Said Aqil Ingatkan Cita-cita NU

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Jakarta – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj memaknai kalimat kembali ke fitrah pada Hari Raya Idul Fitri sebagai sebuah kesadaran berorganisasi, yakni kembali ke khittah NU.

Ia mengingatkan warga NU agar benar-benar berada di atas koridor atau cita-cita pertama kali NU didirikan, yaitu menciptakan persaudaraan kemanusiaan.

Koridor itu adalah taqwiyatul al-ukhuwatil Islamiyah, taqwiyatul al-ukhuwatil wathaniyah, dan taqwiyatul al-ukhuwatil insaniyah.

Inilah koridor atau cita-cita NU yang sangat mulia yakni memperkuat persaudaraan sesama umat Islam, persaudaraan sesama warga bangsa, dan sesama umat manusia.

“Artinya, NU sangat mulia sekali. Lebih mulia dari sekadar kepentingan individu, kelompok, mazhab, bahkan agama tertentu. Karena kita punya target ukhuwah insaniyah. Ini sudah global dan general sekali. Karena lintas agama, budaya, sekat-sekat negara atau bangsa,” tutur Kiai Said dalam Halal Bihalal Virtual yang digelar Lembaga Pendidikan Ma’arif NU, pada Jumat (21/5).

Secara tegas, ia juga mengingatkan agar jangan pernah menjadikan NU sebagai alat kepentingan politik dan kepentingan jangka pendek yang sangat murah. Sebab hal itu sudah keluar dari khittah atau cita-cita NU didirikan.

“Jangan sekali-sekali NU ini dijadikan kepentingan politik, kepentingan jangka pendek, sangat murah. Hanya sekadar kepentingan receh, uang kecil. Itu sudah keluar dari khittah NU. Jangan sekali-sekali NU dijadikan sebagai alat untuk mengalahkan kelompok lain, supaya kita menang,” tegasnya.

“Bukan di situ pentingnya peran NU. Tapi membangun persaudaraan sesama umat manusia. Di samping persaudaraan sesama umat Islam dan sesama warga bangsa,” imbuh Pengasuh Pesantren Luhur Al Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan itu.

Ia memaknai kalimat minal a’idin wal faizin sebagai sebuah pengharapan agar kembali ke fitrah atau kembali pada komitmen sebagai manusia. Bahkan sebagai warga NU, sebagai bangsa Indonesia, dan sebagai keturunan Nabi Adam.

“Demikian pula komitmen kita pada ajaran Ahlussunnah wal Jamaah yang tasamuh (toleran), tawassuth (moderat), dan tawazzun (seimbang). Itu juga kita harus diperbarui keaswajaan kita. Kesimpulannya, kita diingatkan agar memperbarui baiat kita, iqrar kita, komitmen kita, bahwa kita merupakan makhluk-Nya yang akan selalu menaati perintah-Nya,” terang Kiai Said.

Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat (PP) LP Ma’arif NU H Arifin Junaidi memiliki komitmen kuat untuk siap menghadapi tantangan pendidikan yang semakin berat.

Sebab sejak kelahirannya, LP Ma’arif NU memang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, karakter, dan sikap sosial anak didik.

“LP Ma’arif NU adalah organisasi pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, karakter, dan sikap sosial anak didik melalui keluarga, masyarakat, sekolah, dan tempat ibadah yang telah melewati berbagai permasalahan di bidang pendidikan,” tutur Arifin.

Menurutnya, terdapat perbedaan komitmen antara LP Ma’arif NU dengan lembaga pendidikan yang lain. Salah satu perbedaan tersebut ada pada aspek pengembangan.

LP Ma’arif NU berkomitmen untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan karakter, sikap sosial.

“Sementara kalau (lembaga pendidikan) yang lain hanya knowledge atau kognisi, skill, dan attitude. Kalau di Ma’arif NU ditambah satu yaitu sikap sosial,” ucap Arifin.

Sumber : NU Online

- Advertisement -

Berita Terkini