Melihat Sisi Lain Konflik Palestina Israel

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM –  Palestina dan Israel mempunyai kisah yang unik ketika berkunjung, jadi bisa melihat sisi lain dan sudut pandang yang berbeda.

Ketika datang langsung ke Palestina atau Israel tentunya kita akan melihat banyak fakta lain yang kadang di media sosial tidak sama alias agak berbeda.

Terutama ketika kita datang berziarah langsung ke makam bapaknya para Nabi yaitu Nabi Ibrahim di Hebron Palestina.

Dalam sejarah, selain diberikan berbagai mukjizat oleh Allah SWT, Nabi Ibrahim juga memiliki anak-anak yang saleh. Nabi Ibrahim memiliki dua anak yakni, Nabi Ismail dan Nabi Ishaq dari dua istrinya yang bernama Siti Hajar dan Siti Sarah.

Di Hebron, selain makam Nabi Ibrahim, ada juga makan lain yaitu Makam Siti Sarah Istrinya, makam Nabi Ishak beserta istrinya dan makam Nabi Yusuf.

Diketahui bahwa Nabi Ibrahim mempunyai dua istri, yaitu Siti Hajar di Mekah yang melahirkan Nabi Ismail dan Siti Sarah melahirkan Nabi Ishak dan Nabi Yaqub di Palestina.

Karena Nabi Ismail di Mekah makanya bangsa Arab rata rata adalah generasi Nabi Ismail yang menganut ajaran Islam.

Kalau di Palestina, ada Yahuda dari keturunan Nabi Ishak dan Nabi Yaqub yang sekarang menjadi kelompok ajaran Yahudi. Jadi Yahuda atau ajaran Yahudi juga garis keturunan dari Nabi Ibrahim, tapi dari Nabi Yaqud dan Nabi Ishak.

Dari keturunan Nabi Ishak dan Nabi Yaqub yang memeluk ajaran Islam hanya Nabi Yusuf dan Bunyamin, sedangkan Yahuda sampai sekarang menjadi pemeluk ajaran Yahudi.

Makanya, menurut sejarah Palestina dan Yerusalem, bagi orang Yahudi secara legitimasi agama memang adalah bumi Yahudi. Makanya orang orang Arab kalau disuruh mengusir orang-orang Yahudi dari Palestina tidak begitu respon.

Hal ini karena dalam sejarah Islam, Palestina itu wilayahnya adalah punya Nabi Ibrahim melalui anaknya yang bernama Nabi Ishak, lalu melahirkan Nabi Yaqub dan melahirkan Yuhada yang kini menjadi Bangsa Yahudi.

Akhirnya sampai sekarang seolah menjadi masalah agama dan politik, termasuk pada zaman perpecahan pada tahun 1964-1966.

Jadi sebetulnya memang dari dulu sudah menjadi masalah agama sebab orang Yahudi meyakini bahwa Palestina adalah bumi yang di janjikan milik mereka. Makanya atas nama kitab suci mereka berjuang mati matian mempertahankan sampai sekarang ini.

Makanya wajar bila sampai pun PBB tidak bisa mendamaikan konflik palestina dan Israel, karena itu kayakinan kitab suci mereka masing masing.

Orang Yahudi yang hidupnya diluar negara Israel, seperti di Irlandia, Inggris dan Amerika itu orang kaya kaya, tapi lebih senang tinggal dinegara Israel karena dianggap bumi suci walaupun tidak pernah damai.

Makanya PBB menawarkan supaya menjadi kota bersama, kota Internasional, mereka (Yahudi) menjadi ibukota mereka, tapi kata orang palestina apa artinya merdeka tanpa Yerusalem.

Orang Islam di Palestina juga mempunyai kayakinan bahwa Baitul Maqdis di Yerusalem, percuma mereka merdeka tanpa Yerusalem, sebab dalam Yerusalem umat Islam meyakini bahwa Nabi Muhamad pernah Sholat disana. Sebelum Mi’raj, termasuk Masjid Al Alqsa adalah merupakan kiblat pertama umat Islam di dunia.

Sedangkan kayakinan bagi umat Yahudi, Yerusalem adalah itu milik kakek nenek mereka.

