Pram-Rano Andika-Hendi: Perlawanan Rakyat Vs. Politik Kepentingan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Pilgub Jakarta dan Jawa Tengah menunjukkan dinamika politik luar biasa. KIM + dengan Ridwan Kamil dan Ahmad Luthfi tertinggal dalam survei. Pram-Rano unggul dengan 41,5 persen dalam survei LSI. Sementara Andika-Hendi unggul 48,7% atas Luthfi-Yasin.

Ini menarik. Dua bulan lalu, tak terbayangkan Pram-Rano akan mampu menyapu Ridwan Kamil. Kekuatan KIM Plus Plus tak tertandingi. Bahkan dengan scenario awal mendudukkan boneka Kun, dengan asumsi DPR menuruti scenario Raja Jawa. Kini, muncul trend Pram-Rano naik.

Naiknya elektabilitas Pram-Rano disebabkan oleh tiga hal. Pertama, sosok catatan media social Ridwan Kamil yang terlalu jorok dan menghina Jakarta. Warga Jakarta tidak membutuhkan Ridwan Kamil, yang tidak cinta Jakarta. Hanya urusan besaran duit APBD yang menarik Ridwan ke Jakarta.

Kedua, Pram-Rano muncul jadi tokoh alternative di tengah kepenatan public melihat drama politik yang merendahkan nalar rakyat. Lewat permainan konstitusi. Meskipun rakyat sesungguhnya bukan tidak punya nalar. (Rakyat justru mengukur kenekatan elit politik pimpinan Jokowi. Kini Jokowi mulai ditinggalkan hingga minta Projo jadi Parpol. Ini indikasi kuat dia ditinggalkan para parpol.)

Maka pencalonan Pram-Rano adalah oase perlawanan kecerdasan rakyat melawan otoriterianisme. Parpol diborong hanya untuk menyingkirkan PDIP. Tentu, politik bertujuan merebut kekuasaan dan duit – entah korupsi atau legal. Rakyat berpihak ke yang dianggap didzolimi: Pram-Rano.

Ketiga, KIM Plus tidak merasa sreg dengan Ridwan-Sus. Kenapa? Keduanya hanya merepresentasikan kepentingan PKS. Catatan Panjang tentang Ridwan adalah terkait dengan PKS di Bandung. Dia adalah kaki-tangan PKS yang bermetamorfose di mana-mana. Kini di Golkar. Tentu partai-partai lain paham betul dengan mereka.

Sementara di Jawa Tengah, kondisi yang nyaris sama tengah berlangsung. Popularitas 67% Ahmad Lufhfi tak mampu dikonversi menjadi unggul di elektabilitas. Kenapa justru kini Andika unggul di Jawa Tengah? Meski Lufhfi didukung oleh Fufufafa sekali pun?

Faktor kebenaran dan hati Nurani kini menyadarkan rakyat Jawa Tengah. Bahwa enough is enough. Sosok konsisten dan tegas, yang mewakili rakyat Jawa Tengah ada dalam diri Andika-Hendi.

Pengeroyokan oleh KIM Plus Plus, dengan segala dinamika menggerakkan kades, dengan kelemahan bawaslu, kpud, dan sebagainya, tetap tidak memberikan ruang Luthfi naik. Bahkan dikotomi TNI lawan Polri sempat memanas di Pilgub Jateng.

Lalu, apa makna dari fenomena tersebut, untuk menyebut banyaknya perlawanan dari rakyat di daerah-daerah terhadap politik borong partai?

Melihat dinamika politik, pasca lengsernya Jokowi, dan harapan besar rakyat terhadap Prabowo, rakyat sesungguhnya sudah jenuh dengan aneka permainan politik culas menghalalkan segala cara. Pamer kekuatan partai untuk menyogok rakyat dengan bansos.

Maka, jangan heran perlawanan rakyat akan diwujudkan terhadap oligarki politik dan kekuasaan. Caranya? Rakyat akan memilih calon yang dianggap lemah, yang tidak mewakili oligarki partai politik dominan. Seperti terjadi dengan Pram-Rano di Jakarta dan Andika-Hendi di Jateng. (Penulis: Ninoy Karundeng).

Berita Terkini