Paradoks Berfikir Prabowo, Reformasi Dikecam Habis Namun Menikmati Hasilnya

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Ditulis :Heru Subagia  – Pengamat Politik

Mudanews.com Sah-sah saja untuk bertindak dan berbuat ketka seseorang atau kelompok mendapatkan kemenangan politik dan kemudian melakukan pembersihan dan juga pembelaan terhadap perjalanan sejarah politik mereka. Sejatinya sejarah itu dibuat dalam kondisi cengkraman dan pengaruh kekuasaan dalam rejim yang sedang berkuasa. Merka akan membuat pledoi / pembelaan sejarah untuk diluruskan sebagaimana digunakan memperkuat dan juga melegitimasi kekuasaan terbarunya.

Baru saja memperoleh kekuasaan dengan memenagkan Pilpres 2024, Prabowo Subianto menunjukkan DNA aslinya. Sejatinya Prabowo sudah mulai nampak panggung politik barunya sebagai presiden baru akan digunakan alat revitalisasi nama baik Soeharto dan keluarganya. Prabowo sudah tidak bisa mengendalikan emosinya untuk segera meluruskan sejarah kelam Soeharto paska tragedi 1998.

Jokowi Hidupkan Dinasty Prabowo

Ada yang menarik jika terdapat hubungan khusus cendana dan keluarga soeharto. Diduha telah terjadi konsolidasi sebelum pilpres, dukungan politik dan finansial dan juga pembagian tugas politik untuk menangkan Pilpres 2024.

Jokowi adalah pihak yang telah memberikan jalan bagi Prabowo dengan menawarkan menjadi Menteri Pertahanan. Karenanya Prabowo akan berutang budi mendalam ke Jokowi yang telah memberikan jalan baru bagi Prabowo dan keluarganya naik panggung di politik nasional.

Diyakini jika kolaborasi Pencapresan Paslon Prabowo-Gibran 2024 adalah tautan dan juga kerja sama politik dua dinasty politik, membangun kekuasaan bersama. Dengan demikian, bisa disebutkan bahwa Jokowilah yang sebenarnya riil membangunkan dan memberikan jalan lebar bagi kebangkitan Dinasti Soeharto dan Prabowo.

Salahkan Rejim Reformasi

Prabowo tidak habis fikir jika rejim Soeharto akhirnya tumbang oleh people power tahun 1998. Mimpi buruk bagi dinasty Soeharto sehingga betul -betul menjadi kejadian paling traumatis.

Soeharto lengser, ditumbangkan begitu cepat dan masih. Inilah yang menjadikan faktor historis mengapa Prabowo awal menuju kursi orang nomor 1 Indonesia begitu semangat mengembalikan nama baik Soeharto dan melakukan politik balas dendam dengan pihak atau elite politk yang dituduh bersekongkol dan ditunggangi pihak asing.

“Bangsa kita ratusan tahun diadu domba, diadu domba ratusan tahun. Semua masalah itu adalah dihasut, terus dihasut,” kata dia saat berpidato dalam Kongres VI PAN di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta Pusat, Sabtu (24/8/2024)”.

Dalam pidatonay, Prabowo mengingatkan kembali jika Indonesia pernah mengalami hal serupa pada 1998, ketika bangsa ini di ambang tinggal landas. Namun, bangsa Indonesia dihasut oleh kekuatan asing agar tak menjadi negara maju.

“Waktu 98, kita sudah diambang tinggal landas, tapi kita dikerjain oleh kekuatan-kekuatan asing,” ujar Prabowo. Menurut dia, saat ini masih ada sejumlah elite politik di Indonesia yang tak tahu kejadian pada 1998.

Paradoks Pemikiran

Kutipan pidato di atas adalah puncak kemarahan Prabowo kepada publik dan juga mungkin elite PAN akan kejadian tragis tragedi 1998. Prabowo lupa jika elite PAN adalah pendobrak dan pendorong Reformasi hingga membuat gelombang people power.

Diketahui Amien Rais salah satu tokoh Reformasi hingga mengantarkan kondisi politik dan sistem pemerintahan saat ini. Mungkin Prabowo lupa jika dalam keikutsertaan kontestasi Pilpres yang diikutinya 4 kali adalah buah dari produk reformasi politik dan juga pemerintahan. Apa yang terjadi saat ini Prabowo terpilih menjadi Presiden RI 2024-2029 buntut akhir perjuangan Reformasi.

Waspada Rejim Otoriter Bangun

Bagi Prabowo konflik dan perpecahan tidak dibutuhkan. Hal ini wajar karena Prabowo masih linier berfikir otoriter dalam mengendalikan organisasi. Ciri khas kepemimpinan gaya militer. Dinamika, kompetisi dan juga konflik politik dianggap musuh kestabilan dan keamanan hingga berani menyatakan musuh bersama adalah pemberontakan kolektif atau serangan taktis para entilektual.

Mereka dianggap musuh dan diperlukan kekuatan bersama untuk dibinasakan dengan alasan menjaga pembangunan, kestabilan dan kelangsungan pembagunan yang sudah dilakukan atau yang akan dilaksanakan.

Karenanya, Prabowo akan memerintah dan mengendalikan RI selama 5 tahun ke depan ( 2024-2029) layak untuk diamati, dipantau dan juga siap untuk dikritisi ketika Prabowo mulai menunjukkan gelagatnya sebagai pewaris dinasti politik otoriter yang akan mengancam ekosistem demokrasi Indonesia. Jangan sampai justru kehadiran Prabowo-Gibran mendatangkan malapetaka bagi demokrasi Indonesia dimana kembalinya pemerintah otoriter bercokol di Indonesia menjadi kenyataan.

Editor : S.Ragil

Berita Terkini