Kampung Warna-warni Di Lenteng Agung: Apa Salahnya Gubernur DKI Jakarta Nyontek dan Hanya Sebagai Peniru?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Beberapa hari terakhir sedang marak di media sosial maupun media mainstream tentang polemik kampung warna-warni di Lenteng Agung Jakarta Selatan yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta. Secara pribadi, semua orang tahu, saya bukan pendukung Gubernur DKI Jakarta saat ini. Saya termasuk yang akan mengupas tuntas tentang penggunaan dana penanganan Covid-19 yang mencapai Rp 10 Triliun dan pertanggungjawaban dia terhadap uang rakyat Jakarta Rp 560 Miliar yang digunakan untuk membayar commitment fee Formula E yang gagal total itu.

Namun terkait kampung warna-warni di Lenteng Agung Jakarta Selatan, saya berbeda pendapat dengan beberapa orang yang mengkritisi hal tersebut. Apa yang salahnya dengan upaya Pemda DKI Jakarta membuat etnik sebuah kampung ? Meskipun semua orang di Indonesia tahu hal ini bukan ide murni Gubernur DKI Jakarta, dia hanya menjadi FOLLOWER atau PENIRU dari kampung-kampung lain di kota lain yang sudah jauh lebih dulu dicat warna-warni.

Sebagai contoh Kampung Jodipan Malang sudah bertahun-tahun lalu menjadi destinasi wisata di kota Malang. Demikian juga Kampung warna-warni di tepian sungai Cisadane di Tangerang dan Kampung Pelangi di Kota Semarang dan Kota Magelang.

Meskipun cita rasa seni dari Pemda DKI Jakarta terasa kurang berkualitas di Kampung warna-warni Lenteng Agung Jakarta Selatan tapi bagi saya kita harus menghargai upaya serius yang dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta untuk mempercantik sebuah kampung. Dan lagi pula masyarakat di daerah tersebut dengan suka cita menyetujui dan mengikuti program tersebut. Lalu untuk apa kita mengkritisi hal tersebut?

Seharusnya kita lebih obyektif dalam membangun kritikan. Sehingga tidak akan dicap terlalu subyektif dan ada hard feeling yang menutupi obyektivitas kita sebagai seorang social influencer. Kalau kita hanya asal beda dan langsung mengkritisi, lalu apa bedanya kita dengan para KADRUN yang selalu mengkritisi Pemerintah dan Presiden Jokowi selurus dan sebaik apapun program Pemerintah?

Biarlah Kampung Warna-Warni di Lenteng Agung Jakarta Selatan tetap ada. Yang perlu kita kritisi bukan ide mengecat Kampung biar terlihat indah dan etnik. Tapi ternyata kualitas Gubernur DKI Jakarta hanya selevel PENIRU, FOLLOWER dan PLAGIATOR. Belum ada ide ORISINAL dari dia dalam membangun Kota Jakarta biar keliatan lebih indah, etnik dan asri.

Mari kita menjadi kritikus yang obyektif dan berakal sehat. Kita pilih dan pilah mana yang perlu kita kritisi dan mana yang tidak perlu. Kalau masalah dana penanganan Covid-19 dan commitment fee Formula E.Hmmmm tidak akan saya biarkan dia tidur nyenyak. Tunggu saja tanggal mainnya.

Oleh:Rudi S Kamri – Salam SATU Indonesia,19012021

- Advertisement -

Berita Terkini