Dongeng Negeri di Bawah Air Laut Terkait Banjir Jakarta (2)

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Tuhan menciptakan bumi, orang Belanda menciptakan Nederland, negeri di bawah air laut. Begitulah kata pepatah. Sudah lama orang Belanda menantang “Sunatullah” – merujuk ucapan Anies Baswedan.

“Koninkrijk der Nederlanden” secara harfiah berarti “Kerajaan Tanah-Tanah Rendah” yang sesuai namanya Belanda merupakan negara yang kebanyakan tanahnya berada di bawah permukaan laut. Dalam hal ini secara geografi berada di bawah permukaan Laut Utara.

Sekitar 1/3 wilayah negara Belanda berada di bawah permukaan laut. Daerah terendah di sana berada pada 6,7 meter di bawah permukaan laut. Ini mencakup hampir semua Holland Utara dan Selatan, sebagian besar Zeeland, semua Flevoland dan juga sebagian besar Friesland.

Ibu kota negara Belanda, Amsterdam, dikenal sebagai salah satu ibu kota dunia yang ketinggian wilayahnya ada di bawah permukaan laut, bukan cuma Jakarta.

Kota Amsterdam wilayahnya berada pada ketingian 3,6 meter di bawah permukaan laut.

Karenanya, di Amsterdam yang daratannya cenderung rata, banyak dibuat polder. Polder adalah tanah yang digenangi air dan dikelilingi tanggul.

Seribu tahun lalu orang Belanda sudah membangun bendungan dengan cara mengeringkan danau, membangun polder (tanah reklamasi), dan mengontrol ketinggian air. Dengan teknologi kincir angin.

Pada 1920, dimulailah pembangunan dengan sistem menguras dan mengeringkan laut.
Bendungan Afsluitdjik mulai dibangun pada 1927 dan 1933. Bendungan ini merupakan karya modern pertama di Belanda.

Membentang sepanjang 32 km dengan lebar 90 m, bendungan ini terlihat seolah membelah lautan. Selain itu, bendungan ini memiliki ketinggian 7,25 meter dari permukaan laut dan terbentang jalan bebas hambatan dan jalur khusus untuk sepeda.

Bendungan ini segera dibangun dikarenakan banjir besar yang melanda Belanda dan tak kunjung berhenti.

Setelah Bendungan Afsluitdijk, Belanda kembali memikirkan suatu proyek yang lebih besar dan lebih rumit yaitu Delta Work, proyek ini simulai dengan pembangunan tanggul penahan gelombang laut. Proyek ini lebih fokus kepada pemisahan antara daratan dan air.

Delta Works dibangun pada 1950-an hingga 1997 dan akan masih dilanjutkan konstruksinya melihat situasi pemanasan global dan naiknya permukaan laut. Dengan struktur setinggi 13 meter dari permukaan laut, Belanda yakin sistem ini mampu menahan badai besar di Belanda.

Bendungan Afsluitdijk dan Delta Work dipercaya menjadi salah satu keajaiban konstruksi Negara Belanda. Hal ini karena tuntutan alam sehingga memaksa belanda untuk lebih berkreasi.

Sejarah Belanda tak bisa dipisahkan sejarah manusianya yang mengubah air menjadi tanah, rawa menjadi daratan. Melawan Sunatullah – ketetapan Allah, mengutip Anies Baswedan.

Belanda memiliki Flevoland, sebuah provinsi buatan manusia yang hampir seluruhnya dibangun dari tanah reklamasi pada dekade 1950-an dan 1960-an.

Di Belanda, kata Roel Posthoorn, orang-orang selalu hidup di tepi atau atas air. Di negeri kincir angin ini sekitar empat (4) juta warganya sudah hidup di atas tanah di bawah permukaan laut dan sungai.

Podthroorn adalah pimpinan proyek Marker Wadden, yang membangun lima pulau buatan manusia di Provinsi Flevoland. Salahstunya khusus untuk konservasi, menjadi kantong margasatwa spektakuler, berisi rawa-rawa, kumpulan alang-alang dan lokasi pengembangbiakan berbagai jenis burung dengan mengubah bagian terdalam danau itu sebagaimana dilaporkan BBC Desember 2019 lalu.

Bagian paling bawah berada di dekat kota Gouda, kota yang terkenal dengan pasar kejunya. Semua tanggul yang melindungi tanah di bawah permukaan laut berada 5 meter di atas permukaan laut.

Sekitar 2000 tahun yang lalu hal ini tidak terjadi. Tetapi permukaan laut naik dan daratan menjadi semakin berlumpur. Rawa dapat mengalami dehidrasi dengan menggali parit. Itu dilakukan pada awal abad pertengahan dan pertengahan abad pertengahan. Berhasil.

