Ilmu Vaksin Ideologi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh : Ayik Heriansyah – LD PWNU Jabar

Dinamika politik umat Islam ideologis selalu menarik untuk disimak. Selain karena politik terkait dengan pengurusan urusan publik juga berhubungan dengan keyakinan, pemahaman dan orientasi personal politisi. Sering disingkat dengan kata ideologi. Dengan kata lain politik merupakan medan juang untuk merealisasikan suatu ideologi.

Unsur utama suatu ideologi adalah keyakinan. Keyakinan atas kebenaran pandangan tentang manusia, alam dan hidup, baik kehidupan pra dunia maupun pasca hidup di dunia. Ideologi juga mengandung pandangan tentang kosmis dan soal materi. Kebenaran menyertakan keselamatan di sampingnya. Orang yang hidupnya benar pasti selamat. Ideologi, keyakinan akan kebenaran dan keselamatan unsur pokok eksistensi manusia.

Keyakinan atas kebenaran yang akan menyelamatkan hidupnya dan hidup orang lain membuat seseorang yang ideologis jadi fanatik, militan, agresif dan ekspansif. Dengan ideologi yang diyakininya secara psikologis dia merasa punya tanggung jawab moral menyelamatkan orang yang belum memiliki ideologi sebagaimana yang dimilikinya.

Orang yang ideologis cenderung ingin mengideologiskan orang lain. Maksudnya ingin orang lain memiliki ideologi seperti dirinya. Inilah latar belakang mengapa ghirah dakwah kaum ideologis terus menggelora. Mereka merasa sedang mengemban misi mulia menyelamatkan umat manusia.

Seolah-olah tidak ada yang salah. Padahal jika ditelaah lebih dalam dan luas dengan akal yang jernih dan hati yang bersih, muslim ideologis menyimpan “nafsu syahwat tersembunyi” di balik ghirah dakwahnya. Nafsu tersembunyi ini memiliki daya rusak dan daya sesat sesama kaum muslim yang mengerikan.

Nafsu selalu berbanding terbalik dengan ilmu. Nafsu syahwat tersembunyi di balik misi ideologis akibat kebodohan yang juga tersembunyi. Meniru bahasa Al-Hikam: “Keinginanmu berdakwah mengideologiskan orang lain sedangkan kamu masih di maqam mencari ilmu, itu menunjukkan ada nafsu syahwat tersembunyi.” Aura panas yang kita rasakan saat mendengar dakwah dan melihat gerakan kaum Islam ideologis radiasi dari panasnya nafsu syahwat mereka yang tersembunyi.

Ideologi bersifat tertutup (close minded). Arogan sudah merasa kebenarannya sudah final. Bersikap pasif terhadap ilmu. Menerima apa adanya informasi, ilmu pengetahuan dan pemahaman dari orang yang seideologi. Menyaring secara ketat dan menolak setiap fakta, realitas, informasi, ilmu pengetahuan dan pemahaman yang bertolak belakang dengan ideologi yang dianutnya.

Lain halnya dengan ideologi, ilmu menuntut seseorang bersifat rendah hati. Terbuka terhadap kebenaran baru. Dimana dan kapanpun munculnya kebenaran baru itu karena proses penerimaan informasi, ilmu pengetahuan dan pemahaman terjadi secara akumulatif. Ilmu menuntut orang bersikap ilmiah: objektif dan jujur. Selain itu metode ilmiah membawa orang untuk melakukan verifikasi, falsifikasi, investigasi dan kontemplasi terhadap fakta dan realitas yang diterimanya.

Mengembalikan orang yang sudah terinstall ideologi tertentu memang tidak mudah. Ideologi yang telah mendarah daging, menulang sampai ke sumsum tulang belakang akan berubah jika ilmu yang masuk ke dalam pemahaman ideologinya. Karena sifat ilmu berlawanan dengan ideologi, masuknya ilmu akan melemahkan ideologi. Ilmu, vaksin bagi ideologi.

Memasukkan ilmu kepada orang yang sudah ideologis lebih sulit karena akan mengusik eksistensi dirinya yang menimbulkan sifat resisten. Dalam ideologi mereka sudah ada stigma negatif terhadap ilmu. Stigma buruk ini bagian dari sistem pertahanan ideologi mereka seperti takfir, tafsiq, tab’id, ansharut thaghut, sistem kufur, ulama suu’, antek Barat, Zionis, munafik, pecinta dunia, haus kekuasaan, dsb.

Sekali lagi kebenaran akumulasi dari ilmu. Butuh waktu panjang dan biaya besar untuk mengumpulkan ilmu untuk mendekati kebenaran finalnya. Mau tidak mau modal rasa sabar harus lebih besar dari waktu dan biaya. Demikian juga ikhtiar menyampaikan ilmu kepada orang ideologis membutuhkan kesabaran, waktu dan biaya jauh lebih besar daripada menyampaikan ilmu kepada orang biasa.

Tidak ada jalan lain, hanya dengan ilmu nafsu syahwat tersembunyi mereka tersingkap kemudian diterapi dengan mujahadah dan riyadlah di bawah bimbingan wali mursyid.

- Advertisement -

Berita Terkini