Penulis : Oerip Lestari Djoko Santoso
Mudanews.com Sikap berani bukan menunjukkan kesombongan melainkan bentuk dari keteguhan hati dalam menyikapi suatu kondisi.Pidato politik ibu Megawati Soekarnoputri, Ketum PDIP pada Rakernas ke 5 yang bersesanti SATYAM EVA JAYATE, mampu menggetarkan jagad politik Indonesia beberapa bulan yang lalu.Hampir semua pengamat politik menyampaikan analisanya dalam berbagai perspektif,politisi sepuh , perempuan yang tegar dan bersemangat memang selalu dinanti pernyataannya.
Banyak yg benci dan mencemoohnya, tetapi tidak sedikit yang merindukannya.Sebagai parpol yang memiliki sejarah panjang sejak zaman orba PDIP telah dibentuknya menjadi partai ideologis yang semakin kokoh walau diterpa badai dan goncangan yang datang dari internal maupun eksternal.
Rakyat memiliki kebebasan dalam menilai parpol tersebut, tidak perlu di ingkari bahwa dalam perjalanannya PDIP lebih banyak dihujat daripada dipuji sebagai partai yang konsisten sekaligus taat konstitusi.Seolah-olah partai yang tidak bermutu dibandingkan partai-partai lain yang sering berjumpalitan didalam mempertahankan eksistensinya.
Ketika mengalami kekalahan dalam Pilpres yg tentu saja menyakitkan tahun 2024 ini, semua kader yg masih waras tentu menangisi kekalahan tersebut,tetapi itu tidak berlangsung lama, semangat dibangkitkan melalui berbagai cara yang unik antara lain menghadirkan pawai obor yg diambil dari sumber api abadi di Grobogan .Sesungguhnya menyampaikan kebenaran sejati , adalah tidak mudah Karena banyak fihak yang menyanggahnya baik secara individu maupun lembaga.
Diperlukan bukti-bukti konkrit sebagai landasannya, bilamana tidak bisa membuktikan akan dituding sebagai fitnah yang lebih kejam daripada pembunuhan.
Dulu sewaktu masih bersekolah ditingkat SD SMP, SMA selalu diajarkan oleh guru-guru kita agar berlaku jujur.Bila melakukan kesalahan , maka secara ksatria harus berani mengakuinya dan menerima hukuman atas ketidak jujuran yg dilakukannya ( contoh: menyontek ) Apapun alasannya sikap berani harus mengandung kehati-hatian jangan ” waton ” dan ” nunjang palang ” kata orang Jawa.
Dalam manajemenpun langkah prudent wajib menjadi dasar pertimbangan, artinya tidak boleh gegabah tanpa perhitungan yg matang.Seseorang yang diberi amanah sebagai pemimpin , tidak hanya suka ” dikeploki ” tetapi juga siap dikritisi atau bahasa lugasnya ” dikeplaki ” Selain itu seseorang juga harus berani kalah, karena sikap ngalah akan ” jembar wekasane ”
Keberanian dalam bersikap pada hakekatnya dilandasi oleh kekuatan yg dimiliki baik yg bersifat kognitif maupun kelenturannya menghadapi lawan..Saat menghadapi masalah yg pelik, kepala harus dingin dan meningkatkan pengendalian atas dirinya. Kematangan politik membutuhkan proses panjang, kemampuan berjejaring sesama kawan yang seideologi wajib terjalin dengan erat.
Selain itu fighting spirit wajib dikobarkan , jangan sampai padam itulah sebabnya api abadi Mrapen jauh-jauh diboyong ke Ancol sebagai simbol perjuangan yang tak akan meredup.Saya bangga dan bahagia, ditengah gemuruhya masyarakat mendorong agar GenZ tampil dipanggung publik.Tiba-tiba muncul seorang Aryo Seno Bagaskoro, arek Surabaya yang flamboyan, berani , cerdas , trengginas menggeser politisi senior dalam usianya yg relatif masih muda 23 tahun
Bahkan konon dia sudah berani memimpin organisasi pelajar SMA untuk mendapatkan biaya sekolah gratis di kota Surabaya.( waktu itu walikotanya bu Risma)Dengan wajah yg good looking, outspoken dalam berbicara serta pemilihan diksi yang aduhai membuat dia menjadi idaman ibu-ibu untuk diambil menantu. Sebagaimana yang terjadi pada Alam Ganjar dimasa pilpres yang lalu.
Itulah gambaran anak-anak muda yg punya kemampuan luar biasa melampaui usianya.Ungkapan Jawa selalu saja pas bilamana di sampaikan dalam ranah filosofis yang kadang-kadang sulit difahami
Yen Wani aja Wedi-wedi yen Wedi Aja wani-wani
*Oerip Lestari Djoko Santoso seorang aktifi Marhaenis Jawa Tengah anggota PA GMNITerakhir du Badan Koordinasi Penanaman Modal Jateng thn 2000,Sekarang berkecimpung di Gerakan Sosial