Kenangan dan Catatan AM Hendropriyono pada Sayidiman Suryohadiprojo

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Kabar duka meninggalnya Letjen TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo menyebar cepat Sabtu (16/1/2021). Tak pelak ingatan publik terhadap mantan Wakil KASAD tersebut mengarah pada sumbangan pemikiran intelektual, profesionalisme dan idealisme TNI, dan pemahamannya yang paripurna soal Pancasila.

Adalah Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono yang memiliki romantisme yang menyengat terkait dengan kepergian Sayidiman Suryohadiprojo. Hendropriyono sudah sering kali berdiskusi bertukar pikiran tentang Pancasila, nasionalisme, dan bahkan tantangan di zaman perang proxy.

“Kenangan saya berkunjung ke rumah Letjen (Purn) Sayidiman pada hari Rabu 15 Januari 2020 pukul 13.00 WIB,” kata AM Hendropriyono di Jakarta Sabtu (16/1/2021).

Kunjungan tersebut ternyata merupakan terakhir kalinya, tepat satu tahun yang lalu, kedua orang pejuang tersebut saling bertemu. Hendropriyono memiliki catatan khusus tentang mantan Gubernur Lemhanas itu.

Sebagai prajurit kesetiaan, kejujuran dan keberaniannya sudah teruji. Kecerdasannya membuat dia sangat produktif menuangkannya dalam berbagai kesempatan, seperti seminar dan tulisan yang mendalam tentang berbagai persoalan bangsa.

Sebagai Gubernur Lembahanas dia juga berperan penting dalam membangun narasi tentang Pancasila sebagai kenyataan hidup dalam masyarakat. Tentang Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan idelogi terbuka, yang menjadi dasar bagi kehidupan berorganisasi, berpolitik dan berbangsa.

Sampai akhir hayatnya Sayidiman Suryohadiprojo tetap memberikan catatan kritisnya terkait situasi dan dinamika berbangsa dan bernegara, salah satu yang menjadi perhatiannya terkait dengan tantangan dalam bidang pertahanan dan ketahanan Indonesia dalam menghadapi perang model baru.

Strategi perang baru model subversif dijelaskan dengan gamblang oleh Sayidiman. Pun ketika model subversif berkembang dengan perang proxy yang fenomenanya menjadi semakin canggih. Media dan media sosial menjadi sarana propaganda.

Dalam salah satu makalahnya pada 2017, Sayidiman menyebutkan tentang NGO/LSM yang menerima dana dari pihak asing. Partai politik dikuasai melalui tokoh-tokoh partai agen atau mole mereka, yang saat ini dikenal sebagai proxy. Tujuan segala kegiatan adalah untuk regime change, atau pergantian rezim yang berkuasa dengan rezim yang dikehendaki oleh kekuatan yang mengendalikan proxy.

Sayidiman juga memiliki catatan penting terkait G30S/PKI. Salah satu penyesalan terbesarnya adalah kematian Jenderal A Yani di usia 43 tahun. Dia belum sempat memberikan laporan terkait dengan pendidikan Sayidiman di Jerman. Sayidiman dan A Yani bertemu di Paris saat Menteri Panglima Angkatan Darat A Yani berkunjung ke Eropa.

“Sebab di Paris beliau mengatakan agar saya sekembali dari Jerman memberikan laporan lengkap tentang RF Jerman dan Bundeswehr-nya serta tentang perkembangan NATO,” papar Sayidiman mengenang penyesalannya dalam salah satu blog-nya.

Selain itu Sayidiman banyak membagi pengalaman dan pengetahuannya karena dia juga seorang diplomat, militer yang tangguh dan intelektual yang mumpuni. Indonesia kehilangan salah satu putra terbaiknya.

“Selamat jalan seniorku yang tercinta, prajurit yang setia, jujur, cerdas, dan berani. Semoga mendapat tempat yang layak di sisi-Nya,” kata Hendropriyono.

Oleh : Ninoy Karundeng

- Advertisement -

Berita Terkini