Menunggu Kapolri Baru Bingungnya Membaca Jokowi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Menunggu Kapolri baru. Publik mengernyitkan dahi. Memprediksi pilihan dan langkah Jokowi ibarat upaya menemukan ikan di air jernih, tidak kelihatan jejak keruh air. Kejernihan pilihan Jokowi adalah karena dalam menentukan pilihan Kapolri, Jokowi bersikap nothing to-lose.

Muncul nama-nama calon Kapolri adalah testing the water. Publik tahu. Namun, Jokowi tidak membutuhkan sama sekali testing the water. Karena Jokowi adalah Presiden. Panglima Tertinggi TNI. Sekaligus boss Kapolri.

Terkait dengan Kapolri, Jokowi tetap paten pada prinsip utama. Bahwa Jokowi membutuhkan Kapolri seperti Tito Karnavian. Seperti Idham Aziz. Pencinta NKRI dan memiliki keberanian melawan teroris. Roh dan marwah Polri adalah untuk NKRI. Itu saja.

Penggiringan opini atas nama Kompolnas, atas nama pengamat ini-itu, hanyalah riak semata. Tak memengaruhi Jokowi dalam menunjuk Kapolri. Publik masih ingat. Ketika dia menunjuk 9 Pansel KPK. Semua perempuan. Pengamat yang sok pintar terkecoh. Demikian pula ketika dia menunjuk Tito Karnavian sebagai Kapolri.

Jokowi pasti melakukan fixing the problem through position adjustment. Dia masternya. Budi Gunawan sebagai salah satu contoh. Dia sabar dan kini di pucuk BIN.

Kriteria Kapolri ditetapkan oleh Jokowi sendiri. Kompolnas sebagai pelengkap penderita dalam suatu proses. Jika dia srek, jadi. Tidak sreg dia tinggal minta ganti untuk diusulkan ke DPR.

Gatot Eddy Pramono masuk bursa. Dia Kapolda Metro Jaya menggantikan Idham Aziz yang bertugas di Kabareskrim. Gatot Eddy berperan besar mengamankan proses pemilu di Jakarta dan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden 2019.

Beredar nama Komjen Pol Boy Rafly Amar, usia 55 tahun. Dia menangani Amrozi, Imam Samudera, Mukhlas, Ali Imron, Doktor Azahari, Nurdin M Top. Teroris Abu Bakar Baa’syir yang menangani juga dia.

Muncul Kabareskrim Konjem Listyo Sigit Prabowo. Prestasi Listyo adalah operasi penangkapan terhadap Djoko S. Tjandra di Malaysia. Ada juga Kabaharkam Komjen Pol Agus Indriyanto, usia 53 tahun.

Dari bintang dua, beredar nama Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi. Dari Kapolresta Solo jadi orang nomor satu di Polda Jateng hanya dalam kurun 4 tahun. Dan, non Akpol pula.

Calon lain Irjen Pol Muhammad Fadil Imran. Kapolda Metro Jaya sigap menangani kasus paling menghebohkan terkait FPI. Penanganan kasus kerumuman dan PSBB di Jakarta.

Yang menarik, penunjukan Kapolri baru dari bintang 3 atau bintang 2 akan mengubah beberapa posisi strategis di tubuh Polri. Jika Boy Rafly Amar naik, maka posisi Gatot Eddy akan tetap sama. Namun, jika yang naik jadi Kapolri Gatot Eddy, maka Listyo Sigit Prabowo bisa menjadi Wakapolri.

Kalau yang naik Listyo Sigit Prabowo, Irjen Pol Muhammad Fadil Imran akan menjadi Kabareskrim, sama ketika yang naik Gatot Eddy. Yang juga berpeluang sama dengan Fadil Imran untuk menjadi Kabareskrim adalah Irjen Pol Ahmad Luthfi.

Kita membaca Jokowi. Jika Jokowi mengambil keputusan seperti yang dilakukan terhadap Tito Karnavian. Bisa jadi Muhammad Fadil Imran atau Ahmad Luthfi ditunjuk oleh Jokowi sebagai Kapolri. Dari semua calon, Fadil Imran paling muda di antara mereka.

Pekan ini belum terlihat apapun. Calon Kapolri akan terkuak pekan depan, paling lambat pekan kedua Januari 2020. Jika ada mutasi, maka itu bisa menjadi pertanda akan adanya kejutan penunjukan calon Kapolri. Untuk Tito Karnavian didahului TR mutasi mengisi jabatan Kepala BNPT yang pensiun.

Persoalan muda dan tua bagi Jokowi tidak ada masalah. Dan, sepenuhnya hak prerogatif Presiden Jokowi untuk memilih Kapolri.

“Begitu juga faktor usia dan faktor angkatan Akpol juga tidak masalah,” tutur Neta S Pane.

Menarik permainan catur Jokowi. Dia bisa memberi kejutan, bisa juga sangat standar. Hanya demi NKRI. Dan, jangan lupa dia adalah the master in fixing the problem through position adjustments. Semua happy.

Oleh : Ninoy Karundeng

- Advertisement -

Berita Terkini