PNIB : Banjir Impor Beras di Negara Agraris, Negara Tidak Boleh Kalah Dengan Mafia Beras Dan Negara Harus Menang Lawan Intoleransi Khilafah Wahabi Radikalisme Terorisme

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Mudanews.com Jombang – Kebutuhan beras sebagai makanan pokok penduduk Indonesia setiap waktu mengalami peningkatan. Meskipun lahan pertanian tersedia, namun stok beras dari petani lokal jauh dari kebutuhan pangan nasional. Mayoritas petani padi tradisional seperti mati enggan hidup tak mau karena hasil panen tidak sepadan dengan kerja keras mereka di sawah.

Persoalan petani dan pertanian di Indonesia dikomentari oleh Ormas lintas budaya dan tradisi Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) melalui ketua umumnya Gus Wal. Menurutnya pertanian yang seharusnya menjadi industri unggulan justru sedang kalah bersaing dengan produk impor. Tak terkecuali beras.

“Lahan pertanian kita masih luas namun untuk menanam padi, para petani kebanyakan masih menggunakan cara tradisional. Hasilnya sudah pasti tidak maksimal karena mahalnya pupuk, pestisida dan belum lagi tengkulak gabah yang mengelilingi petani kita. Menurut kami persoalan mendasar mengapa kita tidak mampu swasembada beras di negara Agraris ya itu. Pertanian khususnya padi tidak dikelola menjadi investasi dan industri. Para mafia dagang sibuk melobby pemerintah untuk impor beras sebanyak banyaknya” ungkap Gus Wal kepada awak media

Ratusan ribu beras impor tiap tahun menunjukkan kita menjadi bangsa yang urusan pangan tergantung dengan negara lain. Menurut Gus Wal ini berpotensi membahayakan kedaulatan bangsa ketika negara tujuan impor beras kita memegang kendali harga dan kualitas.

“Urusan pangan kita tergantung negara lain dan ini bukan semata tentang kita punya uang untuk membeli beras atau tidak. Tapi efek ketergantungan yang tinggi membuat kita jadi dikendalikan oleh negara lain. Bayangkan kalau negara Vietnam, Thailand dan Kamboja menaikkan harga beras atau tiba-tiba memutuskan hubungan dagang beras, tidak mustahil kita jadi mengemis demi mendapatkan bahan makanan” imbuh Gus Wal.

PNIB menghimbau kementerian terkait mulai mempertimbangkan pemberdayaan petani lokal secara maksimal dengan harapan mengurangi tingginya ketergantungan asing yang berdampak pada kedaulatan bangsa.

“Fasilitasi dan ajari petani lokal bercocok tanam, menggunakan teknologi. Kalau negara Vietnam, Thailand, kamboja saja bisa mengapa kita tidak bisa?. Sudah waktunya pemerintah ke depannya berpihak kepada rakyat, khususnya petani yang selama ini hanya menjadi pelengkap sebuah negara agraris namun tidak diberdayakan. Beras hasil petani lokal lebih mahal sedikit tidak masalah karena itulah hasil kerja keras petani. Kalau hasil panen lokal dihargai murah karena kalah bersaing dengan beras impor, maka yang perlu dihentikan adalah impornya. Kedaulatan pangan itu harga mati bagi kedaulatan bangsa. Negara tidak boleh kalah dengan mafia dagang yang menawarkan keuntungan namun menyengsarakan petani”.
Ketahanan Dan Kedaulatan Pangan adalah Kunci Sukses Bangsa Indonesia mengarungi era baru dalam pemerintahan baru, Jangan Terus menerus bergantung dengan import.
Selain itu Narkoba, Judi Online, Pinjaman Online, Prostitusi Online, Intoleransi, Wahabi Khilafah Radikalisme Separatisme Terorisme adalah musuh besar bangsa Indonesia Kini dan nanti yang sesegera mungkin harus mendapatkan porsi lebih untuk segera diatasi, Negara Wajib menang, Negara Tak Boleh Kalah, Dukung Penuh Densus 88 Polri dan TNI tumpas Tindak Tegas Khilafah, Intoleransi, Radikalisme Separatisme Terorisme pungkas Gus Wal.

Berita Terkini