja untuk mengusir puluhan ribu operator aktivitas judi online berkedok bekerja macam-macam. Karena mereka adalah 30-40 yang menghidupi nadi Kota Sihanoukville; 5% menghidupi Phnom Penh.
Dan, dari situlah judi online menghajar para orang miskin, pekerja berpenghasilan rendah, sopir taksi, pekerja pabrik, menjadi melarat. Sudah miskin makin miskin. Yang kaya macam Dzulfiqar dan pejabat Komdigi/Kominfo dan beking judol para crazy rich. Kita dukung Polri merangsak ke sana. Semoga.