Dukung Teroris Munarman, Sikat Aziz Yanuar Fadli Zon Dkk

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Publik masih ingat. Ketika 6 teroris FPI tewas ditembak aparat keamanan di KM 50 Karawang, Munarman memutarbalikkan fakta. Dia membuat framing menyalahkan petugas, menggiring opini menyesatkan.

Publik terpengaruh manuver narasi kelompok teroris FPI Munarman. Aneka framing memojokkan Polri terus dilakukan. Tentu disambut oleh para pendukung teroris. Level paling atas pendukung terorisme adalah Din Syamsuddin, Hidayat Nur Wahid, Amien Rais, hingga kelompok Kami. Buktinya Din seperti dicantumkan di majalah Arab Almashhad-Alyemeni, masuk dalam daftar nomor 101 terkait dengan organisasi teroris ISIS.

Hidayat dan Anies Baswedan jelas berfoto dengan pentolan ISIS Ikhwanul Muslimin Yusuf Al-Qaradewi. Hidayat pada 2013 mengatakan bahwa PKS menolak Pancasila dijadikan sebagai asas tunggal untuk ormas.

Secara sistematis mereka melakukan gerakan perlawanan framing terhadap aparat keamanan. Tujuannya: mendelegitimasi aparat Polri, membenci negara. Di balik itu, para teroris memiliki agenda gerakan terorisme dan intoleransi untuk mendirikan negara Khilafah. Para pendukung terorisme akan diam ketika teroris menyerang.

Peristiwa pemboman di BEJ, Makassar, Sarinah, Bom Bali, Bom Surabaya,tak pernah mereka kecam. Malahan setiap ada serangan bom, Hidayat Nur Wahid menyerang intelijen. Selalu dia menyebut BIN kecolongan.

Level berikutnya yang lebih rendah, namun tetap berbahaya. Para pendukung terorisme dan intoleransi, pembuat kisruh negara, selain Munarman adalah gerombolan Aziz Yanuar. Aziz ini seperti Munarman. Sudah kepalang basah masuk ke jaringan bau terorisme. Tidak ada alasan untuk mundur.

Pengikut lain, Novel Bamukmin, Fadli Zon, Andi Arief. Mereka menjalankan gerakan yang publik tidak pahami. Kekuatan faksi dan friksi sedikit mereka tahu. Karena sedikit tahu, mereka nekat. Hal sama dilakukan oleh Munarman, yang kali ini kehabisan amunisi back-up.

Cuitan Twitter Fadli Zon kemarin adalah bukti dukungan terhadap terorisme. Tanpa ampun Fadli Zon mengejek. Dia menghina Polri karena dia merasa tahu segalanya dan memiliki kekuatan tanpa batas.

Karena ada signal dari Fadli Zon, Novel Bamukmin, kawan seperjuangan Novel Baswedan dan Anies Baswedan, ikut mendelegitimasi Polri. Kelompok lainnya adalah gerakan intoleransi mengarah pada khilafah 212 dan HTI. Mereka bergerak simultan.

Ditangkapnya Munarman adalah signal peringatan bagi semua anggota teroris FPI. Para teroris ini tidak layak untuk menjadi WNI. Mereka adalah musuh bangsa dan negara. Orang seperti Aziz Yanuar berlaku persis seperti Munarman karena merasa kebal hukum. Aziz Yanuar pun menyebut bahan pembuat bom sebagai cairan pembersih WC.

Kini, penegakan hukum terhadap teroris akan dilakukan secara tegas. Semua bermula dari Presiden Jokowi. Jokowi melakukan pemotongan generasi di tubuh Polri. Hal yang sama dilakukan pada diri Tito Karnavian. Maka Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo melakukan gerakan tegas, testing the water dilakukan, pemetaan dibuat. Kelompok pendukung dan penentang teroris didatangi. Yang diulur untuk disikat habis oleh Listyo Sigit Prabowo adalah kelompok yang terafiliasi dengan Wahabi, Ikhwanul Muslimin, dan ISIS termasuk FPI.

Maka, ketika teroris Munarman dicokok Densus 88, yang berteriak adalah ring 2 sekelas Aziz Yanuar, Novel Bamukmin, Andi Arief, Fadli Zon. Lalu gonggongan kadrun di media sosial.

Tak muncul pernyataan atau pembelaan dari Hidayat Nur Wahid, Din Syamsuddin, atau Jusuf Kalla sekali pun. Kerena Munarman sudah habis. Tanpa sisa, mengikuti bonekanya, Muhammad Rizieq Shihab (MRS) yang akan dibui lama sekali terkait pidana terorisme.

Para anggota organisasi teroris FPI yang ditipu oleh MRS dan Munarman harus sadar. Lihat kemewahan hidup MRS dan Munarman. Mobil mewah. Rumah mewah di banyak lokasi. Aliran duit untuk para pentolan FPI itu mengalir untuk memenuhi kehidupan hedonis Munarman.

PPATK memiliki data siapa yang menyumbang untuk gerakan teroris 212, HTI, dan organisasi teroris FPI. Termasuk dari simpatisan di sebagian BUMN yang menjadi sarang teroris dan pengikut paham radikal.

Ditangkapnya Munarman harus dijadikan momentum tobat bagi anggota organisasi teroris FPI-ISIS. Bahwa Presiden Jokowi tidak memberikan tempat bagi teroris. Hukum ditegakkan.

Oleh : Ninoy Karundeng

- Advertisement -

Berita Terkini