Langkah selanjutnya adalah membuang air dari tempat terendah dengan memompa air dengan kincir angin. Sayangnya ketika mengambil air, permukaan tanah mulai semakin rendah, dan semakin rendah. Jadi sekarang hampir separuh negara berada di bawah permukaan laut.

Bahkan bandara Internasional Schiphol yang besar dan supersibuk itu berada 2,5 meter di bawah permukaan laut. Di Belanda akan memahami bahwa insinyur dalam hidrografi melakukan pekerjaan penting yang mengatur tabel air, menggunakan beberapa kanal, pompa, dan ramalan cuaca.

Oleh kondisi alamnya, Belanda memiliki banyak tanggul, pompa, dan bukit pasir di sepanjang pantai.

Ini dilakukan untuk menjaga kota agar tidak terendam air, karena kota yang memiliki wilayah di bawah permukaan air laut biasanya berisiko mengalami kebanjiran karena berbagai kondisi alam.

Selain Amsterdam, ibu kota Denmark, Kopenhagen, yang berada di Pulau Zealand, juga memiliki ketinggian paling rendah sekitar 0,9 meter di bawah permukaan laut dan wilayah paling tingginya adalah 91 meter di atas permukaan laut.

Kopenhagen merupakan pulau yang paling banyak penduduknya di Denmark. Di Kopenhagen, pemerintahnya membangun tanggul untuk mencegah banjir dan gelombang badai masuk ke wilayah daratan.

Kota Baku, ibu kota Azerbaijan adalah ibu kota yang letaknya paling rendah di bawah permukaan laut, yaitu 28 meter di bawah permukaan laut.

Kota ini juga menjadi kota terbesar di dunia yang berada di bawah permukaan laut.

Baku adalah salah satu wilayah di tepian laut Kaspia.

Cara pemerintahnya menanggulangi banjir adalah dengan membuat waduk-waduk, tanggul, hingga bangunan pelindung pantai.

Selain nun di Eropa sana, negara tetangga kita juga ada yang letaknya di bawah permukaan laut, adalah kota Singapura di Republik Singapura.

Sebagian besar wilayah Singapura berada sekitar 15 meter di bawah permukaan laut. Namun, rata-rata wilayah Singapura berada di ketinggian 0 meter di atas permukaan laut.

Dalam waktu tertentu, wilayah Singapura juga bisa terkena banjir, misalnya ketika ada badai atau ombak yang tinggi.

Karenanya, di Singapura juga dibangun sistem saluran air yang bisa mengatasi masalah itu.

Eropa sudah melewati “Sunatullah”. Dengan membuat dam dan kincir angin.

Kini mereka sedang menghadapi perubahan iklim. Mencairnya gunung es memengaruhi ketinggian air laut yang semakin meningkat akibat air yang semakin meluas karena suhu panas dan es di kutub yang meleleh.

Negara-negara seperti Belanda dan negara-negara lain dengan pesisir akan melihat perubahan besar dalam jangka panjang.

Tantangan berikutnya : bisakah Belanda menangani kenaikan permukaan laut setinggi 6 meter selama 30 tahun mendatang tanpa kehilangan daratan karena lautan?

Sebagian besar darinya negara memulihkan tanah dengan membangun bendungan dan tanggul. Tetapi sebagian besar negara telah berada di atas permukaan laut dan akan tetap demikian dalam waktu dekat, mungkin lebih lama.

Orang Eropa tidak menyerah dan berdalih dengan menyebut “Sunatullah” ungkapan andalan Anies Baswedan yang kini jadi dagelan. *

PS

Dalam video lawas yang kini ditayangkan kembali, Anies Baswedan menyinggung soal pembuatan gorong-gorong yang digunakan untuk mengalirkan air ke laut dan digunakan sebagai solusi banjir. Menurutnya, hal tersebut melawan sunnatullah (ketetapan Allah).

“Di satu sisi menyiapkan jalur-jalur air untuk dikirim ke laut. Di sisi lain, di laut dipasang dengan Pulau Reklamasi. Tinggal tunggu, air balik jadi rob. Ini melawan sunnatullah, kenapa? Air turun dari langit ke bumi bukan ke laut harusnya dimasukkan ke tanah ke bumi. Di seluruh dunia air jatuh dimasukkan ke tanah. Bukan dialirkan ke gorong-gorong ke laut. Jakarta mengambil keputusan yang fatal,” ucap Anies. *

Oleh : Supriyanto Martosuwito

- Advertisement -

Berita Terkini