Mereka Yang Ingin FPI Tetap Ada

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Dalam waktu satu hari setelah pembubarannya, FPI langsung ganti judul menjadi Front Persatuan Islam. Mereka tidak mau melepas embel-embel Islam sebagai trade mark karena merk agama ini yang paling banyak menawarkan surga dengan murah dan kebetulan pembelinya juga banyak yang membeli produk tanpa tau apa isinya, yg penting murah.

Padahal yang ditawarkan Islam kawe dua.
Lha mana ada Islam yang mulut ulamanya lebih kotor dari anusnya dan itu cuma ada di FPI dan koloninya. Seperti kita fahami bahwa keberadaan mereka didukung oleh dana besar yang sumbernya mulai gusar.

Para mafia usaha, politik, kekuasaan, sampai agen asing yang hanya mementingkan isi perutnya dengan cara biadab menjual dan merusak bangsa dan negaranya. Lihat mereka yang makin banyak naik ke permukaan, mereka rata² antek orba. Ada bekas panglima yang luas rumahnya 6,5 ha, konon harga bangunannya lebih 100m, ada bekas presiden yang punya istana dan jaringan usaha dimana-mana, membangun museum pribadinya saja seluas 7.500 m² di kampung halamannya, entah apa isi museumnya, wong prestasinya juga gak ada.

Ada bekas wapres yang galau karena jabatan penggantinya belum ada, lilitan hutang usahanya naik kepermukaan dan jadi bahan cibiran. Dia yang gak pinter mengelola usaha, malah nyinyir kepada pengusaha rokok yang tajir, usaha bangkrut kok merengut ke orang lain yang berhasil.

Kenapa tipikal orang beginian jadi ancaman kita, karena umumnya mereka kaya dari jabatan dan nafsu rakusnya. Serta didukung pengusaha hitam. Gaya jadi orang kaya hartanya bukan dari keringatnya. Saya selalu katakan, pengusaha keturunan China, bukan Arab ya. Merekalah yg menghidupi pekerja jutaan jumlahnya, sehingga tidak ada alasan iri kepada mereka, berbuatlah dgn mental kerja bukan mental penguasa yg disuapi mafia.

Kembali kepada eksistensi FPI yang selalu unjuk gigi dan baru saja dihabisi Jokowi, setelah sebelumnya HTI dibuat mati. Mereka ini merasa bertaji karena asupan nutrisi dari para pengkhianat negeri, mereka menjadi milisi liar untuk menghabisi negerinya sendiri.

Mereka adalah proletar akhlak yang dirinya hanya dibeli dengan janji dan ilusi seolah hidup akan berubah kalau mereka berjaya menjadi rubah. Mereka lupa kalau di Islam itu yang gratis hanya syahadat, selebihnya harus berusaha dengan benar cerdas dan pintar. Sayang mereka tak ada sentuhan spiritual, kalaupun yang ada sudah mengental karena hatinya bebal diselimuti rasa iri dan terbuai bidadari yang dimengerti dengan salah arti.

Jokowi selain menata negara dengan bekerja landasan nawa cita dan rencana pemerataan serta keadilan. Beliau juga membuat dasar samudra keburukan yang ditanam oleh pemimpin sebelumnya naik kepermukaan.

Inilah sebuah aksi yang berjalan antara pekerjaan sekaligus menjerat para laknat yang sudah lama mengerat sumsum bangsa dan negaranya. Jangan terkesima dengan penampilan mereka, mereka kaya, gaya, sok kuasa, tapi sejatinya mereka bak buaya yang mulutnya selalu menganga menyemburkan bau busuk bangkai didalam isi perutnya.
Kini saatnya bangkit melawan kezholiman yang nyata, Jokowi adalah trigger sekaligus panglima untuk menghabisi para mafia yang bisa meruntuhkan masa depan dan cita² Indonesia.

Jangan percaya lagi kepada langkah dan mulut para pencelaka. Mereka inilah pemakai jasa FPI untuk berkuasa. Tak peduli mantan apalah, mau mantan presiden, wapres, panglima, serta kumpulan orang² yang mendukung FPI jilid dua, mereka nyata dan menjadi fakta, bahwa mereka musuh negara.

Mereka ini duri dalam daging yg sangat berbahaya. Afiliasinya dan DNA nya 90% orba.

MARI BERSIKAP NYATA, LAWAN MEREKA DAN HENTIKAN LANGKAHNYA, JANGAN KASI RUANG AKSINYA BAHKAN KETURUNANNYA. KARENA KITA TIDAK BISA MENITIPKAN ANAK DOMBA DISUSUI SINGA, PASTI DILAHAPNYA.

KINI SAATNYA, JOKOWI TELAH MEMBERI RUANG KEPADA YANG MUDA, MAU JENDERAL, MAU APA SAJA, HARUS YANG MUDA, KALAU MAU MENDENGAR YANG TUA CARI YANG BISA MEMBERI TAULADAN BUKAN YANG PRILAKUNYA BAK SILUMAN. SENYUM DIDEPAN, MANYUN KEMUDIAN KARENA TAKUT GAK KEBAGIAN.

Oleh : Iyyas Subiakto

Taman Dayu, 2 Jan 21.

- Advertisement -

Berita Terkini