Jadi sebenarnya kalau melihat lebih dalan bahwa orang Islam dan orang Yahudi itu sebenarnaya misanan. Jadi kalau ada saudara misanan atau saudara sekakek atau senenek kalau tidak akur dan tidak cocok ya wajar, sekarang aja banyak yang begitu. Jadi itu sunatullah.

Lucunya adalah persoalan Palestina dan Israel di goreng sedemikian rupa dengan menyudutkan salah satu pihak untuk provokasi untuk kepentingan tertentu, misalnya untuk donasi atau penggalangan dana yang tidak jelas penyaluranya, mengais suka diatas duka dan penderitaan.

Padahal di Palestina itu juga ada umat dari agama lain, Nasrani dan Yahudi, termasuk partai komunis juga tumbuh besar disana.

Lalu siapakah HAMAS yang sering menyerang Israel ? Apakah ini mewakili seluruh rakyat Palestina ?

HAMAS adalah sebuah ormas sosial keagamaan Ikhwanul Muslimin di Gaza yang berubah menjadi Partai Politik di Palestina. Jangankan dengan Israel, dengan pemimpin negara Palestina saja kelompok HAMAS ini selalu berbeda pendapat.

Kalau di Indonesia kelompok Ikhwanul Muslimin ini berubah menjadi Partai Keadilan Sosial atau PKS. Sudah tahu kan seperti apa sepak terjang PKS di Indonesia, oposisi yang paling sering nyinyir terhadap pemerintah.

Di Palestina, HAMAS inilah yang sering berkonflik fisik dengan Israel, seolah tidak ada kedamaian, bahkan di propaganda sedemikian rupa jika telah terjadi pembunuhan massal disana.

Sama seperti di Indonesia, kelompok PKS ini yang mengklaim telah terjadi kriminalisasi terhadap ulama, makanya kelompok PKS mengusulkan agar segera dibahas RUU perlindungan ulama. Padahal ulama dari kelompok PKS lah sebenarnya yang membuat gaduh.

Kelompok PKS ini juga di Indonesia yang paling getol mengkampayekan dukungan terhadap kelompok HAMAS di Palestina, bahkan dalam aksi demo pun mereka mencetak bendera dan kaos HAMAS.

Ada hal yang membuat tidak simpati masyarakat terhadap persoalan ini yaitu para pencari dana/donasi untuk dukungan Palestina di Indonesia adalah dominan dari orang orang dari kelompok organisasi sosial dan keagamaan seperti ACT HTI Ikhwanul Muslimin, FPI dll termasuk organisasi politik seperti PKS dan para tokoh agama, tokoh publik serta artis yang meneriakan anti demokrasi, anti terhadap pemerintah yang sah karena dianggap tidak menggunakan hukum Islam, dengan semangatnya mereka mendukung penegakan Khilafah atau negara Islam.

Banyak kita jumpai di Indonesia tiba tiba ada artis mendadak hijrah dan tiba-tiba mendukung penegakan Khilafah atau negara Islam.

Padahal kita tahu bahwa dalam tiga hari saja Palestina meluncurkan 1.500 roket ke wilayah Israel, darimana dana mereka dapatkan untuk membeli ribuan roket ?

Khawatirnya penggalangan donasi untuk kelompok HAMAS di Palestina justru digunakan untuk pembelian senjata yang justru akan memperburuk situasi, bukan digunkaan untuk bantuan sosial. Berkaca seperti kasus di suriah yang kini hancur.

Ditambah lagi dengan seiring semakin banyaknya negara Arab yang berdamai dengan Israel saat warga Palestina terpecah secara politik, serta karena masalah ini tidak jadi agenda utama pemimpin Israel, sulit melihat bagaimana upaya menuju perdamaian dapat dibuat oleh kedua negara.

Bagi kelompok Ikhwanul Muslimin, mereka berkeyakinan tidak dapat menjalankan ajaran agama dengan kaffah kalau tidak berkuasa atau punya kekuasaan, jadi mereka akan berjuang totalitas agar dapat berkuasa penuh, termasuk Ikhwanul Muslimin di Indonesia yang telah berubah menjadi PKS tidak akan bisa terima siapapun yang berkuasa kecuali kelompoknya.

Oleh : Ken Setiawan
Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center

- Advertisement -

Berita Terkini