Calon Ketua Umum PB HMI Raihan Ariatama, Sampaikan Gagasan, Visi dan Misi Dalam Diskusi Kepemudaan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Surabaya – Sebagai forum yang memegang kekuasaan tertinggi organisasi, Kongres Ke-XXXI Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang diselenggarakan di Surabaya ini harus menghasilkan gagasan-gagasan pembaharuan yang memiliki nilai kontributif dan solutif bagi organisasi HMI dan Republik Indonesia.

“Oleh karena itu, Kongres Ke-XXXI HMI ini harus menjadi ruang pertarungan gagasan (battle of ideas) antar berbagai kader terbaik himpunan. Sehingga, yang dimenangkan dalam kongres kali ini adalah gagasan-gagasan untuk perbaikan HMI dan kontribusi bagi umat dan bangsa,” ujar Calon Ketua Umum PB HMI, Raihan Ariatama saat sampaikan Gagasan, Visi dan Misi dan Diskusi Kepemudaan  di Excelso, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Jumat (19/3/2021).

Dalam rangka memenangkan gagasan pada kongres kali ini, Raihan Ariatama membulatkan tekad untuk maju sebagai Calon Ketua Umum PB HMI dengan menawarkan gagasan Empowering HMI, #BerdayaBersama, yang memuat 4 (empat) program utama. Adapun keempat program tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, HMI Digital. Di era revolusi industri 4.0, digitalisasi organisasi bukan sekadar kebutuhan, melainkan suatu keharusan. Jika tidak dilakukan, maka organisasi akan mengalami disrupsi dan lambat laun akan terhempas dari hiruk pikuk sejarah. Dalam perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat ini, organisasi dituntut untuk adaptif dan melakukan pembaharuan.

HMI Digital merupakan strategi dan upaya untuk adapatif terhadap pesatnya perkembangan teknologi informasi. Penerapan HMI Digital ke depannya adalah berupa adaptasi pola perkaderan dengan metode Manajemen Pelatihan Virtual (MPV), tata kelola organisasi berbasis digital, HMIpedia dan pembuatan aplikasi dan sistem big data.

Kedua, HMI E-4.0 (Empowerment HMI). Perkaderan di HMI adalah sebuah proses untuk meningkatkan skill dan kapasitas kader. Layaknya sebuah proses, titik tekan dan metode perkaderan bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman, namun nilai-nilai yang melandasinya bersifat tetap.

HMI E-4.0 merupakan program untuk mengkontekstualisasikan nilai-nilai perkaderan HMI agar sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan zaman. Usaha-usaha untuk memperbaharui pola perkaderan adalah sebuah keharusan agar terlahir Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas, kompetitif, dan kompeten. Untuk itu, ke depannya, melalui program HMI E-4.0, pola perkaderan HMI harus diarahkan untuk melahirkan pola pikir kader yang sifatnya link and match agar bisa memberdayakan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan zaman.

Sehingga, sebagai out put dari pola perkaderan semacam ini, akan lahir kader-kader HMI yang berdaya –bahkan mampu memberdayakan ummat— yang memiliki kreatifitas tinggi sehingga sangat mampu bersaing di dunia kerja setelah lulus kuliah.

Ketiga, HMI Incubator Entrepreneurship. Ke depannya, HMI tidak sekadar menjadi komunitas intelektual, melainkan juga menjadi komunitas ekonomi yang berorientasi pada keadilan ekonomi, bukan sekadar pada pemaksimalan laba sebagaimana dalam sistem kapitalisme. Dengan sumber daya kader dan jejaring yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia, HMI akan menjadi gerakan ekonomi besar yang harapannya mampu menjadi katalisator wirausahawan muda di Indonesia.

HMI berkewajiban membangun incubator entrepreneurship sebagai wadah di mana para wirausahawan muda dididik dan digembleng. Terdapat workshop wirausaha, pendampingan wirausaha (coaching), dan bantuan akses pada permodalan yang diselenggarakan secara terencana dan berkelanjutan. HMI Incubator Entrepreneurship diharapkan mampu menumbuhkan minat kader-kader dan masyarakat dalam berwirausaha, serta mampu mengatasi hambatan-hambatan dalam menjadi wirusahawan muda.

Keempat, HMI Perisai Kebangsaan. Kondisi Indonesia hari ini sedang menghadapi persoalan radikalisme agama yang kerap kali berujung pada tindakan pengkafiran, kekerasan dan teror (acts of violence and terror) dan persoalan separatisme. Kedua persoalan ini mencabik-cabik nilai-nilai kebhinekaan dan keharmonisan yang telah kita rajut sekian lama.

Selain itu, terdapat semacam upaya yang membenturkan kembali antara Islam dan negara atau pun sebaliknya. Sebagai salah satu elemen bangsa yang sedari awal menjunjung spirit keislaman dan kebangsaan, HMI harus menjadi perisai kebangsaan dengan turut mengambil peran dalam memberikan kontribusinya agar bisa membantu menyelesaikan beragam persoalan tersebut.

Kader-kader HMI sebagai intelektual muslim harus mampu memproduksi wacana Islam sebagai agama yang Rahmatan lil Alamin dan mengembangkan pemikiran-pemikiran keislaman yang moderat. Kader-kader HMI harus mengisi ruang publik Indonesia dengan narasi keislaman yang moderat dan narasi kebangsaan yang menyatukan. Melalui berbagai platform media, HMI harus memenangkan pertarungan wacana.

“Dengan gagasan Empowering HMI tersebut, HMI sebagai organisasi akan berdaya pada dirinya sendiri sekaligus berkontribusi bagi kemaslahatan ummat dan bangsa. Dengan semangat Yakin Usaha Sampai dan solidaritas berteman lebih dari saudara, mari kita menangkan gagasan dalam Kongres Ke-XXXI HMI di Surabaya ini,” jelas Raihan. (red)

- Advertisement -

Berita Terkini